07. Ksatria Merah

1.2K 254 21
                                    

Mangaka isekai pt. 7

🌻 Enjoy Story
____________________________

oO°Oo

Langit masih gelap. Sekarang pukul 2 pagi, aku dan Revan mampir sebentar ke pasar pagi yang sudah buka, kami membeli beberapa sayuran, daging dan lauk mentah lainnya, terkadang jiwa emak-emak pergi pasarku meluap pada beberapa penjual.

"Bibi aku sering datang kesini pagi hari, tolong berikan bonus beberapa potongan kulit sapi kecil ini."

"Hah? Paman, barusan timbangannya kelebihan! Tolong kurangi sedikit."

"Selamat pagi nenek, tolong seperti biasanya ya."

"Ah, Kakak! Kau baru saja mengurangi timbangannya iyakan?"

"Hitunganmu salah Paman, kami beli 12 potong. Seharusnya 12 dikali 2 koin tembaga adalah 24 koin,  bukan?"

"Hah? Sayuran ini layu sekali. Bisakah kami mendapat pengurangan harga? Sayur layu seperti ini harus cepat-cepat terjual bukan? Kami akan ambil banyak."

"Bawangnya banyak sekali, apakah hasil panen bulan ini baik bibi?"

"Ini terlalu murah Bibi, bukankah Tomat dan Terongmu bagus hari ini? Kau harus menaikkan sedikit harganya, karena aku yang mengingatkanmu tolong beri aku cabai merah satu timbangan, jangan campur dengan cabai hijau."

"Ada apa dengan bau ini? Hm~ wangi sekali Paman, apakah ini rempah-rempah baru?"

Hihihi...
Pasar dan berbelanja memang yang terbaik~

Semua pengalaman berbelanja ini berasal dari kehidupanku yang sebelumnya, ibuku sering memaksaku pergi ke pasar setiap hari liburku. Semua tawar-menawar antar pedagang dan pembeli diajarkan oleh ibu terhormatku, terima kasih Okaa-san.. Anakmu sudah bisa menawar dengan mudah sekarang. ╥﹏╥

Hehe..
Semuanya sudah terbeli mari kita menuju pengungsian dan membantu Ayah dan Ibu dengan Dupa Pensucian.

Aku merasa ada tatapan yang menatapku. Sepertinya tajam sekali tatapannya, Aku menoleh ke kananku dan mendapati Revan sedang menatapku dengan tatapan Lolinya.

Huh ada apa? Kenapa dia menatapku?

"Apakah ada barang yang ingin kau beli disini?" tanyaku.

Dia menggeleng.

"Hm, apakah kau ingin ke kamar kecil?" tanyaku lagi.

Revan kembali menggeleng.

"Ugh, lalu kenapa? Ah, apakah karena aku melupakan kehadiranmu tadi? M-maaf! Aku bersalah!"

Revan kembali menggeleng.

"Nee-sama, kau sangat pintar menawar barang tadi. Aku merasa beruntung saja bisa menyaksikan Ne-sama bernegosiasi seperti pedagang." jawab Revan dengan mata berbinar.

Fuhh~
Aku pikir kenapa.

"Hehe.. Desuyou~  aku sudah hampir 1 minggu berbelanja disini. Hm? Apa ada sesuatu di wajahku?" tanyaku menyadari Revan masih menatap wajahku dengan mata seperti tadi.

"Onee-sama cantik! Aku tidak akan bosan menatap wajah Ne-sama." puji Revan sambil melompat-lompat gembira.

Heh?
Cantik? Aku?

Ya memang wajahku cantik dan terlihat manis, kau tidak perlu menyanjungku seperti itu. Tapi.. Secantik apapun diriku, pesonaku tidak menandingi kecantikkan adik manisku Revan atau Si Kembar Putra Mahkota–Putri Jasmine, Pangeran darah merah Vabian, temanku Si Bangsat Milo dan Viana dengan rambut merah mudanya, Oh dan juga Orang tuaku yang anggun.

I Woke Up In My Manga Work Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang