“Harusnya ada Mas Darsa di sini,” Charles, lelaki berusia 26 tahun itu menatap hasil jepretannya, “kita kekurangan personil.”
“Mas Darsa udah sibuk banget. Maklum, bapak-bapak anak tiga. Kalau nggak kerja, kelar hidupnya.” Divya tersenyum mengingat kakaknya itu yang sudah dua bulan belum ia jumpai.
“Emangnya Mas Darsa kerja apa?” tanya Permana.
“Kerja di perusahaan swasta.” Divya mengaduk minumannya.
Mata menilik ke arah Charles, adik semata wayang Permana yang kini berubah menjadi pria dewasa. Dibandingkan Permana yang terlihat lebih ke visual luar negeri, Charles malah lebih mirip orang Indonesia. Kecuali rambut cokelatnya yang alami tanpa diwarnai.
“Selama ini Mbak Div di Jakarta?” Charles sedari tadi menanyakan hal itu.
“Iya.” Dan Divya tidak bosan untuk menjawab.
“Iiissh ... kenapa aku baru tahu sekarang, sih,” lelaki itu terlihat kesal, “tapi Mbak Div bisa nikah, sedangkan Permana ....” Tertawa mengejek.
Divya tersenyum geli. “Jodoh di tangan Yang Kuasa,” ujarnya.
“Iya, kalau dia move on. Tapi Permana malah nyariin Mbak seumur hidup, mana bisa dia dapat jodoh.” Charles tertawa puas setelah mengungkapkan hal itu.
Divya kurang mengerti maksud adik dari Permana, maka ia lirik saja sang kakak yang kini tengah melayangkan tatapan membunuh pada si adik.
“Kalian kenapa?” tanyanya.
Charles malah semakin tertawa, hal itu mengundang perhatian pengunjung kafe. Bisa Divya lihat, Permana meremas tisu dan melemparkan pada Charles.
“Kenapa, sih? Rame, kok, nggak ngajak.” Divya masih mengawasi keduanya.
“Nggak ada, Mbak. Biasa, Permana lagi sensi,” ujar Charles. “Udah kenyang, kita ke mana habis ini?”
“Ke mana-mana yang kamu mau.” Permana nampak tidak peduli, mungkin masih kesal dengan kelakuan adiknya tadi.
Charles tersenyum cerah. “Gimana kalau kita ke rumah Mbak Div. Aku mau ketemu anak-anaknya Mbak Div.”
“Nggak,” tolak Permana.
“Why?” Charles menaik-turunkan alisnya, “you nggak mau cemburu sama suaminya, ya ....”
Permana berdecak.
“Kamu ini, dari tadi godain Clovis mulu.” Divya menandaskan minumannya. “Kalau mau lihat Kayla dan Raynar, nanti aja. Keadaan rumah lagi sensitif.”
“Hm?” Charles terlihat bertanya, tetapi tidak menyuarakan pertanyaan. Pada akhirnya lelaki itu mengangguk paham. “Terus, pertemuan kita berakhir di sini?”
“Nggak masalah, aku masih bisa ketemu Divya setiap hari,” ujar Permana.
“Curang!” Charles mendengkus.
{{{
“Charles kenapa jadi kek gitu?”
Divya tak habis pikir ketika melihat adik dari Permana tengah melambaikan tangan padanya sembari menari-nari di depan umum. Seakan tidak merasa malu, orang lain dianggap patung oleh Charles.
“Entahlah, mungkin itu efek dari kepalanya kepentok di tiang,” jawab Permana.
Divya masih ingat kejadian itu. Jika diingat lagi, maka ia akan tertawa. Bagaimana Charles kecil terus berjalan tanpa melihat tiang listrik yang berdiri kokoh di depannya.
“Aku ingat banget.” Divya tertawa.
Mobil yang mereka tumpangi meninggalkan bangunan apartemen yang ditinggali Permana dan sang adik.
“Waktu itu ayah kamu malah salahin si tiang.” Divya tertawa lagi, kali ini Permana ikut tertawa. “Ngomong-ngomong, ayah ibu kamu apa kabar?”
“Baik. Mereka lagi bulan madu di Bali.”
“Selamanya sweet, ya,” celetuk Divya.
“Hm? Kamu masih ingat kata-kata favorit ayahku,” Permana tertawa, sembari menggeleng, “kalian nggak ketemu udah lama banget. Kenapa kamu masih ingat?”
“Karena itu kata-kata yang sering bikin aku ketawa.”
Ayah dari Permana sering melayangkan kata-kata lucu, hal yang membuat Divya betah jika diajak oleh Permana mampir ke rumah pria itu. Mengingat beliau, Divya jadi tahu dari mana tingkah lucu Charles berasal. Tentu saja dari Pratama, ayahnya Permana dan Charles.
“Clov,” Divya menarik napas, dengan gerakan kaku ia menatap wajah samping Permana, “kamu beneran selama ini nyari aku?”
Bibir Permana terkatup sempurna, seakan tak ada cela. Itu berarti pria tersebut tidak ingin menjawab apapun.
“Maksudnya, kalau kamu beneran nyari aku, kenapa dua tahun lalu pas tahu aku ada di mana, kamu nggak datangi aku?”
Terdengar helaan napas berat dari pria itu, Divya menelan ludah. Mungkin ini adalah hal berat yang akan diungkap Permana, tetapi Divya sangat ingin tahu.
“Karena aku telat, kamu udah punya suami.” Permana kembali mengatup bibir dengan rapat.
Divya meringis mengetahui maksud dari pria itu. Bukannya gede rasa, hanya saja Permana seakan mengatakan bahwa mengiginkan Divya menjadi pendamping hidup, hanya saja takdir berkata lain.
“Aku tahu, kamu pasti udah ngerti apa maksudku.” Permana menoleh sekilas, memberikan senyum simpul pada Divya.
“Clov, aku nggak bermak—”
“Aku tahu,” interupsi Permana, “hanya sekedar ngasih tahu. Sebelumnya kita tidak saling ucap selamat tinggal.”
“Tapi kamu nggak mungkin jomblo terus, ‘kan?” Divya menatap intens wajah samping itu.
“Sejak kamu tinggal, aku masih sendiri,” jawab Permana.
Divya tak bisa menahan mulutnya untuk terbuka karena terkejut. Mana mungkin orang sekeren Permana tidak memiliki perempuan di sampingnya, dan malah fokus mencari Divya.
“Sebelumnya begitu,” imbuh Permana, “tapi dua tahun lalu, di saat aku tahu udah terlambat, aku terima keinginan Nenek buat jodohin aku sama cucu temannya.”
Divya menelan ludah. Setengah otaknya sedikit memberontak saat menyadari bahwa dua tahun lalu ia menyia-nyiakan kesempatan untuk bersama Permana. Andai saja waktu berputar kembali, sudah pasti Divya tidak akan mengalami sakit dari Raga, dan bahagia bersama Permana.
Namun, Divya pun menyangkal akan menjadi akhir bahagia, sebab, bagaimana bisa cinta monyet terbawa hingga dewasa?
Bahkan, Divya sudah mengubur perasaan di masa lalunya saat bertemu dengan Raga semasa kuliah. Namun, jika ditanya bagaimana perasaannya pada Permana hari ini, yang Divya rasakan masihlah senang bisa bertemu dengan pria itu lagi.
“Div, lain kali jangan nangis di depan aku lagi,” Rahang Permana mengeras, “aku nggak tahu apa yang bakal terjadi sama suami kamu nanti.”
Kesungguhan itu terpampang jelas di wajah Permana. Divya bahkan sampai bergidik ngeri.
“Makasih,” ucapnya.
Divya tak tahu harus berkata apa untuk membalas perasaan Permana.
{{{
Vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo Selingkuh, Gue Balas! ✓ (END)
RomanceDivya Arsyakayla dua kali dikhianati sang suami, Raga Bamantara. Dipikirnya satu kali ketahuan, suaminya itu akan menyesal dan tidak mengulangi lagi. Namun, nyatanya Raga masih berhubungan dengan wanita yang sama. Pada keputusasaan, menyalahkan diri...