Dengan leher yang masih tergantung,Bagas masih tetap berusaha untuk bisa terlepas dari tali yang mengikat lehernya,dengan tetap tenang dan perlahan lahan membuka ikatan tali yang ada di atas kepalanya,walaupun itu membuat lehernya semakin tercekik dan sakit ia rasa sekarang lehernya sudah mulai terluka dan mengeluarkan darah.
"G..gue bi..sssa"
Bruk!
Perjuangan yang tidak sia sia,Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk hidup meski lehernya terasa perih Bagas memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut sambil memaki buku diary itu.
"Hampir aja gue mati,karena ini huh gue tinggalin aja deh." dengan ragu Bagas meninggalkan buku yang tadi membuatnya hampir celaka,setelah melangkah agak jauh Bagas malah kembali membawa buku diary tersebut.
"Setelah di fikir fikir,buku ini mungkin nanti bakal ada gunanya"
Berbeda dengan Nina, kini dia malah jadi seperti orang yang linglung,sudah berapa puluh pintu yang ia buka dan ia tutup tapi tetap saja,jalan keluar tak kunjung di temukan.
"Bagas...Gas...gue takut," lirihnya
Keringatnya sudah bercucuran,semakin lama berjalan kakinya semakin sakit jika tidak berjalan kemungkinan untuk menemukan Bagas dan jalan keluar itu sangat kecil,Nina benar benar tak habis fikir rumah ini benar benar membuat bingung di setiap ruangan hanya ada pintu tumpukan kardus koran yang kotor bahkan tidak ada jendela sama sekali,bagaimana orang yang membangun rumah ini bisa begitu paham dengan ruangan ruangan yang membuat bingung siapapun yang memasukinya.Bahkan sekarang ia tidak tahu ini jam berapa,ponselnya tiba tiba saja tidak ada sinyal dan batre nya juga habis,Nina terus menerka ini masih siang atau sudah malam pasalnya ia terus berjalan dalam kegelapan yang membuat matanya sulit melihat dengan jelas.
Tuhan aku pasrah,ini mungkin hari terakhirku di dunia ini,mungkin aku akan mati di rumah ini dalam keadaan yang tidak layak,batinnya.
Nina tidak tahu sampai kapan ia akan tinggal disini dalam keadaan seperti ini,badannya terasa sakit semua ia ingin tidur sebentar sambil menahan rasa haus dan lapar yang sedari tadi terus membuatnya lemas.
"Ninaaaaa,lo dimanaaaaa Ninaaaaaa." keputus asaan juga sudah melanda Bagas,ia sangat merasa bersalah karena mengajak Nina berlari ke atas sana,padahal sangat di sayangkan sekali Bagas sudah berada di tangga yang menghubungkan lantai atas dan lantai bawah,andaikan Nina bersamanya saat ini pasti sekarang mereka berdua telah keluar dari rumah ini.
Bagas kemudian mulai menuruni anak tangga satu persatu sambil menundukan kepalanya,rasa bersalahnya terasa sangat besar hari ini dia bisa bebas namun Nina masih berada di sana,bukannya Bagas tidak ingin menemukan Nina, jika ia kembali ke atas sana bukannya tidak mungkin Bagas akan langsung menemukan Nina,pasti itu membutuhkan waktu yang lama untuk mencarinya hari ini Bagas akan pulang dan akan kembali kesini besok untuk kembali mencari Nina.
"Bagas tunggu!." suara gadis yang tak lain dan tak bukan adalah Aruna,membuat Bagas menoleh ke arahnya dan Bagas tidak heran melihatnya walaupun wujudnya bukan berupa manusia lagi melainkan sudah menjadi arwah,karena Bagas memang anak indigo.
"Apa,lo yang datangin mimpi gue waktu itu kan?"
Runa mengangguk cepat,Aruna sudah tidak tahu lagi harus meyakinkan Nina menggunakan cara apa,jadi setelah Runa mengetahui Bagas adalah teman Nina jadi ia mendatangi Bagas lewat mimpi.
"Kamu akan pulang? Bagaimana dengan adikku?"
