“Berhenti di sana!” peringat Divya, matanya penuh dengan ancaman.
“Div, ka—”
“DIAM!” Ia tidak ingin mendengarkan apapun dari pria itu. “Urusan kita ada di pengadilan agama, bukan di rumah ini.”
“Mas—”
“AKU BILANG DIAM!” interupsi Divya lagi.
Detik kemudian terdengar isakkan dari arah punggungnya, bisa ia kenali itu adalah Kayla. Sungguh, Divya tidak ingin anak-anaknya melihat kejadian ini. Namun, ia pun tak bisa menghindari ketika melihat pria itu mencoba untuk mendekat ke arah mereka.
“Div, semuanya bisa diomongin baik-baik,” bujuk Alena.
“Baik-baik?” Divya menatap sengit sahabatnya itu, “lo nggak tahu apa yang guerasain, Al. Bukan cuma sekali, dia ulangi dosanya tanpa mikirin perasaan gue!”
Alena terdiam, Divya kembali memindai tatapan ke arah Raga. Sudah jelas di sini, Alena tahu jika ia meninggalkan rumah, dan mungkin sahabatnya itulah yang menelepon Raga untuk datang ke sini. Pantas saja Alena tidak bertanya mengapa Divya bolos kerja hari ini. Pada kenyataannya, wanita itu membohonginya.
“Gue pergi sekarang, Al.” Divya melangkah meninggalkan tempat itu.
“Mama!” panggil Kayla dan Raynar.
Apa yang dilakukan Divya sekarang adalah menutup telinga, berusaha tidak mendengarkan isakkan kedua anaknya. Jika ia lemah pada mereka, maka selamanya Divya akan hidup dibohongi oleh Raga. Tidak lagi, ia sangat ingin bahagia sekarang, bukan kembali menjatuhkan diri pada lubang yang sama.
“Divya!”
Suara Raga terdengar memanggil, Divya berlari ke luar rumah Alena. Meskipun pria itu mengejar, kakinya tidak akan berhenti untuk berlari.
{{{
Sesampainya di tower apartemen Permana, Divya tersenyum haru melihat pria itu mondar-mandir di lobi dengan kerutan di dahi pertanda sedang mengkhawatirkan sesuatu.
“Clov,” panggil pelan Divya.
Permana menoleh, dengan jelas menghela napas lega. Tanpa pikir panjang mendekati Divya dan memberikan pelukan hangat, seakan mengatakan bahwa inilah tempat pulang Divya yang sesungguhnya.
Saat ini, yang Divya rasakan adalah nyaman. Ia ingin berlama-lama dalam posisi ini, pelukan itu menyiratkan selamanya akan melindungi, memberi rasa aman dan penuh kesetiaan. Pandangan Divya berkabut, sangat terharu menyadari bahwa ada seorang pria yang tulus mencintainya, di saat ada pria lain yang menyia-nyiakannya.
“Kamu dari mana aja?” tanya Permana, melerai pelukan dan menatap mata Divya dalam.
“Rumah Alena, ketemu anak-anak di sana. Tapi ternyata Alena bocorin sama Raga kalau aku lagi di rumahnya,” jelas Divya, “kita masuk sekarang, yuk. Aku capek.”
“Kamu nggak apa-apa, ‘kan?”
Divya menggeleng, perasaannya jauh lebih tenang ketika sudah bertemu dengan pria di hadapannya ini.
“Kamu nungguin?”
Padahal sudah Divya lihat bagaimana sikap Permana menunggunya, tetapi ia masih ingin bertanya untuk memastikan bahwa pria itu tak berubah setelah melewati berjam-jam tanpa dirinya.
Permana mengangguk. “Nungguin banget. Aku tinggalin pekerjaan karena mau anterin kamu baju ganti, tapi ternyata kamu nggak ada di apartemen,” jelas pria itu.
“Makasih.” Divya spontan mengatakan itu.
“Untuk?” Permana mengangkat satu alisnya, tersenyum geli kala mendapati Divya salah tingkah ditatap begitu intens, “aku belum berbuat apa-apa buat kamu, jangan ucap terima kasih dulu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo Selingkuh, Gue Balas! ✓ (END)
RomanceDivya Arsyakayla dua kali dikhianati sang suami, Raga Bamantara. Dipikirnya satu kali ketahuan, suaminya itu akan menyesal dan tidak mengulangi lagi. Namun, nyatanya Raga masih berhubungan dengan wanita yang sama. Pada keputusasaan, menyalahkan diri...