🐰🐰🐰
6. Terimakasih
Hari sudah semakin malam, para pengunjung pun satu persatu sudah mulai pergi dari Restoran ini. Begitu juga dengan Suho dan Irene, keduanya kini sedang berada di perjalanan pulang.
Tetapi ditengah perjalanan, mobil Suho tiba-tiba mogok. Terpaksa keduanya turun dan mengecek keadaan mobil. Suho tidak ahli dalam memperbaiki mobil, ingin menelpon bengkel tapi ternyata handphone nya mati.
"Irene, bolehkah aku meminjam handphone mu?" Irene menatap Suho penuh tanya. "Untuk apa?"
"Aku ingin menelpon montir."
"Memang nya kamu tahu nomor montir itu? Percuma saja jika kamu tidak tahu nomor nya." seketika Suho diam. Benar juga apa yang dikatakan Irene barusan.
Sayang sekali, di sekitar sini juga tidak ada Bengkel yang buka, semuanya tutup. Suho mengacak rambut nya frustasi kemudian menghela napas nya dengan kasar.
"Aku tidak bisa memperbaiki ini, Irene. Aku tidak tahu caranya." keluh Suho, padahal tadi Irene telah berharap jika Suho bisa memperbaiki ini semua.
Perjalanan pulang masih cukup jauh. Suho dan Irene duduk bersebelahan di kursi dekat trotoar. Keduanya sedang menunggu taxi datang, tapi biasanya malam-malam begini taxi sudah jarang melintas. Jalanan juga mulai sepi.
Setengah jam mereka menunggu taxi yang tak kunjung melintas, membuat Suho mengusap gusar wajahnya. Dilihatnya Irene yang sedang menguap, sepertinya perempuan itu mulai mengantuk.
"Kamu mengantuk?"
Irene langsung mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, "Tidak."
Suho tahu Irene berbohong. Sepertinya juga tidak akan ada taxi yang melintas lagi.
"Bagaimana jika kita berdua jalan kaki?" Irene menoleh pada pria yang berada disamping nya ini, "Kalau kamu lelah berjalan, kita istirahat saja dulu." Irene malas jika harus berjalan kaki, pasalnya kost-an nya masih jauh dari sini.
Tapi, masa iya dirinya akan terus berada di sini hingga pagi? Tidaklah, Irene tidak mau. Terpaksa perempuan itu mengangguk menyetujui nya.
"Mobilmu?"
"Biarkan saja, besok aku akan memanggil montir." Irene mengangguk paham. Keduanya mulai berjalan di atas trotoar dengan Irene yang menenteng kantong plastik di tangan nya.
Angin malam berhembus menusuk kedalam pori-pori mereka. Untung saja Irene memakai jaket dan Suho juga memakai hoodie nya, jadi badan nya tidak terlalu dingin.
"Maafkan aku, Irene. Gara-gara mobilku mogok, kita berdua terpaksa berjalan kaki untuk pulang."
Irene diam. Ia memang kesal, tapi apa dia berhak untuk marah pada Suho? Lagi pula ini bukan salah Suho juga.
"Tidak apa," Irene menjawab nya dengan kepala yang menunduk ke bawah.
"Irene." Wanita itu mendongakkan kepala nya kearah wajah Suho.
"Kenapa kamu menerima tawaran ku itu?"
Irene sempat terdiam, tapi tak lama dari itu perempuan ini menjawab nya, "Terpaksa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
AcakBerawal dari permainan truth or dare yang membuatnya harus mengencani seorang perempuan yang pertamakali ia lihat saat sedang berada di Cafe selama dua bulan. Padahal dirinya telah mempunyai seorang kekasih yang sangat ia cintai. Penasaran? Langsung...