26

17 3 3
                                    

Acara ulang tahun sekolah resmi ditutup setelah penampilan NOAH tadi. Semua siswa siswi berebut untuk berfoto dan meminta tanda tangan dari setiap personilnya, terutama sang vocalist.

Tidak terkecuali dengan Rayyan yang setia mengantri, menunggu gilirannya untuk mendapatkan kesempatan berfoto dan meminta tanda tangan dari idolanya itu.

"Rayyan!!" terdengar suara seorang perempuan yang memanggil Rayyan.

Rayyan berbalik untuk menanggapi panggilan itu. "Ada apa, Ji?" tanya Rayyan pada kekasihnya itu, Jihan.

"Pulang yuk!!" ajak Jihan.

Terlihat Rayyan berfikir sejenak sebelum menjawab ajakan itu. "Kamu lagi buru-buru?" tanya Rayyan memastikan.

"Iya, ini udah sore banget. Ayo kita pulang aja." ajak Jihan lagi. Kali ini dengan sedikit paksaan seraya menarik-narik tangan Rayyan.

Rayyan memegang tangan Jihan, mengelusnya, lalu perlahan melepaskan tangan Jihan. "Hari ini kamu pulang sendiri, ya." ucap Rayyan lembut.

Jihan menggeleng. "Nggak mau. Ayo kita pulang sekarang!! Kamu nungguin apaan sih?"

Rayyan tersenyum sumringah. "Aku mau foto bareng sama minta tanda tangan idola aku, Bang Ariel." ucap Rayyan antusias.

"Kamu bisa ketemu dia lagi kapan-kapan. Udah ayo kita pulang!! Sekarang!!"

Rayyan menarik nafas, mencoba menenangkan dirinya. "Ji, tolong ya ngertiin sekali aja. Kesempatan ini nggak dateng setiap hari."

"Kamu pilih aku apa NOAH?"

Rayyan kaget dengan pertanyaan tiba-tiba itu.

"Ayo jawab!! Kamu pilih aku apa band itu?" tanya Jihan lagi.

Rayyan terdiam. Dia menatap Jihan dan idolanya di depan sana bergantian. "Ini beda. Aku nggak bisa pilih salah satu."

"Cih, bucin." celetuk Jehan pelan, nyaris tidak terdengar. Jehan sedari tadi ada disana dan tentu saja mendengar pertengkaran kecil itu.

Jihan terdiam. Dia terlihat tidak puas dengan jawaban Rayyan. "Kita putus aja kalo gitu." ucapnya.

Sekali lagi Rayyan dibuat terkejut dan terdiam.

Jehan juga tidak bisa ikut campur. Ini masalah Rayyan dan kekasihnya, bukan urusannya.

"Kamu kenapa sih?" tanya Rayyan kemudian.

"Kamu yang kenapa!! Aku cuma minta anter pulang ko."

"Kalo gitu pulang sendiri. Kan daritadi aku udah bilang, kalo buru-buru kamu bisa pulang duluan."

Jihan terdiam. Terlihat dia mencoba menahan air matanya. "Aku capek, Yan. Udahlah, kita putus aja."

Rayyan kembali menenangkan dirinya. "Ok kalo gitu, kita putus."

Jehan kaget mendengar jawaban Rayyan. Dia ingin mencoba untuk mengubah keputusan sahabatnya itu. "Yan, maneh jangan ikutan emosi juga."

Sementara itu Jihan langsung berlari meninggalkan mereka berdua. Jehan yang merasa kasihan pun mencoba menyusulnya, namun dia didahului oleh orang lain.

"Jihan!!" panggil seseorang, menghentikan Jihan.

Jihan hanya menoleh lalu kembali berjalan, keluar dari lingkungan sekolah.

"Jihan tunggu!! Ayo kita ngobrol." ucap orang itu lagi, Yuna.

Akhirnya mereka berdua pun duduk di kursi yang ada disana. Keduanya hanya terdiam. Suasananya terasa canggung.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang