Part 26

108 14 6
                                    

Happy Reading !!!
.
.
.

Dua minggu semenjak kepulangan Jieun dari dokter kandungan, dia terus mengurung diri di kamar lagi. Seperti biasanya, dia sama sekali tak menyentuh makanan dan minuman yang selalu Ibunya siapkan dikamarnya. Jika begini terus, Ibunya kawatir akan mengancam keselamatannya serta bayi yang tidak berdosa. Mau bagaimanapun, bayi itu tidak bersalah. Tidak hanya Jieun yang berat badannya menurun, tetapi juga ibunya. Semenjak Jieun depresi karena kehamilannya, tidak ada tanda-tanda kehidupan dirumah keluarga Lee layaknya rumah tak berpenghuni. Beruntung sahabat-sahabat Jieun masih selalu mengunjunginya dan memaksanya makan meskipun hanya 1-2 sendok. Pernah suatu hari, tepatnya dua hari setelah tahu pasti bahwa dirinya hamil, Jieun berusaha untuk mengakhir hidupnya, beruntung Jong Hoon mengetahuinya. Tentu saja itu membuat Ibunya nyaris kehilangan nyawanya akibat serangan jantung.

Flashback On

Jieun terus berdiri didepan jendela kamar, memandang kosong langit tanpa awan pada saat itu. Dia berpikir keras tentang apa yang akan dia lakukan. Setelah menghabiskan 20 menitnya melamun, dia mengambil secarik kertas dan kemudian menuliskan sesuatu disana. Dengan pikiran kosong dia masuk kedalam kamar mandi.
Sekitar 15 menitan, Jong Hoon masuk kedalam kamarnya dan membawa sebuah nampan berisi makan siangnya. Diletakannya nampan itu diatas meja, kemudian dia memanggil-manggil dan mencari Jieun.
"Noona ... Noona ... Kau dimana ??" Mata Jong Hoon terus mengedari seisi ruangan, sampe akhirnya dia menemukan sebuah kertas berisi surat wasiat.

To : Eomma & Jong Hoon tersayang

Maaf karena sudah menjadi aib keluarga,
Maaf karena tidak bisa menjaga diriku dengan baik,
Maaf karena tidak bisa menjadi anak dan kakak yang baik,
Maaf ... sekali lagi maaf karena harus meninggalkan kalian berdua, orang yang sangat aku sayangi.

AKU MENCINTAI KALIAN, TAPI INILAH YANG TERBAIK.

Lee Jieun

Tubuh Jong Hoon gemetar seketika, dia berteriak memanggil Jieun, kemudian melihat ke arah kamar mandi. Dengan segera dia membuka pintu kamar mandi, karena Jieun menguncinya dari dalam, dia terus mendobraknya. Ibu Jieun yang mendengar teriakan Jong Hoon segera menghampirinya dan melihat Jong Hoon mendobrak-dobrak pintu tersebut.
"Hoon~ah ... Kenapa ??" Ibunya terlihat panik karena Jong Hoon tak menjawab pertanyaannya. Dia hanya terus mendobrak dan memanggil Jieun.
"Noona ... kau didalam kan ?? Noona ... Jjebal ..."

BRAAAKKKKK

Akhirnya pintu terbuka dan membuat kedua orang tersebut panik. Dengan sigap Jong Hoon lari menuju Jieun yang sudah menenggelamkan dirinya dalam bath up. Sementara sang Ibu, hanya mampu terduduk lemas dan menatap nanar putri semata wayangnya seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan. Jong Hoon mengangkat tubuh mungil Jieun dan mencoba mengeluarkan air yang masuk kedalam tubuhnya. Bersyukur Jieun masih bisa diselamatkan. Kemudian mereka membawa Jieun kerumah sakit dan memutuskan untuk dirawat selama beberapa hari, setidaknya bayinya mendapat asupan gizi dan kemungkinannya kecil untuk Jieun melakukan aksi gila seperti ini lagi. Dari kejadian ini, akhirnya So Hyun menyadari kenapa dihari-hari sebelumnya, Jieun selalu membicarakan tentang kematian. Tapi So Hyun tidak pernah berpikir Jieun akan melakukan hal sekonyol ini. Yang dia tau Jieun adalah wanita yang kuat. Apakah ini diri Jieun yang sebenarnya ? Rapuh ...

Flashback Off

Semenjak kejadian itu, setiap jam Jong Hoon maupun Ibunya selalu mengecek keadaannya. Bahkan nyonya Lee jarang tidur hanya utk memastikan anaknya baik-baik saja. Itulah sebabnya berat badannya ikut menurun. So Hyun dan Kyungsoo sudah menyarankan Ibu Jieun untuk segera membawanya ke psikiater, karena kondisi Jieun saat ini sudah bukan lagi depresi ringan yang masih bisa dibantu dengan psikoterapi oleh psikolog, melainkan psikiater. Hanya saja, kondisi Jieun yang sedang hamil, tidak mudah untuk mengkonsumsi obat-obatan karena pengobatan untuk depresi berpotensi menimbulkan efek samping pada janin. Tapi setidaknya psikiater tau apa yang harus mereka lakukan. Jika dirasa manfaat mengkonsumsi obat tersebut lebih besar ketimbang resikonya, maka mereka akan memutuskan untuk memberinya obat. Ibu Jieun sudah mempertimbangkannya matang-matang, dan setuju dengan apa yang So Hyun sarankan. Besok adalah hari pertama Jieun berkonsultasi dengan seorang psikiater. Berharap semua berjalan dengan lancar.

***

Suasana malam di Belanda berbeda dengan Korea, setidaknya itu yang dirasakan oleh Baekhyun selama disini. Matahari juga tenggelam sedikit lebih malam. Baekhyun melakukan terapinya dengan baik bahkan mengikuti saran dari dokternya untuk rajin berolahraga dan selalu berpikir positif. Berbeda dengan Jieun, depresi yang dialami Baekhyun masih terbilang ringan, dan masih bisa ditangani oleh psikolog hanya dengan psikoterapi. Sayangnya, dia harus jauh-jauh berobat ke Belanda. Karena lingkungan tempat tinggal juga memiliki peran penting untuk penyembuhan.

"Kangen kamu Ji ..." Baekhyun memandang foto Jieun tanpa bosan. Dia semakin merindukan Jieun, tapi sayang dia tidak bisa menghubunginya. Dia masih merasa bersalah atas apa yang menimpa Jieun. Tidak bisa dipungkiri, semua itu karena dia. Ya, Jieun adalah alat balas dendam Suho padanya. Kalaupun dia harus meminta maaf, setidaknya dia harus mengatakannya langsung pada Jieun, bukan hanya ditelepon. Yang terpenting,  keadaan Jieun sekarang ini baik-baik saja, setidaknya itu yang Chanyeol dan Kyungsoo sampaikan padanya, dan dia mempercayainya. Demi kebaikan Baekhyun, mereka terpaksa harus berbohong. Kesembuhan Baekhyun sudah mendekati 75%, setelah Baekhyun benar-benar membaik, mereka akan mengatakan yang sebenarnya pada Baekhyun. Mereka sudah pasrah dengan apa yang akan Baekhyun lakukan pada mereka nanti karena sudah berbohong untuk hal sebesar ini.

"Baek, besok jam berapa terapimu ?" Tuan Byun memulai obrolan selepas makan malam.

"Jam 4 sore appa. Tapi kemungkinan Dr. Barend agak terlambat sedikit." Jawab Baekhyun yang kemudian meletakkan ponselnya dimeja. "Appa, kira-kira berapa lama lagi kita akan stay disini ? Apa tidak sebaiknya kita cepat kembali ke Korea ? Aku juga kan sudah sembuh." Baekhyun mencoba mengutarakan apa yang ada dipikirannya.

"Tidak Baek, tunggu sampai kau benar-benar sembuh. Appa tidak mau mengambil resiko." Tolak ayahnya mentah-mentah. Baekhyun hanya mengangguk pelan dan mengatupkan bibirnya.

"Sabar ya sayang, sebentar lagi. Kau pasti bisa." Ibu Baekhyun memberikan semangat pada anaknya, beliau juga mengusap lembut punggung Baekhyun.

"Baekhyun sudah merindukan Korea eomma ... Baekhyun juga merindukan teman-teman, dan juga ..." Baekhyun menjeda. "Jieun ..." Lanjutnya dengan senyum getir seolah tidak bisa lagi menahan rasa rindu yang bergejolak kuat dihatinya.

"Kau harus membawanya kerumah ketika kita sampai di Korea nanti. Mengerti ?" Titah sang ibu yang sekaligus memberi dukungan atas perasaan anaknya.

"Pasti eomma ... Itu pasti." Jawabnya tegas. Senyum lebar dari kedua orang tuanya membuktikan bahwa mereka bahagia melihat Baekhyun seperti ini lagi, merindukan seorang wanita. Jadi tidak menutup kemungkinan kalau wanita itu memiliki tempat khusus dihatinya. Ini adalah salah satu kemajuan dari terapi nya. Tidak sia-sia mereka membawanya pergi jauh dari Korea.

TBC !!!

Jangan lupa Votes dan Comment nya ya gaes !!

I'm Not A Loser (BaekIU)Where stories live. Discover now