18. Taman
Suho beranjak dari kursi setelah membayar pesanannya. Ia malas pulang ke rumah dan ia juga tidak tau harus kemana sekarang.
Ke rumah Kai? Tidak, lelaki itu pasti sedang keluar bersama pacar nya juga. Sehun? Pasti lelaki itu sudah tidur di jam segini.
Ini adalah dinner yang gagal bagi Suho. Agak kecewa sih, tapi ya mau bagaimana lagi, ini semua bukan keinginannya juga. Pamannya Young Mi yang tiba-tiba meninggal dan semuanya ya.. Jadi seperti ini.
Suho menyadarkan punggung nya di pintu mobil, ia masih berada di parkiran Restoran ini. Tapi penglihatannya tertuju pada wanita yang sedang membuang sampah di belakang Restoran.
Suho sepertinya mengenali perempuan itu. Dia seperti.... Irene? Ya, dia memang Irene.
Tanpa pikir panjang, Suho langsung menghampirinya.
"Hai."
Perempuan itu sempat terkejut dengan kedatangan Suho, ia menoleh dan tersenyum simpul. "Hai."
"Irene, kamu bekerja di sini?"
Ia membalasnya dengan anggukan saja.
Please, Irene sedang kesal sebenarnya pada Suho. Ia masih cemburu. Dan, oh iya Young Mi nya kemana?
"Kenapa kamu bekerja?"
"Karena aku membutuhkan uang."
Suho mengangguk, iya juga sih. Tapi ia masih ingin bertanya-tanya pada perempuan ini, oh jiwa keponya mulai kumat.
"Untuk penyakit mu?"
Oke, Irene tambah kesal. Entahlah, Suho seperti wartawan saja. Irene pamit, memilih untuk kembali masuk. "Maaf, aku ke dalam dulu."
Saat Irene melangkahkan kaki nya tiba-tiba Suho mencekal tangannya dan otomatis ia pun berhenti melangkah.
"Aku antar kamu pulang." Suho bingung, mengapa ia sepeduli ini pada Irene? Apa ia memang ada rasa? Oh jangan sampai itu terjadi.
Ah tidak, ia yakin sebenarnya ia itu kesepian karena Young Mi pulang dan disini ada Irene, siapa tau Irene bisa menemani nya bukan? Huh memanfaatkan.
"Tidak, terimakasih."
"Ayo lah Irene, aku tau kamu sebentar lagi pulang."
"Tidak, Suho."
"Ayo lah please." Suho terus memohon berniat untuk mengajak Irene jalan malam ini, ya tadi itu dia malas pulang ke rumah.
Irene diam sebentar dan berpikir. Sebenarnya dia ingin sekali pulang bersama Suho, tapi bagaimana jika ia malah merusak suasana Young Mi dan Suho nantinya, lagi pula ia malas berada diantara keduanya itu, pasti ia tidak akan dianggap.
"Tidak, bukannya kamu pulang bersama Young Mi?"
"Young Mi pulang duluan tadi, paman nya meninggal. Kamu mau ya pulang bersamaku?"
Irene hanya ber-oh saja menanggapi nya. Tetapi Suho malah mengangkat sebelah alisnya heran. "Oh?"
Irene mengangguk. Tapi tunggu, apa ia salah mengatakan itu?
"Kamu mau kan pulang bersamaku?"
Boleh juga Irene pulang bersama Suho, ia bisa menghemat uang juga.
"Iya, tunggu sebentar."
Perempuan itu pun masuk ke dalam dan Suho langsung berlari dengan perasaan senang ke parkiran menunggu Irene di sana.
Tak lama gadis berambut dikuncir kuda dengan tote bag yang di pegangnya itu keluar dan segera menghampiri Suho yang sedang bersandar pada pintu mobil sambil bersiul santai.
"Hai." Irene hanya diam menatap kedua bola mata Suho, ada rasa kesal dalam dirinya karena telah mencintai lelaki yang telah mempunyai kekasih dan tentunya lelaki itu juga sangat menyayangi kekasihnya itu.
Irene berpikir jika perasaan cinta ini muncul bukan karena Suho, tetapi ini karena dirinya yang terlalu membawa perasaan. Suho bersikap manis pada dirinya itu hanya untuk surat perjanjian yang telah ditandatangani mereka berdua.
"Irene?"
Mendengar namanya di panggil perempuan itu pun segera mengerjapkan mata nya dan menoleh ke arah samping, dirinya menjadi salah tingkah sendiri.
"Aku tau aku itu tampan, sampai kamu menatap aku seperti tadi." dengan lancar lelaki itu berkata demikian.
Bodoh. Irene merutuki dirinya sendiri. Kini pipi nya menjadi merah padam, semoga saja Suho tidak melihatnya.
Irene berdehem untuk mengembalikan suasana seperti semula, "Ayo kita pulang."
Tanpa basa basi lagi lelaki itu mengangguk dan masuk ke dalam mobilnya begitu juga dengan Irene. Tapi tunggu, mengapa perempuan itu malah duduk di belakang? Biasanya juga ia duduk di samping Suho.
"Kok di belakang?"
"Karena aku tidak mau di depan." singkat, padat dan jelas, tapi jawaban itu membuat Suho mengerutkan dahinya.
"Why?"
"Tidak apa, aku di belakang saja."
"Kalau kamu di belakang, aku merasa seperti sopir pribadimu Irene." keluhnya.
Plis, Irene tidak mau duduk di samping Suho. Dari awal lelaki itu mengajak nya pulang bersama, ia sudah merasa tidak enak. Sikap Suho menjadi sangat manis dan sedikit pemaksa padanya, Irene pasti tidak akan tahan jika sikap manis nya itu ditunjukkan Suho padanya lagi. Lebih tepatnya Irene ini sedang menghindari rasa salah tingkahnya.
"Kalau begitu aku turun saja, tidak jadi pulang sama kamu."
"Ja--jangaaan!" Suho segera mengunci pintu mobil supaya perempuan itu tida bisa keluar. Hm, baiklah terserah Irene saja jika mau duduk di belakang juga.
Dalam perjalanan selalu saja seperti ini, hening, tidak ada topik pembicaraan.
Selang beberapa menit perjalanan, Irene baru tersadar jika ini bukan jalan menuju tempat kostnya, ini juga bukan jalan menuju rumah Suho. Tunggu, Suho mau membawanya kemana?
"Suho, ini bukan jalan menuju ko--"
"Iya aku tau, ini memang bukan jalan menuju tempat kost mu, tapi ini jalan menuju Taman sana." Suho menunjuk arah taman yang berada di depan sana menggunakan dagunya.
"Kenapa ke Taman?"
"Karena mau."
"Tapi aku tidak mau, aku mau pulang. Ingin istirahat"
"Justru itu, kamu istirahat di Taman saja sambil refreshing. Seharian di Restoran memangnya tidak bosan?"
Benar juga sih, tapi mengapa dari awal Suho tidak bilang jika mau ke Taman.
"Sudahlah ayo kita turun," Suho keluar setelah memarkirkan mobilnya disusul Irene yang terpaksa mengikuti kemauan lelaki ini.
Segitu aja dulu ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
RandomBerawal dari permainan truth or dare yang membuatnya harus mengencani seorang perempuan yang pertamakali ia lihat saat sedang berada di Cafe selama dua bulan. Padahal dirinya telah mempunyai seorang kekasih yang sangat ia cintai. Penasaran? Langsung...