25. Meninggal
"Irene, aku mau minta maaf." pria itu memeberanikan diri untuk meminta maaf atas kesalahannya
"Minta maaf?"
Suho mengangguk kecil. "Maaf karena telah membentakmu, memarahimu, dan memanggil kamu seorang jalang. Saat itu keadaanku sedang kacau, perkataan itu spontan keluar dari mulutku."
Irene tersenyum simpul, "Tidak apa, aku sudah memaafkanmu dari awal. Itu benar, aku memang seorang jalang, aku bejat dan tak terhormat." miris sekali hidupnya ini.
"Aku tau kamu sudah berubah. Kamu yang dulu mungkin memang seperti itu, tapi aku yakin kamu yang sekarang sudah berubah."
Irene hanya bisa tersenyum. Rasanya malu, seorang yang ia cintai mengetahui sifat busuknya dulu.
Hening beberapa detik. Sampai beberapa detik kemudian Suho bersuara. "Ada yang ingin aku sampaikan padamu, Irene."
"Apa?"
"Sebenarnya a--aku... Ak--aku... Menc--" ucapannya teropong saat seorang suster masuk keruang rawat Irene dengan nafas yang naik turun dan meneriaki nama Suho.
"Kenapa Sus kok lari-lari?" tanya Suho.
"Papah anda..." suster itu menggantungkan ucapannya sambil mengatur nafasnya yg agak sesak akibat berlari tadi.
"Papah kenapa Sus?"
"Maaf, papah anda sudah meninggal dunia barusan. Kami tidak bi--"
Suho langsung keluar dan berlari menuju ruang rawat papahnya tanpa mendengarkan ucapan suster itu yang belum selesai.
Saat suster itu akan mengejar Suho saat itu juga Irene menghentikannya dengan sebuah pertanyaan.
"Sus, papahnya Suho meninggal?"
"Iya. Beliau mengalami pendarahan otak dan kami tidak bisa menyelamatkannya."
Irene tidak percaya jika Yong Ha meninggal dunia, belum lama dia menyelamatkan dirinya. Ini semua salah Irene, seharusnya yang meninggal itu bukan Yong Ha tapi Irene.
"Sus tolong antarkan saya keruangan papahnya Suho, Sus." Irene memohon pada Suster.
"Tapi.. Bukannya kondisi anda masih lemah ya? Sebaiknya anda jangan banyak beraktivitas dulu."
"Sus, tolong kali ini saja, Sus."
Suster itu sempat ragu tetapi melihat Irene yang seperti ini membuat dia membolehkannya asalkan memakai kursi roda.
Irene pun diantarkan Suster dengan memakai kursi roda.
Melihat Suho menangis membuat Irene menjadi tidak tega.
Tak lama datanglah Sehun dan Kai menghampiri Suho dan merangkul lelaki yang sedang memeluk papahnya yang sudah tak bernyawa itu sembari menangis sesegukan.
"Papah... Kenapa papah cepat banget ninggalin Suho pah? Suho gak mau sendirian Pah. Papah jangan bercanda Pah. Papah bangun..."
Sehun dan Kai ikut menangis, mereka juga tidak tega melihat Suho seperti ini.
"Suho... Biarkan om Yong Ha tenang disana. Kamu jangan seperti ini Suho." ucap Kai.
"Enggak, Kai. Papah masih hidup bukan?"
"Su... Suho ta-tapi.." Kai tidak kuat dan ia pun memilih diam.
"Hun. Papah masih hidup, ini semua bercanda kan? Ini semua mimpi bukan? Bangunkan aku, Hun sekarang juga."
Sehun tidak bisa berkata apapun.
"Suho..." Irene bergumam dengan perasaan tak teganya.
Suho melihat Irene yang sedang memperhatikannya diambang pintu. Lalu pria itu segera menghampirinya. "Irene, papah masih hidup bukan? Dokter dan suster itu berbohong bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
RandomBerawal dari permainan truth or dare yang membuatnya harus mengencani seorang perempuan yang pertamakali ia lihat saat sedang berada di Cafe selama dua bulan. Padahal dirinya telah mempunyai seorang kekasih yang sangat ia cintai. Penasaran? Langsung...