20. Permen kapas
Irene dan Suho masih berada di taman, mereka berdua belum pulang padahal ini sudah cukup malam.
Tapi justru suasana taman pun semakin malam semakin ramai, itu juga yang membuat Suho dan Irene tidak menyadari waktu. Ah, sudahlah biarkan hanya malam ini mereka berenang-senang.
Mereka masih berada di tempat yang sama, yaitu di atas rumput taman. "Ren, aku ke toilet dulu. Tunggu di sini ya, jangan kemana-mana."
Irene mengangguk menjawabnya. Lelaki itu segera pergi meninggalkan Irene sendiri. Sudah lama Irene tidak merasakan ketenangan seperti ini meskipun dengan keadaan taman yang ramai pengunjung. Apalagi tadi, saat tidur di atas rumput sambil menatap langit malam bersama Suho.
Irene tak sengaja melihat anak kecil lelaki yang sedang membeli aksesoris dan mainan di sebrang sana. Ia jadi teringan Woochan, anak kecil yang ia temui saat di pantai kemarin. Dia tersenyum dan memegang kalung yang Suho belikan pada waktu itu untuk dia dan Woochan.
Irene mengeluarkan ponsel bersama headset berwarna putih miliknya yang dari tadi belum ia sentuh. Ia memasangkan headset pada telinga dan memutar lagu kesukaannya.
Saat sedang asik menikmati lagu, tiba-tiba ada seseorang yang memberikan permen kapas berwarna merah muda di hadapan matanya.
"Buat kamu."
Ia menerima permen itu dan segera berterimakasih, lalu melepaskan headset yang menemoel di telinganya. Seseorang itu adalah Suho, lelaki itu setelah pulang dari toilet tidak sengaja melihat penjual permen kapas yang di penuhi oleh anak kecil.
Suho pernah membaca sebuah artikel, jika permen kapas itu cocok di makan saat kita sedang dalam suasana hati yang bagus.
Tidak ada salahnya bukan Suho membeli permen itu saat ini?
"Sedang apa kamu barusan?"
"mendengarkan musik."
Suho hanya ber-oh ria saja. Melihat Irene yang masih memegang permen itu membuat Suho buka suara. "Ngapain cuman dilihat permennya? Makan dong."
Irene tersenyum tipis, "Kamu juga."
"Kita makan sama-sama."
Mereka berdua sibuk memakan permen manis itu. Tapi, lelaki di sebelahnya ini malah menyuruh Irene untuk memutar lagunya kembali.
Tanpa banyak bicara Irene pun menuruti perintah lelaki itu. Tapi sepertinya ia melakukan kesalahan, buktinya Suho malah menatapnya datar dan tidak berekspresi, padahal Irene sudah memutar lagunya kembali.
Lelaki itu meraih headset milik Irene dan memasangkannya pada handphone lalu menempelkan sebelah headset itu pada telinga Irene dan sebelahnya lagi di telinganya.
Oh tidak. Lagi dan lagi jantung Irene berdebar sangat cepat. Apakah barusan Suho melakukan hal sepele tapi romantis? Jika iya, rasanya Irene sekarang sedang terbang ke bulan.
"Jangan menatap ku seperti itu, aku tidak suka." ya, Suho tidak suka jika Irene menatapnya dengan tatapan kagum sembari tersenyum manis padanya, karena Suho takut ia akan menjadi salah tingkah.
Oh my god. Irene tertangkap basah Suho, malu sekali ini. Semoga lelaki itu tidak risih dan ilfeel padanya. "Ma-maaf."
Tawa ringan keluar dari mulut lelaki di sebelah nya. "Tidak usah dianggap serius, jika kamu mau menatapku seperti tadi silahkan. Tapi hanya untuk malam ini," ucapnya.
"Ma-maaf, Suho."
Suho menghela nafasnya malas. "Tidak usah minta maaf. Jika dengan mentap ku seperti tadi membuat mu bahagia, aku tidak melarang mu. Lagi pula bukannya aku sudah berjanji akan membuat mu bahagia malam ini, hm?"
"Oo--oke."
*****
Sepulang dari Taman, Irene kini malah tidak bisa tidur. Ia teringat momen yang cukup romantis nya bersama Suho tadi, ia tidak akan melupakan momen ini.
