Divya belum sempat mengganti pakaian, Raga sudah melayangkan pertanyaan. Tentu saja pria itu masih membahas apa yang dimaksud oleh Divya tadi.
“Pikir sendiri.” Malas menanggapi, Divya masuk ke dalam kamar mandi beserta pakaian di tangannya.
“Sumpah, Mas nggak ngerti maksud kamu apa!” Raga mengacak rambutnya, terlihat sangat frustrasi, “Jangan gini, dong, Div. Kasih tahu apa salahnya Mas, biar Mas perbaiki.”
Divya diam meskipun ia mendengarkan apa yang dikatakan oleh Raga. Segera saja mengguyur tubuh di bawah shower, kemudian menyelimuti tubuh dengan busa sabun.
“Div, kamu dengar, Mas?” Raga masih saja mencari jawaban.
Divya tidak menyahuti, aktivitas sekarang adalah fokusnya. Setelah selesai menyabuni tubuh, ia mengguyur kembali di bawah shower. Saat ia selesai mandi dan mengganti pakaian, Raga masih menunggu jawaban. Divya menghela napas berat, pria itu nampak pantang tidur sebelum diberitahu.
“Mas nggak ngerasa ada yang disembunyiin dari aku?” tanya Divya, mulai jenuh dengan kelakuan sang suami.
Raga diam, nampak tengah berpikir. Melihat hal itu, Divya berbaring dan memunggungi suaminya, untuk yang kesekian kalinya.
“Aminah sendiri yang kasih tahu Mas kalau dia dibawa pindah sama suaminya ke Kalimantan. Dia kasih tahu pakai akun Instagram yang baru,” aku Raga, “tapi sumpah, Div, Mas udah blokir nomor HP dia, di WA, Instagram dia juga Mas blokir. Itu makanya dia bikin akun baru buat ngasih tahu Mas.”
Divya mendengkus, akhirnya Raga mengakui juga. Namun, dua kali dibohongi tidak akan membuatnya langsung percaya. Ia memutar tubuh, mengarah pada sang suami yang terlihat tegang.
“Mana HP Mas.” Sembari mengulurkan tangan.
Tanpa bertanya, Raga mengambil ponsel dari atas nakas dan memberikan pada Divya. Segera Divya mengecek semua daftar hitam dan daftar blokir di semua aplikasi.
Terakhir, ia mengecek kalau saja ada akun kloning yang dibuat oleh Raga untuk menghubungi Aminah, tetapi nihil. Bahkan Raga hanya memiliki satu alamat e-mail. Namun, Divya masih saja tidak langsung percaya. Dibawanya ponsel tersebut menuju lemari pribadinya, kemudian mengunci di laci.
Raga tidak protes, hanya melihat apa yang dilakukan Divya dalam diam. Pria itu seakan takut untuk mengatakan apapun, dan Divya sangat suka jika Raga berada di bawah kakinya.
Ia punya alasan tersendiri menyita ponsel milik Raga. Divya malas dihubungi setiap jam dan menit, seakan tengah memberi perhatian, tetapi ternyata mengawasi segala aktivitasnya. Si pengawas adalah pembohong ulung yang mengambil kesempatan dari informasi Divya untuk melancarkan aksi. Sungguh, sering disakiti, ia merasa semakin pintar.
“Aku nggak bakal langsung percaya, Mas.” Divya kembali ke kasur dan berbaring di sana. “HP Mas aku sita sebulan, kali aja si Aminah masih hubungi Mas.”
“Iya,” ujar Raga, terdengar sangat pasrah.
“Masih ada satu pertanyaan yang belum Mas jawab sampai sekarang.” Divya menatap tajam ke arah pria itu.
“Apa lagi?”
Mendengkus, rasanya Divya ingin sekali menghajar Raga sampai babak belur. “Pikir sendiri!” semprotnya, sangat kesal.
{{{
“Gile lo, minta buatin baju tapi males ngukur.” Alena mendengkus kesal.
“Ukuran gue sekeluarga udah ada di Mbak Penjahit,” ujar Divya, tidak ingin disalahkan.
“Iya, tapi itu yang waktu lebaran. Lo sama Raga emang udah nggak tumbuh, tapi Kayla dan Raynar?” Nyatanya Alena masih terus menyalahkan Divya.
“Itu makanya gue minta celana dan rok buat anak-anak dipanjangin dikit. Tenang, semua udah gue prediksikan.” Divya membalas dengan sangat santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo Selingkuh, Gue Balas! ✓ (END)
RomanceDivya Arsyakayla dua kali dikhianati sang suami, Raga Bamantara. Dipikirnya satu kali ketahuan, suaminya itu akan menyesal dan tidak mengulangi lagi. Namun, nyatanya Raga masih berhubungan dengan wanita yang sama. Pada keputusasaan, menyalahkan diri...