“Ada yang tidak dimengerti?” tanya Permana pada Divya.
“Sudah mengerti, Pak.” Divya mengangguk paham.
Hari ini ia resmi berada di balik meja kasir. Semua transaksi antara pelanggan dan dirinya adalah tanggung jawabnya. Namun, meski begitu Divya tidak ingin menjadikan sebagai tekanan. Tanpa beban, ia akan menjalani hari dan memberikan senyum terbaik pada para pelanggan. Sungguh, Divya sangat tidak sabar menerima pelanggan pertama.
“Ngomong-ngomong, Div, kayaknya ada yang mau kamu omongin ke saya.” Permana mengatakan itu dengan alis terangkat.
Ditatap oleh pria tampan, membuat Divya menjadi gagap. Meskipun ia sudah berkali-kali disakiti lelaki, tetapi jika lawan bicara adalah orang sekeren Permana, maka wanita mana pun akan salah tingkah.
“E-eh, nggak ada, Pak,” jawab Divya.
“Yakin?”
Divya mengulum bibir, kemudian tersenyum canggung. “Saya cuma kaget, ternyata Pak Permana itu bule.”
Permana tertawa kecil. “Tapi saya WNI, ayah saya orang Indonesia, mommy saya dari Prancis. Kalau kamu udah lama lihat saya, pasti bakalan lebih kelihatan asli Indonesia.”
Divya membulatkan bibir, kemudian tersenyum malu menyadari bahwa apa yang dilakukannya sangat memalukan.
“Nama panjang saya Clovis Permana,” imbuh Permana, “tapi lebih sering dipanggil Permana.”
Divya terdiam, nama itu tidak asing di telinganya. Bayangan lima belas tahun yang lalu membuat ia tercengang menatap Permana yang tersenyum geli melihat ekspresinya.
“Ini aku, Clovis,” Permana menggelengkan kepala sembari berdecak mengejek, “udah lama kita nggak ketemu, tapi aku masih ingat, dan kamu malah lupa.”
Divya menutup mulutnya menggunakan tangan, mata hampir keluar dari tempat. Sangat tidak percaya, pria itu berdiri di hadapannya dengan senyum menawan.
“Sumpah ... ini ... kamu ...?” Tangan Divya terangkat untuk menepuk pipi Permana. “Nyata, loh.”
Permana tertawa keras, sembari menunduk. Rambut pria itu terjatuh menutupi wajah, detik kemudian Permana menyugar dan merapikan kembali rambutnya.
“Iya, ini Clovis,” jawab Permanan, “anak bule yang kamu selamatin di pasar waktu dipalak sama kakak kelas.”
Sungguh, Divya masih terkejut mengetahui fakta itu. “Jadi, sekarang kamu bos aku, gitu?”
Permana mengangkat sekilas bahunya. “Kamu kerja dulu, aku juga ada urusan di luar. Kalau pulang nanti kamu punya waktu, kita ngobrol lagi.”
Divya mengangguk setuju. Tadi ia sangat canggung dengan Permana yang berdiri dalam jarak dekat dengannya, sebab pria itu seakan melihat ia begitu intens. Namun, sekarang Divya tidak merasa canggung lagi, karena dulu ia dan Permana begitu dekat sampai-sampai menjalin hubungan istimewa.
Padahal, waktu itu umur mereka masih muda. Berawal dari pertemuan tak sengaja di pasar, Permana mengikutinya untuk mengucapkan terima kasih, dan mereka malah menjadi dekat. Denpasar adalah kota penuh kenangan yang Divya lewati bersama Clovis Permana.
{{{
“Aku nggak nyangka kamu jadi sekeren ini.” Divya tanpa sadar mengagumi pria yang berdiri di hadapannya.
“Kamu juga udah berubah,” ujar Permana, “jadi lebih diam.”
Divya mengembuskan tawa kecil mendengarkan penuturan jujur itu. Dulu, Divya adalah anak yang pemberani, melawan tanpa takut para kakak kelas yang mem-bully Permana, dan juga tidak segan pada semua orang. Sebab ia memiliki kakak yang jago bela diri karate. Apalagi jika Darsa sudah turun tangan, anak-anak nakal pasti akan takut mendekati Divya.
“Banyak yang terjadi,” ujar Divya, tersenyum di balik sedihnya.
Permana mengangguk paham. “Mm ... kamu pulang sama siapa?”
Divya menggenggam erat selempang tasnya, kemudian menoleh ke luar toko kue. Ia meminta Pak Umas untuk menjemput, tetapi belum kunjung datang. Saat bekerja, mereka dilarang untuk menggunakan ponsel, dan selama itu pula Divya menonaktifkan ponselnya. Barulah saat pertukaran sift, ia mengaktifkan hanya untuk menghubungi Pak Umas.
“Aku dijemput supir,” jawab Divya.
“Bukan suami?”
“Hah?” Divya tersentak mengetahui Permana tahu bahwa ia sudah menikah. “Aku belum pernah bilang kalau udah nikah.”
Permana mengulum senyum sembari memasukkan tangan ke saku celana. “Tapi di Instagram, kamu udah kasih tahu ke semua orang.”
Divya tercengang. “Tahu Instagram aku dari mana?”
Ditatapnya pria itu tanpa berkedip, mencari jawaban di wajah tampan Permana. Wajah polos anak kecil kini berganti dengan ketegasan, Clovis yang Divya kenal benar-benar berubah drastis.
“Cv.Prmn, kamu kenal akun itu?”
Mata Divya hampir keluar dari tempatnya, mulut pun ikut terbuka sangking terkejut dengan fakta yang didengar. Akun itu selalu saja menjadi orang pertama yang memberikan respons pada setiap unggahan Divya. Bukan sebuah komentar, melainkan jejak love yang berarti menyukai unggahan tersebut.
“Itu kamu?” Divya menutup mulutnya sangking tak percaya.
Namun, wajah Permana mengatakan bahwa itu bukan suatu kebohongan. Pantas saja pria itu langsung tahu bahwa ia adalah Divya yang berasal dari Denpasar. Mungkin saja Permana sudah lama mengetahui tentangnya dan mengikuti setiap kegiatannya di sosial media. Entah bagaimana cara Permana mendapatkan akunnya, yang jelas Divya masih terkejut.
“Udah dua tahun yang lalu kalau nggak salah. Mudah banget dapetin akun kamu, soalnya pakek nama asli,” jelas Permana. “Anak kamu dua, ‘kan?”
Divya memukul bahu Permana. “Stalker!” mendengkus tidak terima, “seharusnya kamu nyapa aku.”
Permana menarik napas panjang, kemudian mengembuskan perlahan. Manik abu-abu milik pria itu melirik ke luar toko.
“Itu supirmu?” tanya Permana.
Divya menoleh ke balik kaca toko, Pak Umas sudah berada di depan sana. “Aku pulang dulu. Besok kita ngobrol lagi,” pamitnya.
Melambaikan tangan sedetik, Divya menuju keluar toko. Sudah hampir pukul enam sore, itu berarti Pak Umas sedikit terlambat menjemputnya.
“Bu, Pak Raga marah-marah di rumah,” kata Pak Umas ketika Divya sudah duduk di dalam mobil.
“Kenapa? Selingkuhannya datang?” Divya masih saja tak acuh.
“Bukan, Bu. Pak Raga marah karena Bu Divya belum pulang sejak pagi tadi, dan nggak ada ngomong apa-apa ke Pak Raga.”
“Dia juga selingkuh nggak ngomong apa-apa ke saya,” celetuk Divya.
Apapun itu tentang Raga, Divya tetap mengambil tindakan santai. Sama sekali tidak merasa takut meskipun tahu bahwa saat pulang nanti, Divya akan menghadapi kemurkaan sang suami.
{{{
Vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo Selingkuh, Gue Balas! ✓ (END)
RomanceDivya Arsyakayla dua kali dikhianati sang suami, Raga Bamantara. Dipikirnya satu kali ketahuan, suaminya itu akan menyesal dan tidak mengulangi lagi. Namun, nyatanya Raga masih berhubungan dengan wanita yang sama. Pada keputusasaan, menyalahkan diri...