SEMBILAN BELAS

32 7 3
                                    

Author pov

Nina rupanya tidak menyadari bahwa hari ini adalah hari dimana geng Naurie akan datang berkunjung ke rumahnya,Nina saat ini tinggal di rumah Bagas dan Reina.Nina ingin mempersiapkan semua rencananya dengan matang dia tidak ingin salah langkah dan terjebak untuk yang kedua kalinya,untuk itu dia memilih untuk tinggal di rumah Bagas untuk sementara waktu, tidak lupa bersama Runa juga.

"Na gue ada ide, gimana kalo nanti pas kita masuk ke rumah kita bawa penanda jejak,rumah itu kan luas dan panjang,dengan kita menebar jejak pasti kita bisa keluar tanpa tersesat di rumah itu." Bagas terus memberikan ide ide dan masukan yang cemerlang.

"Setuju! itu ide bagus dari Bagas,gue juga ada ide gimana kalo kita juga tandain ruangan ruangan yang di rasa penting atau nggak menarik perhatian,siapa tau aja salah satu diantaranya ada ruangan tempat Kakak gue di kubur." kumpul kumpul begini terasa menyenangkan bagi Nina,karena dengan bersosialisasi bersama orang lain pemikirannya bisa lancar.

"Kalian semua memang pandai menyusun sebuah rencana,tidak seperti aku yang begitu bodoh dan mati dengan konyol." Runa sangat merasa rendah dan menyesal atas semua yang telah ia lakukan di masa lalu,namun menyesal saja sudah terlambat semua telah terjadi dan Runa tidak akan bisa hidup seperti dulu lagi.

"Run jangan gitu ke diri lo sendiri lo gak bodoh kok,itukan udah terjadi jadi lo gak usah menyesal mending sekarang kita pikirin lagi,gimana caranya supaya kita bisa nemuin jasad lo dan_ _"

"Tapi Gas,jasad yang udah terkubur belasan tahun mana mungkin masih utuh,paling yang tersisa cuma tulang belulang itupun kalo belum melebur sama tanah"

"Gapapa Na,kalo kita gak bisa nemuin jasad atau tulang belulangnya Runa kita bawa aja tanah nya"

"Kapan kita kesana?." sudah merasa cukup beristirahat dan menenangkan diri,mereka semua mulai memikirkan kapan sekiranya mereka bergerak.

"Malam ini juga!," seru Bagas.

Sementara itu di rumah Nina.

"Ninaaa i am coming!!." Edgar,Intan dan Rey sudah sampai di depan rumah Nina,mereka sudah mengklakson berkali kali sebelum akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu rumah.

"Sayang banget ya Laura gak ngikut,gue sedih banget udah dia udah kehilangan ibunya sekarang harus kehilangan ayahnya." terkecuali Laura dia tidak ikut bersama temannya yang lain,karena tengah di rundung duka.

"Kita semua juga sedih Tan,tapi mau gimana lagi." Rey memang selalu hangat kepada orang orang terdekatnya tidak terkecuali kepada Intan.

"Udah lah,kita kesini kan mau senang senang kita lupain dulu semua kesedihan,oh ya gue telpon Nina dulu deh"

"Iya Gar,telpon deh cepet gue udah pegel nih."

Sebelum Edgar menelpon Nina,pintu rumah sudah lebih dulu terbuka dan diikuti seseorang di dalamnya yang keluar.

"Ninaa ya ampun,lo pucet banget." Intan langsung saja memeluk Nina,yang ada di dalam rumah itu.

Tunggu dulu.Nina ada di rumah Bagas saat ini,lalu siapakan yang di peluk oleh Intan?

Nina yang ada di rumah ini tidak banyak bicara,wajahnya pun pucat dan pandangannya pun kosong.

"Ayo masuk"

Edgar,Rey,dan Intan terdiam sejenak keanehan mulai terjadi suara Nina menjadi lain dari biasanya, suaranya berubah menjadi agak berat.

"Tunggu apa lagi?"

Kemarilah NinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang