Salah Paham

159 22 1
                                    

Darah Zeline mendidih saat melihat seorang gadis remaja tanggung menggelayut manja di lengan Ryan. Ia memukul meja dengan keras, membuat kedua teman dan beberapa orang di sekitar mejanya kaget.

Rahang gadis itu mengeras menatap ke luar melalui kaca Cafe. Matanya mengekor pada sepasang manusia yang sudah berdiri di depan barista.

"Kamu jangan bodoh Zeline!" Karina mengingatkan.

"Apa sih yang bagus dari Ryan itu? Udah mending cari cowok lain." Tika memberi masukan.

Zeline menggeleng-geleng. Ia hanya menginginkan Ryan. Tanpa mengindahkan peringatan dan saran temannya, ia bangkit. Ia menyampirkan anak rambutnya yang panjang di telinga.

Berani sekali remaja kurus itu mendekati incarannya. Ryan miliknya, dan tidak ada satu pun yang boleh menyentuhnya. Bersama amarah yang bersemayam dalam diri, ia menarik kasar gadis itu sembari memberi peringatan. Tarikan keduanya berhasil membuat gadis berbaju kaos itu menjauh dari lelakinya.

"Dasar ganjen! Berani-beraninya kamu menyentuh pacarku!" bentak Zeline yang sudah melingkarkan tangan di lengan Ryan.

Bukannya takut, raut gadis remaja di depan Zeline justru menantang. Zeline makin naik pitam. Ia menatap Ryan yang menunduk.

"Sayang, kamu kok mau aja di sentuh sama anak kecil ini!" protes Zeline manja pada Ryan. Lantas, pandangannya beralih pada Raya. Ia mencibir, "sudah kurus, hitam, jelek, hidup lagi."

Mulut Raya terbuka sedikit mendengar ucapan Zeline. Ia maju dengan tangan berlipat di depan dada.

"Lepasin Kakakku!" Raya menarik Zeline.

Mendengar ucapan Raya, Zeline melepas tangan Ryan. Matanya berkedip-kedip tak menyangka. Ia mendekati gadis itu dan menyentuh pelan dagu lancip itu pelan, meski langsung ditepis.

"Astaga, a-adik ipar," ucap Zeline mengulas senyum.

Raya mendorong Zeline menjauh. "Ryan!" panggil Raya khawatir saat melihat Ryan hanya terus menunduk. Ia menyentuh jemari kakaknya yang sangat dingin, bahunya pun naik turun.

"Kamu mau pulang?" tanya Raya yang sama sekali tidak direspon oleh Ryan.

Lelaki itu melepas jemari Raya. Langkahnya cepat dan tertunduk menuju sudut ruangan yang merupakan meja kosong di mana sekitarnya tidak ada orang.

"Ini gara-gara kamu!" pekik Raya pada Zeline.

Zeline hanya berdiri di sana, menatap Raya yang berjalan menuju Ryan yang tertunduk di meja sudut. Dalam hati ia bertanya mengenai keadaan lelaki yang sangat ia damba itu. Dari tadi lelaki itu hanya diam dan bisa ia rasakan lengan yang tadi pegang gemetaran.

Tidak ingin mengganggu lebih jauh, Zeline kembali ke meja yang ditempati kedua temannya. Ia menatap ke arah Ryan dan Raya, tidak peduli pada Tika yang terus meminta agar menjauhi Ryan.

"Kamu ini kenapa sih, Zel?" Karina mengerutkan kening. Ia adalah saksi bagaimana Zeline menolak banyak lelaki sepanjang dua tahun mereka di kampus. Namun, temannya itu kini mengalahkan kegilaan lelaki-lelaki yang mengejarnya.

"Aku ke sana dulu," pamit Zeline begitu melihat Raya berbelok menuju toilet setelah memesan sendiri di kasir. Ini kesempatan bagus untuk mendekati Ryan tanpa interupsi gadis kasar itu.

"Hai, Sayang!" sapa Zeline yang sudah menarik kursi tepat di depan Ryan.

Ryan mengangkat arah tatapannya menuju perempuan manis di depannya. Senyum di bibir gadis itu merekah. Di balik sikap menyebalkan seorang Zeline, ada senyum yang Ryan sukai. Ia segera menggeleng. Tangannya di atas meja mengepal.

When I See You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang