“Kamu jawab, atau Mas nggak bakalan izinin kamu kerja lagi,” ancam Raga.
Divya memutar tubuh, menghadap ke arah suaminya itu. “Mas aja belum jawab pertanyaan aku.” Matanya menatap sengit.
“Pertanyaan yang mana?” Raga mengerang.
“Apa alasan Mas selingkuh? Apa kurangnya aku?”
Raga mengulum bibir, lirikan mata mengatakan tidak tenang. “Mas hanya khilaf, dan nggak ada yang kurang di kamu.”
“Aku nggak terima kata khilaf sebagai jawaban!” ketus Divya.
“Ya, itu. Mas hanya khilaf.”
“Apapun yang dilakukan pasti ada alasannya, khilaf selalu jadi kambing hitam. Ngomong udah nggak cinta apa susahnya, sih?” Divya mendengkus, menarik kembali selimut dan berbaring.
Bisa dilihatnya Kayla terdiam, mata itu sudah berkaca-kaca dan hampir akan menangis. Kayla hendak turun dari ranjang, dan Divya tahu apa yang akan dilakukan anak itu.
“Kay, tidur. Nggak ada acara ngomong ke kakek nenek,” cegah Divya.
Kayla menuruti, berbaring dan menarik selimut hingga dada. “Kayla bakalan jadi anak penurut, asalkan Mama sama Papa jangan berantem lagi,” ucap anak itu.
Tangan Divya terulur, mengelus rambut sang putri. “Udah, nggak apa-apa. Kayla tidur sekarang.”
Putrinya itu memejamkan mata. Divya melirik ke arah Raga yang masih berdiri di sebelahnya, nampak menunggu momen untuk kembali berdebat.
“Mas masih menunggu jawaban.”
“Aku juga masih nunggu jawaban,” ujar Divya, tidak ingin kalah.
“Div, selamanya Mas cinta sama kamu—”
“Nyatanya Mas berkhianat,” Divya menoleh, menatap tajam ke arah pria itu, “kenapa? Nggak cukup cuma ada aku? Maunya lebih? Dua, tiga, atau sembilan sekaligus, aku nggak masalah, asalkan kita cerai.”
Rahang Raga mengerat, membuang napas kasar, dan tangan terkepal. “Sampai kapan kamu mengalihkan pembicaraan? Kita lagi bahas kamu!”
“Dia owner di tempat aku kerja! Baru sekali ketemu anak-anak waktu jemput aku!” jawab Divya. “Mas berkhianat, tapi takut dikhianati. Kalau punya sifat kayak gitu, kenapa waktu itu nggak mikirin perasaan aku? Hah?”
“Div,” lirih Raga, tak bisa berkata-kata.
“Hubungan kami nggak lebih dari karyawan dan bos. Selama ini aku kerja bukan untuk main-main.” Divya mendengkus, menatap nyalang ke suaminya. “Mau tanya apa lagi? Aku udah jawab semuanya. Sekarang giliran Mas yang jawab!”
Meskipun ada fakta yang tidak ia katakan, Divya merasa itu akan tertutupi karena yang tahu hanya Permana, Charles, dan Divya sendiri. Tidak sekalipun ia bercerita pada orang lain. Tentang kehidupannya bersama Permana di Denpasar, tentang status mereka dulu, dan tentang pria itu yang masih menyukainya.
Divya menyembunyikan itu agar tidak ada keributan, dan nantinya akan berimbas pada pekerjaannya. Sebab ia belum benar-benar memulai kehidupan mandirinya.
Raga berjalan memutari ranjang, dan tidur di sebelah Kayla. “Mas percaya sama kamu, Div. Tolong, jangan khianati Mas,” ucap Raga penuh dengan permohonan.
Divya berdecak. “Aku malah nggak percaya lagi sama Mas. Meskipun HP Mas masih aku simpan, tapi bukan berarti Mas bakalan dapat kepercayaan dari aku lagi.”
{{{
Nampaknya tidak ada yang mendengarkan pertengkaran mereka tadi malam. Dilihat dari keluarga Raga yang tenang-tenang saja ketika melihat Divya ikut bergabung dalam percakapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo Selingkuh, Gue Balas! ✓ (END)
RomanceDivya Arsyakayla dua kali dikhianati sang suami, Raga Bamantara. Dipikirnya satu kali ketahuan, suaminya itu akan menyesal dan tidak mengulangi lagi. Namun, nyatanya Raga masih berhubungan dengan wanita yang sama. Pada keputusasaan, menyalahkan diri...