Tapi di satu sisi Irene juga sedih. Dirinya dan Suho telah menjalin hubungan ini hampir tiga bulan, beberapa hari lagi ia dan Suho tidak akan sedekat malam tadi atau mungkin seperti hari biasanya.
Mungkin juga ia akan jarang bertemu dengan lelaki itu, atau bahkan tidak akan bertemu lagi?
Fyuh, tapi ya sudah lah ini mungkin cara dia agar move on dari Suho. Irene harus bisa merelakan Suho bersama Young Mi yang jelas-jelas kekasihnya Suho.
Ya, walaupun memang mereka belum tunangan, tapi rasanya Irene memang tidak pantas untuk terus maju dan memperjuangkan Suho. Ia juga tidak yakin Suho akan menerima dirinya yang penuh kekurangan ini.
*****
Seperti biasa, hari ini Irene akan berangkat kerja dengan berjalan kaki, alasannya berjalan kaki sih ia sedang menghemat uang, soalnya gaji bulan kemarin ia bayarkan untuk biaya kost.
Membutuhkan waktu agak lama sih sebenarnya untuk sampai di tempat kerjanya, tapi untung saja ia tidak terlambat.
"Irene, tolong antarkan pesanan ini ke meja nomor dua puluh satu itu ya."
Irene mengangguk dan segera mengantarkan pesanan milik seseorang yang berada di meja nomor itu.
"Permisi, ini pesanan nya mau di simpan dimana?" tanya Irene pada lelaki yang tengah sibuk memainkan handphonenya.
"Di sini saja mbak." jawabnya santai.
Irene pun segera menyimpannya di tempat yang di tunjukkan lelaki itu.
"Maaf mbak, toilet dimana ya?"
"Di sebelah sana." jawab Irene sesopan mungkin.
"Kok ke toilet aja lama sih," gerutunya yang tak sengaja terdengar oleh Irene.
"Ada yang bisa saya bantu, mas?"
"Saya lagi nungguin istri saya yang ke toilet, tapi kok lama ya mbak? Apa toiletnya penuh?"
"Oh, sebentar mas saya cek du--"
"Hai sayang, maaf ya nunggu lama." ucap perempuan yang langsung duduk tanpa menyadari keberadaan Irene.
"Loh, Young Mi?"
Seketika perempuan itu menoleh ke arah sumber suara dan membulatkan matanya. Oh my god, ia lupa jika Irene itu bekerja di sini. Terbongkar sudah.
"Kamu kenal dengan istri saya?" tanya lelaki polos di samping Young Mi.
Irene memilih mengabaikan pertanyaan lelaki itu. "Young Mi kamu sudah menikah? Lalu Suho?"
Young Mi tertawa singkat, "Bodo amat, aku hanya memanfaat kan harta lelaki bodoh seperti Suho itu." jawabnya begitu saja tanpa rasa bersalah.
"Oh iya, dia ini Irene, sayang. Kekasih pura-puranya Suho. Mereka berdua berpacaran karena ada kesepakatan."
Irene kaget sekali saat perempuan itu mengucapkan begitu. Jadi selama ini Young Mi tau jika Suho dan dirinya ini berpacaran?
Dan, mengapa suami nya ini tidak terkejut, padahal dia tau kalau Young Mi ini berpacaran dengan Suho. Apakah dia dan suaminya ini bekerjasama untuk memanfaatkan harta Suho?
"Yo-Young Mi?"
"Kaget?" perempuan itu tersenyum licik, "Dari awal aku memang sudah curiga Irene."
"A-aku tidak menyangka kau melakukan ini Young Mi," Irene menutup mulut tak percaya dengan sebelah tangannya.
Perempuan di depannya ini malah tersenyum miring dan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Ini apa?"
Udah jarang banget update ya hehe, semoga kalian masih inget sama ceritanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
RandomBerawal dari permainan truth or dare yang membuatnya harus mengencani seorang perempuan yang pertamakali ia lihat saat sedang berada di Cafe selama dua bulan. Padahal dirinya telah mempunyai seorang kekasih yang sangat ia cintai. Penasaran? Langsung...