27. Dia Kembali

237 37 0
                                    

27. Dia kembali

Sudah dua malam semenjak kejadian di lapangan basket itu Suho selalu memikirkan Irene. Lebih tepatnya Irene selalu muncul dalam angan-angannya.

Suho ingin sekali mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya pada perempuan itu namun, ia takut jika Irene menolaknya dan malah menghindarinya. Mengingat saat di lapangan basket perempuan itu sempat menolak memberikan pundaknya untuk dijadikan tempat sandaran.

Entahlah, Suho refleks waktu itu. Tapi, sebenarnya hatinya senang saat akhirnya Irene mau meminjamkan pundaknya.

Ia benar-benar butuh sandaran untuk menghilangkan kesedihan ini.

****

Perempuan berambut di kuncir itu kini sedang duduk manis di tepi trotoar sambil melihat kendaraan yang berlalu lalang. Sungguh, ia merasa bosan di hari libur ini.

Sebenarnya Irene ingin sekali menikmati akhir pekan ini dengan mencoba aneka ragam kuliner. Tapi sayang, dompetnya sedang menipis dan ia hanya bisa duduk dan menyusuri keramaian sesekali meminum minuman.

Saat ia hendak berdiri dari duduknya tiba-tiba seorang perempuan paruh baya keluar dari mobil. Wanita itu mendatangi Irene lalu menyapanya.

"Hai nak..."

Irene sempat terdiam sekejap saat melihat penampilan wanita yang sepertinya sudah berkepala empat di depannya ini.

Kacamata hitam yang dilepaskannya dan tas kecil yang ia bawa bisa Irene pastikan harganya. Meskipun Irene ini bukan orang berada, tapi ia tau tentang harga barang-barang branded dan ciri-cirinya.

Wanita ini memakai pakaian yang terlihat sederhana. Namun, terdapat beberapa perhiasan pada pergelangan tangan dan lehernya.

"Hai.."

Wanita itu tersenyum manis, "Bolehkah saya bertanya?"

Irene mengangguk cepat, "Silahkan."

"Kamu tau alamat ini tidak?" wanita itu memperlihatkan kertas putih yang terdapat tulisan alamat rumah.

Sebentar, Irene sepertinya tidak asing dengan alamat ini.

"Apakah kamu tau?"

"Iya, saya tau alamat rumah ini."

"Syukurlah. Bisa kamu antarkan saya kesana?"

"Iya, bisa bu."

"Panggil saya tante saja ya."

"Oh o--oke tante."

Irene pun segera mengantarkannya ke alamat tersebut dengan menaiki mobil wanita ini.

"Pak, anak ini tau alamatnya." ujar wanita di sebelahnya pada sopir pribadinya.

"Lurus saja dulu pak, nanti di depan belok kiri ya."

"Baik non."

Di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba wanita ini bercerita tentang kehidupannya.

"Hari ini saya sangat senang, akhirnya saya akan bertemu dengan pangeran kecil saya yang sudah lama saya tinggalkan."

"Saya tidak tau apakah dia masih tinggal di rumah itu atau tidak. Tapi setidaknya saya akan mencari dan terus mencari dimana pun dia berada sampai saya menemukannya."

Irene melihat kedua mata wanita ini berkaca-kaca. Sepertinya dia sangat merindukan pangeran kecilnya. Tapi, apakah pangeran kecil yang dimaksud adalah Suho? Pasalnya alamat yang ia cari ini adalah alamat rumah Suho.

"Saya tau ini semua salah saya. Saya akan menerima apapun perlakuan anak saya pada saya nantinya. Saya yakin dia akan kecewa dan mungkin tidak mau bertemu. Tapi tidak apa, bagaimanapun nanti setidaknya saya sudah melihat wajah anak saya yang sudah tumbuh dewasa."

Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang