11: Clovis

86.5K 6.7K 89
                                    

Saat jam makan siang, Permana dengan terang-terangan mengajak Divya untuk makan bersama di luar. Di hari pertama Divya makan bersama Nissa dan dua karyawan lainnya di rumah makan yang berada di seberang jalan.

Namun, hari ini karena Permana tidak punya kesibukan di luar sana, maka Divya diajak makan bersama, dan tentu saja ia terima dengan senang hati.

“Seharusnya di rumah makan depan aja udah cukup,” kata Divya setelah menghabiskan makanannya.

“Aku nggak mau karyawan lain dengar tentang kita.” Permana membalas.

“Nggak mau tahu, tapi ngajak makan di depan karyawan lain, situ sehat?”

Permana tersenyum mendengarkan penuturan itu. “Kapan-kapan ajak anakmu, di Instagram wajah mereka ketutup mulu. Jadi penasaran, mirip kamu atau enggak.”

“Mirip, dong, aku mamanya,” ujar Divya. “Ngomong-ngomong, Clov, kamu udah nikah?”

Pria itu malah menyeruput minumannya dan kemudian meraih kunci mobil. “Aku balik ke Indonesia karena seseorang, tapi sayangnya udah terlambat.”

Divya mengerutkan kening tidak mengerti. Ucapan Permana sama sekali tidak menjawab apa yang ditanyakan olehnya.

“Yuk, balik,” ajak pria itu.

Divya meraih tasnya, dan menyampirkan tali ke bahu. “Kamu belum jawab pertanyaanku.”

Permana tertawa sumbang, kemudian melangkah menuju pintu keluar. “Aku dan perasaanku masih sama-sama sendiri.”

Divya mengernyit, ucapan pria itu terdengar menggelitik telinga. “Miris, Clovis yang aku kenal udah berubah jadi sad man.”

“Keadaan yang memaksa,” timpal Permana.

Boleh Divya jujur? Ketika Permana mengajaknya makan berdua, dan saat-saat mereka bersama begini, menimbulkan kebahagiaan di hati Divya. Entah apa namanya, akan tetapi ia yakini bahwa pria itu sudah membuat rasa penasarannya terbayar. Lima belas tahun menumpuk pertanyaan, bagaimana kabar seorang Permana, sekarang terjawab sudah.

Keduanya masuk ke dalam mobil, bersama Permana membuat Divya sedikit melupakan apa yang terjadi padanya dan Raga di mobil tadi pagi.

“Mas Darsa apa kabar?” tanya Permana, membuka kembali percakapan.

“Baik.” Divya menoleh pada pria itu. “Kamu masih ingat Mas Darsa ternyata, aku pikir udah lupa.”

“Bahkan aku masih ingat wajah ibumu,” ujar Permana, “eh, sorry.”

Divya tersenyum, meluruskan duduknya dan menatap ke depan. “Nggak masalah, emang udah takdir.”

“Beliau udah tenang di sana,” ucap Permana, tangan terulur untuk mengusap bahu Divya.

Selama kenal dengan Permana di Denpasar, pria itu memang sering mengunjungi tempat berjualan Dania—ibu dari Divya. Hal itulah yang membuat Permana dekat dengan keluarga Divya.

Meskipun hanya sebentar dan serba kekurangan, tetapi masa-masa itu sangat indah bagi Divya. Dania masih ada di dunia ini, Darsa masih selalu di sampingnya dan menjadikan ia sebagai orang berharga yang harus dijaga. Serta ada Clovis, si anak laki-laki bermata abu-abu yang selalu menemani Divya ke mana-mana.

“Kamu tiba-tiba pindah, dua bulan kemudian aku juga dibawa sama nenekku ke Prancis,” cerita Permana.

“Seharusnya pas tahu instagram aku, kamu langsung hubungi aku.”

“Buat apa? Ujung-ujungnya ketemu juga.” Pria itu tertawa renyah, dilihat dari gurat wajah, seakan berterima kasih pada takdir yang bertindak tanpa ia mengambil langkah.

“Udah takdir,” Divya tersenyum simpul, “ngeri juga sama takdir. Kenapa ketemunya bukan saat aku udah bikin usaha sendiri?” Ia menertawakan diri sendiri.

Permana menggeleng tegas. “Mau jadi apapun kamu, di mataku kamu tetap perempuan hebat,” akunya.

Divya tidak menyahuti, baginya satu kata itu tidak pantas untuk diberikan padanya, terlebih dari seseorang yang tak tahu kegagalan apa yang tengah dialaminya. Raga suaminya, tetapi mengapa Divya tidak bisa menjaga dengan baik?

“Aku udah nggak kayak dulu, Clov,” gumam Divya.

“Apa?” Permana tak bisa mendengarkan apa yang dibicarakan oleh temannya itu.

“Aku udah nggak bisa bikin orang-orang tunduk ke aku. Bahkan suamiku saja berkhianat.” Divya menghela napas kasar.

Tidak seharusnya Permana mendengarkan masalah ini. Namun, Divya tidak punya siapa pun yang bisa dijadikan sandaran. Berbicara pada Alena, yang ada hanya malu. Sahabatnya itu hidup bahagia, sedangkan Divya malah mendapatkan takdir seperti ini.

{{{

Saat Divya dan Permana sampai di C-licious—toko kue milik Permana—para karyawan menjadikan Divya sebagai pusat perhatian. Sudah pasti pertanyaan menumpuk di kepala mereka, tetapi enggan untuk mengungkapkan karena sama saja mencari tahu tentang bos mereka.

Divya kembali ke belakang kasir setelah menggunakan kembali apron miliknya. Lonceng berbunyi, pertanda ada seseorang yang datang ke toko ini.

“Mbak!” Raira melambaikan tangan pada Divya dengan senyum merekah sempurna.

“Ra,” Divya mengernyit.

Rasa curiganya datang begitu saja, mungkinkah Raira datang atas perintah Raga?

“Wuuh ... ternyata bener kata Mbak Alena, kue-kue di sini bikin mata melek,” kagum Raira.

Seketika apa yang dicurigai Divya menghilang begitu saja. Jika dipikir-pikir, adik iparnya itu mana mungkin mencari tahu tentangnya. Karena setahu Divya, Raira adalah orang yang tidak ingin ikut campur dengan masalah orang lain.

“Beli cake buat siapa?” tanya Divya.

Raira mendekati Divya dengan senyum bahagia. “Malam ini Sammy datang ke rumah sama orang tuanya. Mbak sama anak-anak harus datang juga.”

Senyum bahagia adik iparnya itu tertular pada Divya. Segera ia mengangguk untuk mengiyakan permintaan Raira.

“Mas Raga juga udah aku kasih tahu. Jangan sampai telat, ya, Mbak.”

“Iya, iya. Ngapain juga Mbak telat di acara lamaran kamu. Ini acara penting,” ujar Divya. “Udah, gih, kamu pilih mau beli apa.”

“Sip, deh.” Raira mengacungkan jempol pada Divya.

Ah, sebentar lagi adik iparnya itu akan menjemput kebahagiaan baru. Divya yakin bahwa mereka tidak akan bertemu dengan bebas setelah Raira menikah. Oleh karena itu, ia sedikit merasa sedih karena anak-anaknya pasti akan mencari Raira jika jarang mengunjungi rumah mereka.

Namun, begitulah kehidupan, sudah keharusan. Divya tak bisa menghentikannya. Kelak ia akan melihat putrinya tersenyum sebahagia Raira. Jika hari itu telah tiba, maka Divya harus siap cinta dari putrinya terbagi pada pria yang kelak menjadi penjaga. Semoga saja putrinya itu tidak termakan karma dari Raga.

{{{

Ada yg belum follow aku? 😁
Aku saranin follow, ya, karna biasanya aku ngasih informasi tentang karyaku di pengumuman.

Jangan lupa vote dan komen 😋

Lo Selingkuh, Gue Balas! ✓ (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang