Chapter 8 : pilihan

1.1K 186 7
                                    

《《《PRESENT》》》

Hari ke enam. Changmin baru membuka pintu gudang tersebut. Membiarkan angin juga cahaya leluasa masuk kedalam ruangan kosong itu menerpa tubuh terongok Baekhyun. Dibelakang Changmin berdiri kaku Yongsun dengan segelas besar air putih. Wanita itu menatap kedalam tepat pada si kurus yang berusaha duduk dari acara berbaringnya kala sang ayah melangkah masuk. Yongsun kiranya bersenang hati Changmin mau membebaskan Baekhyun, ada pula bersedih hati dengan mata telanjang melihat keadaan Baekhyun kini.

Baekhyun pucat, baju dan badan sedikit berdebu. Area pertengahan bibir dan hidung terdapat jejak merah menyebar ke pipi kiri, jelas terbaca itu darah di hapus kasar menggunakan tangan. Rambut berantakan, belum Yongsun sentuh tapi ia yakin sekaku apa rambut yang biasanya lembut kekananakan itu. Hancur, Yongsun selalu akrab dengan kata itu kala Baekhyun baru terlepas dari tangan ayahnya.

Yongsun tak berani masuk. Membiarkan dulu Changmin dengan tujuannya. Meski dalam hati, jika bisa ia tak akan membiarkan Changmin mendekati Baekhyun. Ayah Baekhyun itu tidak pernah bertindak seperti Ayah jika menyentuh Baekhyun.

"Aku belum puas jika kau perlu tahu!" suara Changmin. Baekhyun susah payah mendongak menatap ayahnya. Tenggorokannya naik turun, mulut menutup dan membuka. Jika Baekhyun dapat berbicara suaranya akan sulit keluar. Serak parah, selama enam hari tak membasahi tenggorokan. "Kalau perlu selamanya kau tak akan kubiarkan keluar dari dalam sini. Tapi berucap terima kasihlah pada anakku Luhan, dia yang siang malam memohon untuk membebaskanmu."

Kaki berbalut sepatu kulit itu mengambil dua langkah mendekat. Membungkuk, tujuannya satu, menarik rambut anak itu hingga semakin menengadah. "Lain kali, jaga perilakumu bodoh!" Melepaskan tangan dari rambut Baekhyun dengan memberi sedikit dorongan. Sedikit dorongan itu berefek besar pada terperosoknya Baekhyun kebelakang. "Dasar lemah!" sinis Changmin kemudian berjalan keluar dari gudang tersebut. Saat berada di depan Yongsun yang menunduk hormat, Changmin berhenti. "Jaga rumah, aku akan menyusul istri dan anakku keluar." Berlalulah pria itu dari sana.

Sepeninggal Tuan Byun, Yongsun langsung masuk membantu Baekhyun duduk. Meletakkan gelas ke lantai terlebih dulu lalu menyandarkan Baekhyun ke dinding gudang. "Baekhyun kau haus pasti, Ini minumlah." Gelas berisi air tadi ia berikan kepada Baekhyun. Diterima cepat oleh Baekhyun yang minum begitu tergesa.

"Pelan-pelan nanti airnya tumpah," ucap Yongsun. "Bagaimana, ingin segelas lagi?" tanyanya begitu air di gelas tandas tanpa sisa.  Baekhyun menggeleng. Sambil tersenyum gerakan bibirnya lemah, mengatakan terima kasih. Yongsun balas tersenyum haru, akan membalas isyarat Baekhyun, anak itu terlebih dulu menutup mata merosot kesamping. Hampir Baekhyun membentur lantai jika Yongsun tak cepat menahan tubuh itu.

"Bekhyun, Baekhyun bangun. Baekhyun, jangan seperti ini." Jelas Yongsun kalut, ketakutan melihat Baekhyun tiba-tiba tak sadarkan diri. Ditengah rasa takut ia masih bisa menjernihkan diri mengecek detak jantung Baekhyun, merasakan denyut nadi dan napas anak itu. Syukur semua masih ada, memang terbilang lemah namun lebih baik. "Maafkan aku Baekhyun." Rasa sesal tak mampu berbuat lebih selalu menghampiri relung hati Yongsun.

Baekhyun jatuh pingsan, untuk enam hari dipaksa bertahan sadar.

Susah payah berusaha membawa Baekhyun dalam gendongan punggung. Menyamankan posisis anak itu lalu tertatih berdiri bersama Baekhyun dalam gendongan. Posisi wajah Baekhyun yang berada di dekat telinganya menguntungkan ia untuk tahu anak itu masih bernyawa. Melangkah cepat keluar rumah tersebut sesegera mungkin membawa Baekhyun ke rumah sakit terdekat.

Berada di halaman rumah Yongsun dikejutkan kedatangan Namyong. Seorang supir pribadi keluarga Byun, pria dengan selisih umur berada jauh dari sang Tuan rumah.

My Day Are A Struggle [CHANBAEK] [REMAKE] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang