23. Merelakan

263 39 2
                                    

23. Merelakan

Perempuan dengan rambut hitam panjangnya yang lurus itu kini sedang menyusuri jalanan kota. Ia sengaja tidak menaiki kendaraan umum untuk pulang.

Perasaannya tidak tentu. Ia masih merasa bersalah atas kejadian tadi, dan tadi... Suho sangat terpukul dan raut wajahnyapun terlihat sedih.

Jujur, Irene masih mencintai lelaki itu. Tapi apakah lelaki itu juga mencintainya?

Perempuan itu tertawa kecil. Ternyata begini rasanya mencintai seseorang yang sudah jelas seseorang itu sudah mempunyai orang istimewa dihidupnya.

Bahkan, Irene merasa malu jika bertemu dengan Suho. Pasalnya, lelaki itu sudah mengetahui aib dirinya dimasa lalu.

Mungkin... untuk memilikinya hati atau raganya, aku tidak akan bisa.

Sudah pasti lelaki itu akan kecewa dan ilfeel padanya. Ini kesalahannya dimasa lalu, dan ternyata berdampak pada kisah asmaranya.

Setetes air mata berhasil membasahi pipi mulus Irene. Perempuan itu menunduk menyembunyikan wajahnya dibalik rambut panjangnya yang terurai.

Berjalan sendirian ditengah ramainya kota sambil memikirkan sesuatu, itu membuat kepala Irene terasa pusing. Dan lagi, perempuan itu lupa jika hari ini dirinya belum memakan obat rutinnya.

Melangkah dengan keadaan badan yang kurang fit dan kepala yang pusing. Perempuan itu kehilangan keseimbangan nya dan berakhir ia tergeletak dijalanan.

Orang-orang yang sedang berjalan pun ramai-ramai mengerumuni dan menyadarkan Irene. Tapi, perempuan itu tak kunjung sadar dari pingsannya.

Terlihat seorang pengendara motor berhenti dan melewati kerumunan orang-orang. Pria itu bertanya pada orang di sebelahnya, "Dia kenapa?"

"Perempuan ini tiba-tiba pingsan disini, kita sudah mencoba membangunkannya tapi dia tak kunjung bangun."

"Panggil ambulance sekarang." perintah lelaki itu.

****

Sesampainya di Rumah sakit, para perawat dan suster langsung membawa Irene keruang UGD bersama seorang pengendara motor tadi.

Suho yang baru saja membeli minuman dari kantin Rumah sakit karena haus setelah tadi dia banyak bicara dan marah itu tak sengaja melihat Sehun yang sedang mengikuti para suster yang membawa pasien dengan brankar.

"Siapa yang sakit?" pria itu bermonolog.

Karena penasaran, akhirnya Suho berniat untuk mengikuti Sehun.

Ternyata Sehun berhenti di depan ruang UGD. Segera Suho berlari dan menyapanya.

"Sehun."

Lelaki yang dipanggil itu menoleh dan terkejut.

"Loh, Suho?"

"Siapa yang sakit?"

"I--ituu.. I-itu Irene."

"yang benar?"

"Iya,itu Irene. Dia pingsan dipinggir jalan."

Wajah lelaki itu terlihat khawatir. Suho merasa bersalah. Apakah Irene pingsan gara-gara dibentak dirinya tadi dan terus kepikiran?

"Kamu sedang apa disini?"

Pertanyaan dari Sehun membuat dirinya sadar dari lamunannya.

"Papah."

"Om Yong Ha? Kenapa? Kumat?"

Suho menggeleng. "Ceritanya panjang, Hun."

Suho sebenarnya sangat ingin menemui Irene, menemani perempuan itu. Ia yakin penyebab pingsannya Irene karenanya. Teringat kejadian tadi dimana ia membentak perempuan yang tak bersalah itu.

"Boleh aku menjenguk Om Yong Ha?"

Suho tersenyum sekilas, "Sebenarnya boleh, tapi ini bukan jam besuk nya, Hun."

Sehun mengangguk, lalu menepuk pundak Suho. Wajah lelaki yang lebih pendek darinya ini terlihat sangat lelah, dengan penampilan seadanya dan rambut yang agak berantakan.

Sehun tidak tega melihat Suho seperti ini. Jika  papahnya seperti ini , lelaki itu pasti selalu lupa akan kesehatan. Mengingat Suho sekarang hanya mempunyai seorang Ayah.

"Aku kembali lagi ke ruangan papah ya, Hun."

"Kamu tidak mau melihat Irene dulu?"

Suho menarik nafasnya pelan, kemudian menggeleng sekali. "Aku tau kamu bisa menjaga dia, Hun."

"T-tap..."

Suho telah melangkah pergi ke lorong rumah sakit sana meninggalkan Sehun yang kebingungan.

Sudah beberapa hari setelah hubungan pura-pura nya berakhir dengan Irene, Suho mencoba untuk melupakan perasaannya pada wanita itu. Namun sayang, ternyata dirinya tidak bisa.

Setelah kejadian dimana dia membentak Irene tadi,  Suho berfikir keras dan seharusnya ia tidak membentak Irene seperti tadi. Ia merasa sangat bersalah dan ingin meminta maaf pada Irene, tapi apakah perempuan itu akan memaafkannya?

Andai saja hubungan pura-pura ini tidak pernah terjadi, dan dirinya tidak pernah melibatkan perasaan dalam hubungan itu.

Melihat Sehun yang panik tadi membuat Suho yakin jika sahabatnya itu juga menyukai Irene. Bukan satu atau dua kali, Suho sebenarnya sering melihat bola mata Sehun tertuju pada Irene.

Mungkin dirinya harus mengubur dalam-dalam perasaannya. Lagipula dia tidak pantas menjadi pendamping nya Irene. Sehun... Lelaki itu, yang merupakan sahabatnya sendiri, mungkin lebih pantas untuk memiliki wanita seperti Irene. Mereka cocok, mereka sama-sama baik.

Merelakan seseorang yang dicintai untuk sahabatnya sendiri memang cukup sulit, tapi inilah yang terbaik. Lebih baik mengalah.

Suho yakin jika Sehun itu sangat mencintai Irene. Suho tidak marah akan itu, karena itu bukan salah Sehun, perasaannyalah yang mengendalikannya.

Mengenai perasaannya pada Young Mi... Entahlah, sedikit demi sedikit mulai menghilang,itu disebabkan oleh perasaannya yang fokus mencintai Irene.

Sepulang dari taman waktu itu, Suho baru menyadari jika dirinya memang menyimpan perasaan pada Irene.

Tanpa disadari, sikapnya pun berubah menjadi lebih baik setelah dekat dengan Irene, kebiasaan buruknya mulai menghilang.

Irene membawa pengaruh positif pada dirinya.

Ingin rasanya Suho mengungkap kan perasaannya yang sebenarnya ini pada Irene. Namun, Suho sadar jika Irene pasti tidak mencintai nya dan tentu perempuan itu sangat kecewa setelah apa yang Suho lakukan padanya.

Feelnya dapet gak sih? Atau kurang dapet?
Cerita ini gak sereceh cerita yang NMS kan ya? Yang pembaca NMS pasti tau.
Ini saya nanya loh, tolong dijawab ya

Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang