Apa yang dikatakan Raga memang benar, Aminah berada di indekos milik salah satu teman Raga yang juga kerja di bank.
"Ga, lo mau bikin keributan?" bisik teman Raga yang bisa Divya dengar.
Namun, bukan itu fokus Divya sekarang, melainkan ke Aminah yang duduk tertunduk takut membalas tatapan tajamnya.
"Bisa kita bicara?" Tanpa dipersilakan masuk, Divya melewati pintu dan duduk di karpet di mana Aminah juga duduk di sana. "Saya langsung ke poinnya."
"Saya ke rumah Mas Raga cuma buat minta tolong," sela wanita itu, sembari mengangkat wajah menatap mata Divya.
"Jangan potong ucapan saya, sekarang jawab dari awal saat kalian punya hubungan." Divya melipat tangan di depan dada. "Yang pertama, berapa lama kalian pacaran?"
Aminah menelan ludah susah payah. "Dua tahun yang lalu sebelum ketahuan dan putus, kami pacaran sebelas bulan. Setelah suasana mulai kondusif, kami pacaran lagi tiga bulan," jelas wanita itu dengan wajah ketakutan.
Divya tidak terlalu ingat dengan penjelasan Raga waktu itu. Yang diketahuinya mereka kenal sudah dua tahun, dan pasti di bulan-bulan yang berlalu ada kata selingkuh di sana.
"Anda cinta sama suami saya?" tanya Divya, sama sekali tidak merubah tatapan tajamnya.
"I-iya."
Divya menarik napas dalam, dan mengembuskan perlahan. Fakta ini tidak membuatnya terkejut, tentu yang namanya cinta tidak bisa diprediksi dan dipaksakan, ketika seseorang telah merasakan cinta, maka sudah pasti yang ada adalah ketulusan dan ingin bersama selamanya.
Mereka telah lama bersembunyi di belakang, hal inilah yang membuat Divya paham betul bahwa yang dirasakan Raga bukanlah nafsu semata. Raga berkata cinta pada Divya, jika memang begitu, pasti perasaan tersebut adalah ketulusan. Namun, nyatanya Raga berkhianat. Jelas itu bukanlah cinta. Divya menduga, Raga hanya tak ingin anak-anak mengalami yang namanya perpisahan orang tua.
"Tapi Mas Raga nggak pernah lihat saya sebagai orang yang dicintai, dan itu malah membuat saya merasa rugi karena memberikan dia cinta yang malah diabaikan, dan akhirnya bikin keluarga saya hancur seperti ini ...."
Aminah menunduk, menutup wajah yang kalut. Bisa Divya lihat bekas luka di tangan wanita itu ketika terangkat menutup wajah. Sebuah asumsi muncul di kepalanya, tetapi Divya tidak ingin ikut campur pada apa yang dialami Aminah saat ke Jakarta.
"Sudah sejauh mana hubungan kalian?" Divya tidak terganggu meskipun telinganya menangkap suara tangis kecil dari Aminah.
"Tidak lebih dari ketemu, makan bareng, dan pulang ke rumah masing-masing." Wanita itu menjawab sembari mengusap sudut mata.
"Jangan bohong," ketus Divya.
"Sumpah, Mbak, kami nggak lakuin sejauh itu. Mas Raga mana mau lihat saya lebih, dia sendiri yang bilang kalau saya ini cuma mainan buat dia."
"Penjelasan Anda berbeda dengan penjelasan Mas Raga." Divya menengok ke belakang, di mana Raga duduk di dekat pintu masuk yang sudah tertutup rapat. "Keluar," titahnya pada sang suami.
Raga tidak membantah, bak peliharaan yang langsung menuruti kata tuannya. Bisa Divya lihat teman Raga yang terngaga menilik patuhnya pria itu.
"Gue ikut, Bang." Teman Raga hendak ikut berdiri.
"Di sini aja, saya butuh Anda sebagai penengah nanti kalau terjadi adegan baku hantam," cegah Divya. "Kalau boleh tahu, siapa nama kamu?"
"Ri-Rizal." Teman Raga tergagap.
Divya sadar bahwa ia sedang mengeluarkan aura gelap, terlihat jelas dari ketakutan Rizal yang menjawab pertanyaannya. Ia kembali menatap ke arah Aminah, menajamkan tatapan untuk mengintimidasi. Wajahnya benar-benar tidak bisa dikatai santai, dan Divya suka ketika lawannya itu menatap ketakutan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lo Selingkuh, Gue Balas! ✓ (END)
RomanceDivya Arsyakayla dua kali dikhianati sang suami, Raga Bamantara. Dipikirnya satu kali ketahuan, suaminya itu akan menyesal dan tidak mengulangi lagi. Namun, nyatanya Raga masih berhubungan dengan wanita yang sama. Pada keputusasaan, menyalahkan diri...