Kayla membisikkan sesuatu pada Divya dengan senyum malu-malu. Membuat ia sangat ingin menggoda gadis kecil itu lebih lama.
“Bilang ke pamannya,” suruh Divya.
Putrinya menggeleng cepat. “Mama aja.”
Divya tertawa kecil. Mereka masih berada di pusat perbelanjaan, setelah makan dan berbelanja, nampaknya belum ingin pulang lebih cepat.
“Ayo,” paksa Divya.
“Kenapa, Kayla?” Permana menyahuti, memberi jalan anak itu untuk mengatakan maksud.
Kay tersenyum cerah. “Paman, main trampolin, yuk! Ada Playground di mall ini.”
“Oke, asal Kayla dan Raynar senang, Paman bakalan turuti.”
“Yey!” Kedua anak itu bersorak riang.
Mereka menuju lantai tiga, di mana tempat tujuan sudah menggoda Kayla dan Raynar sejak tadi. Divya sengaja menyuruh anaknya untuk mengatakan sendiri, agar Kayla bisa lebih dekat dengan Permana tanpa perantara dengannya.
“Raynar Paman gendong, ya.” Permana mengangkat bocah laki-laki itu ketika mereka menaiki eskalator.
“Padahal Raynar udah bisa, loh, Paman,” kata Kayla, “tapi masih harus dipegangi.”
Satu tangan Permana mengelus lembut rambut Kayla. “Paman maunya nggak terjadi sesuatu kalau kita lagi bareng. Biar kalian senang.”
“Baru kali ini Kayla lihat penyihir baik. Paman kapan-kapan kita jalan lagi, ya,” pinta gadis kecil itu.
Permana mengangguk mantap. “Asal Kayla dan Raynar senang, pasti Paman turuti.”
Divya tersenyum melihat keakraban yang mulai terjalin. Selama ini Kayla dan Raynar hanya mengenal Alena sebagai teman dekatnya, sekarang bertambah Permana. Ia berharap pria itu bisa menjadi andalan anak-anaknya, seperti Alena saat ini.
{{{
Sudah hampir satu jam berlalu, Kayla dan Raynar seakan tidak ada lelahnya bermain di Playground. Berada di ruang tunggu, Divya dan Permana menonton aksi keduanya melompat-lompat di trampolin. Nampak sangat bahagia, senyum tidak lepas dari bibir.
“Kayla mirip kamu waktu masih SMP,” Permana terus menatap ke arah gadis kecil itu, “tapi Kayla penakut, nggak kayak kamu yang berani.”
“Sangking beraninya kakak kelas pada takut,” imbuh Divya, kemudian tertawa kecil.
Sudah pukul 20.00, setelah membeli hadiah untuk teman Kayla, mereka pergi untuk mengisi perut, dan perjalanan berakhir di Playground ini. Sedari tadi ponsel Divya nonaktifkan. Ia tahu Raga akan terus menelepon dan mengganggu acaranya malam ini, meskipun sudah ia beritahu akan pergi membeli hadiah untuk teman Kayla.
“Makasih,” ucap Divya, “hari ini sebenarnya aku lagi kalut dapat kabar dari Pak Ivan, tapi jadi terhibur karena rencana kamu ini.”
“Div, asal kamu senang, bakalan aku lakuin apapun itu.” Di manik mata Permana, terlihat kesungguhan yang mendalam.
Divya tersenyum, ketulusan itu terasa hangat di dadanya. Ingin sekali bersandar di bahu kekar tersebut, agar semua sisa-sisa kekalutan menghilang.
“Salah nggak, sih, kalau aku nyaman di dekat kamu?” tanya Divya.
“Hm?” Permana tak berkedip ketika menatapnya. “Ah, aku siap ngasih kamu ketenangan. Mumpung belum punya pasangan.”
Divya tertawa kecil, tangannya memukul bahu pria itu. “Bohong, kamu bilang udah punya tunangan. Gimana, sih?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo Selingkuh, Gue Balas! ✓ (END)
RomanceDivya Arsyakayla dua kali dikhianati sang suami, Raga Bamantara. Dipikirnya satu kali ketahuan, suaminya itu akan menyesal dan tidak mengulangi lagi. Namun, nyatanya Raga masih berhubungan dengan wanita yang sama. Pada keputusasaan, menyalahkan diri...