"Lo kan hantu kenapa lo gak bantu cari,gue harus pulang"
"Kamu kok begitu,jahat"
Lah ya gue emang begini emang harus gimana,batinnya
"Kok jahat sih,ya enggak gue gak jahat cuman gue juga khawatir sama Kakak gue di rumah, lagian lo kenapa nyuruh gue harus buang buku ini sih,kemana aja lo pas gue hampir mati gantung diri"
"Aku masih belum berani menghadapi dia,maaf membuat kamu dalam bahaya,tapi aku memohon dengan sangat bantu aku mencari Nina aku sangat menyayanginya"
Bagas juga tau dia faham betul kalau arwah ini sangat menyayangi Nina,tapi dia juga tidak ingin membuat nyawanya berada dalam bahaya,jika dia mati nanti bagaimana dengan kakaknya Reina.
"Tunggu, dia siapa?"
"HANTU JELEK!,Eum maaf aku sangat benci dengannya"
"Gini gini ya,gue mau bantuin lo tapi besok, gue cape sekarang,liat nih leher gue juga udah luka sakit mau di obatin dulu,besok gue janji kesini lagi buat cari Nina,kalo lo emang takut jangan coba coba nyari sendirian nanti malah elo yang kenapa napa,jadi mending tungguin gue datang dulu besok,okay"
"Tapi bagimana dengan Nina,dia mungkin haus dan lapar." itu juga yang membuat Bagas bingung,ia takut jika Nina sampai mati kelaparan di dalam sana.
"Gue akan cari Nina,malam ini sambil bawa perbekalan dan dengan badan yang kuat,lo gak usah khawati." untuk menenangkan Runa,Bagas sampai memeluk Runa membuat Runa menjadi salah tingkah walau Bagas hanya memberi sebuah pelukan kecil,kemudian Bagas meraih tangan Runa yang sangat dingin,memberi sebuah kedipan sambil terus meyakinkannya.
"Nina pasti selamat,dan dia pasti akan percaya kalo lo itu emang kakaknya"
Setelahnya Bagas berlari keluar dari rumah itu,ia terkejut karena hari sudah malam bahkan sepertinya sudah larut,segera saja ia bergegas ke rumah,waktunya tidak banyak dia akan mengumpulkan tenanganya terlebih dulu sebelum kembali mencari Nina didalam rumah itu.
"Bagas lo kemana aja dari tadi pagi bikin gue panik dan sekarang kenapa pulang sampe larut malam, ini lagi kenapa leher lo berdarah gini"
"Gak ada waktu kak buat jelasin ini semua,yang terpenting sekarang kakak siapin bekal makanan dan minuman masukin ke tas atau ransel atau apapun,cepet kak aku gak punya waktu banyak"
"Iya tapi jelasin dulu,ini buat apa jangan buat kakak makin bingung dong!"
"Nina.Dia ada di dalam rumahnya sendiri, dia ilang dan gue mau cari malam ini juga"
Detik demi detik terus berjalan,membuat Bagas makin cepat bergerak kesana kemari.
"Gimana kak,semuanya udah siap"
"Udah Gas,gue ikut ya gue juga mau cari Nina kasian dia"
"Jangan kak ini bahayanya besar banget dan aku gak mau nempatin kakak dalam bahaya yang sama,cukup gue dan Nina yang ada disana"
"Tapi gue juga gak mau lo kenapa kenapa,biar gue bantu cari aja biar cepet,ya ya ya,gue janji gue gak akan nyusahin lo." Reina benar benar terus membujuk Bagas agar dirinya bisa ikut bersama Bagas.
"Yaudah,ayo tapi janji ya lo gak akan kenapa kenapa"
"Ya janji." walau tetap saja dalam hati Bagas masih tetap tidak ingin Reina ikut bersamanya,kejadian ini tidak bisa di anggap remeh oleh siapapun,lengah sedikit nyawa yang akan jadi taruhannya,karena bisa saja hantu pembunuh itu menemui siapapun dan langsung membunuhnya.
Bersambung.
Ada typo bilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemarilah Nina
Horror[Follow terlebih dahulu sebelum membaca] Rumah seharusnya menjadi tempat ternyaman dan menjadi istana untuk keluarga Namun bagaimana dengan Nina ,tinggal di rumah yang besar lagi megah sendirian ralat bersama dia...yang tak terlihat di sampingnya. "...