SEBELAS

37 6 0
                                    

Hancur sehancur hancurnya perasaan seorang anak adalah ketika kedua orang tua tidak lagi ada.

Kesedihan kembali menghampiriku ketika Aku mengunjungi rumah tempat Aku tinggal dulu,tempat ini adalah tempat Aku di besarkan dan di berikan kasih sayang,masih Aku ingat dengan jelas jika tanah yang Aku pijak sekarang adalah kamarku,tempat yang sudah terbakar ini adalah saksi bisu kebahagiaan yang pernah Aku dapatkan,keceriaan yang tidak pernah hilang dari wajahku,

"PAPA!!! Papa bawa sepeda baru buat Ninaa." bayangan tentang masa kecilku kembali terlihat saat sepeda kecil yang sudah rusak ini tertangkap indraku

"Iya sayang,ini buat Nina nanti Papa ajarin Nina naik sepeda ok." Aku tertawa miris saat Papa dengan wajah konyolnya yang sedang berusaha menghiburku saat Aku terjatuh dan menangis,dia berhasil menghiburku sampai Aku kembali menarik dua sudut bibirku.

"Nah Anak Papa sekarang nggak boleh nangis lagi ya,nanti naik sepedanya harus hati hati."

"Papa,Nina ayo kita nonton tv bareng Mama tadi udah mendekor ruang tv jadi bioskop mini loh,Nina pasti suka." itu Mama,Mama yang paling cantik, ceria,kreatif,dan sangat penyayang.

Andai Aku punya kesempatan untuk kembali ke masa kecil,satu hari saja untuk mengulang semua kenangan manis ini.

"Nina,tadi lo bilang janji gak bakal sedih lagi sekarang kok murung?." semua kenangan itu buyar seketika saat Edgar bertanya.

"Gue mau balik sekarang Gar,gue udah terlalu lama disini gak enak sama Mama lo." meskipun masih ada mereka di sekelilingku tetap saja Aku merasa sendiri,saat ini tertawa saja hanya sementara saat mereka ada di sekelilingku namun saat Aku sendiri tawa itu lenyap,hilang seolah tawa adalah mereka yang juga ikut pergi bersama orang orang terdekatku.

"Yaudah,kita ke rumah gue dulu aja ya,gue mau izin dulu ke Mama." iyalah masa main pergi gitu aja.

Saat hendak pergi dari tempat ini Aku malah menemukan foto keluargaku yang lengkap,tapi sisi sisi foto tersebut sudah di lalap api,namun di bagian wajahnya masih utuh baru saja mau pulang dan ingin melupakan kesedihan,satu benda yang tersisa saja dapat merubah suasana hati.

"Aaaaa Gar,kenapa hidup gue harus kaya gini sih,gue pengen keluarga gue balik lagi kaya dulu!!!." Aku tidak kuat lagi harus pura lura kuat di depan Edgar,teman teman yang lain ataupun Tante Shila,rasanya sakit sekali saat Aku mencoba untuk tetap memendamnya sendiri.

"Gue marah Edgar gue benci hidup gue,gue pengen keluarga yang harmonis kaya dulu,gue pengen kembali ke masa lalu." Edgar langsung merangkulku dan membiarkan Aku memukul mukul dadanya,Aku tidak tahu pasti apakah pukulanku itu menyakitkan atau tidak,namun saat ini Aku benar benar merasa sangat kacau.

Kemarilah NinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang