19. Permintaan

237 41 1
                                    

19. Permintaan

Suho dan Irene jalan bersebelahan memasuki area Taman. Suho mencari kursi taman yang kosong, namaun sayang, semua kursi telah penuh dan di duduki para pengunjung Taman ini, memang tidak heran sih jika Taman ini selalu ramai pengunjung.

Ini adalah Taman yang cukup luas dan pemandangan nya pun sangat indah, ramai juga pedagang asongan mau pun pedagang gerobak.

"Irene, semua kursi penuh."

Irene melihat ke sekitar dan benar memang kursinya sudah penuh semua. "Ya sudah, kita pulang saja."

"Eits, no. Kita duduk di rumput lapangan saja bagaimana? Kamu mau kan?"

Irene sebenarnya kekeh ingin pulang, tapi Suho ini ada saja akalnya supaya Irene tetap berada di Taman ini dan tidak merengek meminta pulang, seperti anak kecil.

Irene mengangguk sebagai jawaban.

Sebuah tangan kekar menggenggam tangan kecil miliknya. Terkejut? Pastinya. Suho menggenggam tangan Irene dan mengajaknya menuju lapangan.

Irene tidak menolak dan memilih untuk mengikuti Suho saja.

Keduanya kini telah duduk di rumput lapangan yang hijau dan tidak terlalu kotor. Mereka duduk bersebelahan sambil menatap langit malam yang di penuhi bintang-bintang yang begitu terang.

"Suka bintang?" tanya Suho yang tadi sempat menoleh dan mendapati perempuan di sebelahnya ini tersenyum sambil menatap ke arah langit.

Irene menoleh masih dengan senyum manisnya, "Hmm, suka." jawabnya sambil mengangguk dan kembali menatap langit.

"Kalau aku suka langit malamnya. Walaupun tidak berbintang atau pun berbulan, aku tetap suka langit malam. Indah."

"Aku juga suka langit malam. Selain indah, langit malam juga membuat aku merasa tenang dan damai." Irene tanpa sadar mengubah posisi duduknya menghadap pada Suho.

"Pernah, waktu itu, saat aku frustasi dengan penyakit ku sendiri. Aku bertemu dengan seorang anak kecil yang memberitahuku jika dengan menatap langit malam yang berbintang, bisa membuat hati kita tenang. Cukup dengan pejamkan mata kita lalu lupakan sejenak masalah dan beban pikiran dan tidur di bawah langit malam itu."

Suho tertarik dengan cerita Irene ini, ia menatap Irene yang sibuk bercerita tanpa mengubah posisi duduknya. Suho mendengarkan cerita ini dengan serius.

"Dan ya, benar. Ucapan anak kecil itu benar, aku merasakan ketenangan saat itu juga. Masalah dan beban pikiran ku terasa hilang dalam sekejap, meskipun hanya sesaat hilangnya tapi setidaknya aku merasakan ketenangan."

Suho mengangguk-anggukkan kepalanya. Irene tersenyum dan mengubah posisi nya menjadi bersebelahan dengan Suho.

Lelaki itu membaringkan tubuhnya diatas rumput lapangan. Irene menoleh dan mengerutkan keningnya, mengapa Suho malah berbaring di rumput?

"Aku akan mencoba apa yang pernah kamu lakukan dulu."

Suho menjadikan kedua tangannya sebagai bantal dan setelah itu ia mencoba memejamkan mata nya. Irene melihat ketenangan dan ketampanan di wajah lelaki ini saat itu juga.

Irene segera mengenyahkan pikiran halunya. Irene tidak boleh seperti ini terus, ia tidak boleh terlalu berlebihan mengangumi Suho.

Perempuan itu mengalihkan pandangannya ke arah langit malam kembali. Suho membuka sebelah mata nya dan melihat Irene yang masih duduk santai.

Ia mengerjapkan matanya perlahan tetapi ia tidak bangun untuk duduk kembali. "Irene." Suho menepuk rumput di sebelah kepalanya, ia mengkode Irene agar berbaring di sampingnya.

Perempuan itu mengerti dan tersenyum lalu membaringkan tubuhnya di sebelah Suho. Mereka berdua memejamkan matanya.

Mereka berdua menatap langit dengan semilir angin malam yang menerpa kulit membuat suasana agak sedikit dingin.

Dalam posisi yang masih tiduran di atas rumput, Suho menoleh pada Irene yang masih memejamkan kedua matanya.

Wajah nya begitu damai dan tenang, seolah perempuan itu memang tidak memiliki masalah. Padahal Suho tahu jika Irene mempunyai masalah yaitu tentang penyakit, kehidupannya dan juga keluarganya yang pergi ke negri orang meninggalkan dirinya sendirian di sini.

Rasanya malam ini Suho ingin membuat Irene melupakan sejenak masalahnya dan menghibur perempuan itu. Meski Irene bukan siapa-siapanya, tapi entah mengapa malam ini dirinya ingin melakukan hal itu.

"Irene, boleh aku minta sesuatu?"

Deg

Irene perlahan membuka matanya dan menoleh pada Suho yang juga kini sedang menatap wajah nya. Lebih tepatnya posisi mereka saling menatap satu sama lain.

"Sesuatu?"

"Hm," Lelaki itu mengangguk singkat.

"Apa?"

"Malam ini, aku ingin kita berdua bersenang-senang bersama, kita lupakan masalah kita sejenak. Boleh?"

Oh tidak, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Apa maksud Suho ini? Kita? Berdua? Bersama?

Irene masih diam tetapi ia membuang pandangannya saat melihat mata Suho yang penuh permintaan itu. Mata lelaki itu terlihat seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan ice cream oleh ibunya.

"Aku ingin membuat mu bahagia untuk malam ini, aku tau apa masalah dalam hidupmu Irene. Hanya kali ini saja. Kamu juga boleh meminta sesuatu padaku. Belanja? Shopping? Uang? Atau apa pun itu." entahlah Suho juga bingung mengapa ia menjadi seperti ini pada Irene.

" Hanya kali ini ya? Jika aku berani berkata bahwa permintaan ku pada mu itu adalah ingin terus seperti ini bersama mu, apa kamu akan menyetujuinya Suho? " Irene hanya bisa membatin. Ia tidak berani, ia tidak siap jika jawaban Suho nanti akan menyakiti hatinya.

Irene mengangguk menyetujui permintaan lelaki itu. Terukir senyum indah di bibir Suho, dia seperti seseorang yang baru saja mendapatkan hadiah undian.

"Kalau begitu, apa permintaan mu?"

"Kamu harus bahagia."

"Hanya itu? Tidak ingin uang atau yang lainnya?"

"Tidak usah."

"Tapi kan, kamu memerlukan uang untuk penyakit mu itu. Jika kamu mau uang, aku akan memberikannya hari ini juga. Tapi aku hanya bisa memberikan uang padamu hanya sedikit."

"Tidak usah, Suho."

Jauh... jauh sekali. Irene dengan Young Mi ini sangat jauh perbedaan sifat nya. Suho sekarang mulai mengagumi perempuan di sampingnya ini.

"Yang benar?"

Irene mengangguk mantap dan bangkit dari posisi tidur di rumput itu. "Aku tidak ingin merepotkanmu lagi."

"Tapi aku tidak merasa direpotkan. Lagi pula itu kan memang perjanjian kita di awal."

Memang benar apa yang dikatakan Suho itu, tapi tetap saja Irene merasa tidak enak hati jika lelaki itu terus menerus membantu dirinya, apalagi hanya dengan suatu perjanjian atau permintaan seperti ini.

Buat kalian yang suka nyemangatin aku makasih ya
Dan buat yang masih baca cerita ini juga makasih banyak...

Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang