Banyak hal yang tidak bisa manusia mengerti. Seperti banyak pula hal yang tidak bisa ditebak. Masih jelas diingatan mata-mata yang memandang itu, bagaimana kemustahilan yang kini terjadi. Namun, tidak ada yang bisa menebak alur hidup. Skenario sempurna yang tercipta oleh Sang Pengatur Kehidupan.
Kehangatan yang kini menjalar di tubuh Ryan karena genggaman Zeline. Tatapan yang tertuju padanya seakan tidak berarti lagi. Kini, hanya Zeline yang terpenting. Dunianya hanya akan berputar mengitari gadis itu.
*.*.*.
"Cepat Pak Kus! Nanti Ryan nunggu lama," desak Zeline yang masih memegang cermin di tangan. Ia menatap wajahnya beberapa kali di cermin.
Zeline turun dari mobil begitu memasuki pekarangan rumah Ryan. Gadis itu mengenakan sleeveless blouse putih dipadu blue jeans dan sneaker putih. Sling bag cokelat tersampir di pundaknya. Rambut ikal yang sudah ia warnai cokelat dijepit sebagian ke belakang, sebagian lagi dibiarkan terurai.
"Ngapain kamu ke sini?" Seorang gadis berseragam putih abu-abu menghampiri Zeline. Wajah tak suka tampak jelas di gurat wajahnya.
"Aku mau jemput pacarku, Adik Ipar," jawab Zeline menyampirkan anak rambutnya ke telinga.
"Ma, Mama!" teriak Raya yang sesekali berbalik ke arah pintu. "Penguntit Kak Ryan datang lagi!"
Tidak terima dianggap penguntit, Zeline langsung membekap mulut Raya. Ia langsung menyuruh agar remaja itu diam sambil melotot berusaha menakuti. Namun, tangan Zeline langsung turun begitu melihat Ryan keluar dari pintu dengan langkah terpincang-pincang.
"Sayang!" panggil Zeline melangkah mendekat pada Ryan yang hendak menuruni anak tangga. Ia memegang lengan lelaki itu untuk membantu.
"Aku kan sudah bilang, aku naik ojek online aja," tutur Ryan.
"Lebih aman ikut sama aku. Pak Kus itu sopir profesional," jelas Zeline terus menuntun Ryan menuju mobil.
Saat melewati Raya yang terbengong-bengong, Zeline menjelir mengejek adik Ryan itu. Lantas, ia membalik pandangan dan tersenyum puas penuh kemenangan. Akhirnya, ia bisa membalas gadis kecil yang berani mengatainya jelek.
Bagi Raya, gadis sepertinya Zeline tidak pantas untuk kakaknya. Samali kapan pun ia tidak akan membiarkan Ryan berpacaran dengan Zeline. Ia mengambil langkah besar dan cepat. Meraih lengan Ryan yang ternyata masih sakit, hingga lelaki itu meringis kesakitan.
"Ryan, ngapain sih kamu pacaran sama nenek sihir ini!" Raya menyorot Zeline tajam. Ia tidak peduli pada Ryan yang kesakitan. Berbeda dengan Zeline yang kaget dan menanyakan keadaan lelaki bertopi hitam itu.
"Mind your own business!" desis Ryan, lalu merangkul pundak Zeline yang membuat gadis itu mengedip-ngedipkan satu mata untuk menggoda Raya.
Hati Raya memanas. Tangannya mengepal menahan amarah. Tega sekali Ryan memperlakukannya seperti itu di depan nenek sihir seperti Zeline.
Deru kendaraan yang melaju kencang, ban berdecit, juga tabrakan keras memenuhi kepala Ryan. Kilasan peristiwa kelam itu terus terputar di ingatannya begitu memasuki mobil. Alasan utama ia tidak pernah mengendarai mobil adalah kecelakaan itu. Kali ini pun adalah pertama kali ia menaiki mobil setelah dua tahun.
Tangan Ryan mengepal. Ia menyandarkan kepala dengan mata terpejam. Kecelakaan itu seakan baru terjadi kemarin. Saat di mana ia kehilangan dirinya sendiri. Malam yang menelan semua bahagia yang masih tersisa dalam hatinya.
"Iyan," panggil Zeline meletakkan tangan di lengan Ryan. Gadis itu terkesiap saat jemarinya merasakan dingin dari genggaman Ryan. Melihat bahu Ryan yang bergerak, ia pun tahu bahwa lelaki itu sedang ketakutan.
![](https://img.wattpad.com/cover/243043291-288-k905089.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
When I See You Again
Teen FictionRyan adalah lelaki dengan gangguan skizofrenia. Dia melanjutkan studinya di kampus setelah cuti selama empat semester. Di sana, dia dipertemukan dengan Zeline, perempuan centil yang terus mengejar-ngejarnya. Setiap orang memiliki masa lalu, begitupu...