DUA PULUH ENAM

26 6 0
                                    

Cambuk itu sudah hampir mengenai tubuh Rey jika saja Nina tidak buru buru menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh Pak Amir,suami Bi Ijah.

"Diary biru tua!." satu jawaban itu berhasil membuat Intan terbebas dari ikatan tali yang mengikatnya.

"Kali ini kamu hanya beruntung bisa menjawab pertanyaan dengan benar,pertanyaan berikutnya akan membuat kalian semua mati." nada bicara dengan penuh penekanan itu terus menyudutkan Nina,Nina berharap ketika Bagas bangun,Bagas bisa melakukan sesuatu yang bisa membuat mereka semua bebas.

"Pertanyaan ketiga,Siapakah yang akan mati hari ini?." senyum licik tersungging di bibir Bi Ijah.

"Pertanyaan macam apa itu! yang akan mati selanjutnya adalah Bi Ijah!," jawab Nina yakin.

Namun jawaban Nina malah membuat Bi Ijah marah,dengan cepat Bi Ijah mengambil cambuk dari tangan hantu Ayra,kemudian cambuk itu di layangkan pada leher Edgar beberapa kali.

Hpss

Hpss

Hpss

Hpss

"AAAA SAKIIT..."

"Apa apaan ini,jangan cambuk Edgar cambuk saja Nina Bi,Nina moohoon tolong jangan bunuh Edgar Bi." Nina tidak tega melihat Edgar yang sudah merem melek kesakitan,lehernya sudah mengeluarkan banyak darah.

"Niina seandainya gue mati hari ini,gue ikhlas nanti kalo lo kesusahan bawa mayat gue,gapapa tinggalin aja di hutan ini ya." air mata Nina sudah bercucuran kemana mana,Nina memegang wajah Edgar dengan sangat penuh perasaan,dia tidak ingin Edgar mati hari ini,jika memang harus ada yang mati Nina siap jika memang harus dan saatnya.

"Gggue pergi ya,semoga kalian bisa selamat dari para setan iini." mata itu menutup perlahan dengan tenang.

"ENGAAKKK!!!!, SIALAN KALIAN SEMUA MEMANG SETAN,KALIAN SEMUA BIADAB!!."

Hpss

Hpss

Hpss

Cambuk itu malah semakin membabi buta,Bi Ijah tidak tanggung tanggung ikut membunuh Rey yang sudah sangat tidak berdaya,membuatnya ikut memejamkan mata dan meninggal.

"REYYY!! Jangan pergi Rey!! Lo kuat Rey!." sekuat apapun Intan dan Nina berteriak tidak akan ada siapapun yang bisa menyelamatkan mereka.

"Ahahahaha aku suka bau kematian!! Hahahaha giliran Nina pasti akan lebih seru!"

Dengan sangat marah Nina meraih cambuk itu,Bi Ijah sempat melawan saat Bi Ijah berusaha mempertahankan cambuknya,tapi kali ini kemarahan Nina memang sudah sangat memuncak dan berhasil mengambil cambuk itu dari tangan Bi Ijah.

"Cambuk ini sudah ada di tangan ku!! Mundur kalian!! Mundur!."

"Kamu fikir kami akan takut hanya karna kamu berhasil mengambil cambuk itu?! tidak segampang itu Nina,nyawa teman mu yang satu lagi akan melayang jika kamu melayangkan cambuk itu!."

Bi Ijah sudah memegang Intan bahkan dengan sebilah pisau di tangan kanan nya yang sudah di todongkan pada leher Intan,membuat Nina semakin kesal dan marah.

"Turunkan cambuk itu,atau pisau itu akan tertancap pada leher Intan!."

Nina menurut,ia menyimpan perlahan cambuk itu ke tanah.

"Cambuk itu sudah di bawah,sekarang lepaskan Intan!."

Kemarilah NinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang