DUA PULUH EMPAT

28 6 0
                                    


Tiga hari dua malam Nina dan Bagas masih belum menemukan titik terang tentang keberadaan mereka yang hilang,perbekalan sudah hampir menipis fikiran dan tenaga hampir terkuras habis bahkan Bagas merasa kakinya sudah tidak lagi terasa berjalan.

"Na gue cape banget,terhitung tiga hari loh tiga hari kita ada di hutan ini dari kemarin dan kemarin nya lagi kita terus terusan jalan,tapi apa gak ada tanda tanda apapun tentang keberadaan temen temen lo." Kini hari juga sudah semakin sore sinar senja sudah terpancar menandakan malam akan segera tiba.

"Sabar aja sih Gas gue juga tau lo cape dan gue juga sama tapi mau gimana lagi masa kita berenti sampe sini aja terlambat lah udah terlalu jauh juga buat balik,jalanin aja oke." ilusi masih tetap terus berjalan kadang kadang ada Bagas yang berhalusinasi ada Nina juga yang suka teriak teriak gak jelas padahal itu semua cuma halu,memang terasa hampir gila berada satu hari saja di hutan ini tapi mereka berdua cukup kuat untuk tetap ada dalam keadaan sadar.

Lama mereka berjalan diantara semak belukar, tidak jarang juga menemukan hewan hewan buas yang seolah siap memangsa apapun tak terkecuali manusia.

"Gas itu ada sungai,gue rasa itu bukan ilusi deh gue coba samperin ya." Nina yakin apa yang dia lihat pasti bukan halu.

"Iya tungguin gue mau ikut juga takutnya itu halu lagi!"

Mereka berdua sangat kegirangan menemukan air yang mengalir deras,mereka langsung minum kebetulan air perbekalan mereka sudah habis jadi mereka perlu minum banyak supaya tidak mudah haus lagi dan tidak lupa juga mengisi tempat air mereka untuk bekal perjalanan nanti.

"Cuu ngehehehe sedang minum ya nghehehe jangan minum sembarangan cuu." seorang nenek tua berambut putih panjang mengahampiri mereka berdua,sontak keduanya kaget.

"Eh siapa maaf Nek maaf kami kehausan maaf." langsung saja Nina meminta maaf dan menyalami Nenek tersebut berbeda dengan Bagas yang gemetar ketakutan pasalnya Nenek tersebut tertawa sangat mengerikan, coba kalian bayangkan tawa seorang Nenek yang paling mengerikan yang pernah kalian dengar,nah suara seperti itulah yang Bagas dengar.

"Gas psst salam gih minta maaf"

"Ogah ah Neneknya serem ih gue takut jangan jangan halu"

"Engga Gas, tadi gue salam kok dan tangannya asli,asli tangan manusia mana mungkin halu." Nina mencoba meyakinkan Bagas supaya mau menyalami tangan Nenek tua ini.

"Cucu berdua mau kemana? mengapa kalian bisa masuk ke hutan ini ?."

"Kami mau cari teman kami yang katanya di bawa ke hutan ini,tapi dari dua hari yang lalu dan sampai sekarang kami tidak menemukan tanda tanda apapun tentang keberadaan mereka Nek," jelas Nina

"Kalau begitu kalian ikut saja dulu ke gubuk milik Nenek ya ngehehe." karena tidak ada pilihan lain dan mereka berdua pun sudah sangat kelelahan akhirnya memutuskan untuk ikut bersama Nenek tua tersebut,walaupun Bagas suah menarik narik lengan Nina tanda tidak mau ikut dengan si Nenek tua.

Sesampainya di rumah si Nenek tua mereka berdua di suguhi buah buahan yang sangat segar dan amat menggugah selera tanpa pikir panjang Bagas segera melahap buah buahan yang di suguhkan berbeda dengan Nina yang makan satu persatu dengan tenang dan santai tidak seperti Bagas yang makannya grasak grusuk.

"Uhuk uhuk minum minum Na minum mana"

"Makanya kalo makan pelan pelan keselekkan jadinya"

Tidak lama mereka berdua mendengar suara seseorang yang sedang mengasah pisau.

Sreng

Sreng

Membuat Nina dan Bagas menelan ludah secara bersamaan,dan berfikir apa yang sedang Nenek tadi lakukan di dapur karena sedari tadi Nenek tua itu terus ada di dapur tanpa mau menemani Nina makan,rasa penasaran mulai menggerogoti tubuh Nina seolah memaksa Nina untuk menghampiri si Nenek.

"NGEHEHEHE KALIAN SUDAH SELESAI MAKAN sebentar lagi aku akan menjadikan kalian santapan makan malam ku,bersiaplah "

Sesaat setelah mendengarnya mereka berdua berlari sangat kencang tanpa memperdulikan medan jalan yang tidak pantas untuk di lewati,Nenek tadi terus berlari sambil membawa pisau yang tadi di asahnya,anehnya lari nya bisa menyeimbangi Nina dan Bagas.

"Aaaaaaa tolongg tolonggg." sekuat apapun mereka berteriak tidak akan ada seorang pun yang akan mendengar, hutan ini terlihat seperti hutan yang tidak pernah terjamah oleh manusia manapun.

Secara tanpa sengaja mereka berdua sudah lari sampai jatuh ke jurang yang tingginya tidak tahu seperapa dalam.

"Aakh badan gue rasanya remuk semua,sakiiit."

Keduanya tidak sadarkan diri,dengan badan yang bersimbah darah.

Nenek tadi rupanya gila dan sangat sangat kelaparan,melihat Nina rasanya Nenek tersebut ingin membunuh dan memakan dagingnya,mencincang tubuhnya hingga hancur dan kemudian meminum darahnya hiish membayangkannya saja sudah sangat mengerikan apalagi jika Nina benar benar tertangkap.

Apa jatuh ke jurang ini dapat memberikan satu titik terang bagi mereka berdua, selama 15 menit keduanya pingsan sebelum kemudian Nina bangun terlebih dulu dan meraba area sekitarnya.

"Gas bangun Gas,Nenek tadi udah gak ngejar kita lagi kita selamat," ujar Nina girang.

Bagas kemudian ikut bangun dan langsung berdiri menyusul Nina yang sudah terlebih dahulu berjalan menuju arah yang Bagas sendiri tidak tahu kemana.

"Nina kepala gue masih sakit lo malah main pergi gitu aja,liat kayanya punggung gue berdarah deh,obatin dulu ya"

"Yaudah tunggu disini gue mau cari obat obatan dari alam siapa tau ada,inget jangan kemana mana"

"Iya iya gue tunggu disini"

Sementara Bagas menunggu,Nina pergi mencari obat yang bisa mengurangi rasa sakit luka Bagas,jatuh dari jurang saja rasanya Nina sudah bersyukur bisa selamat dan masih bisa berjalan sampai sekarang ya walaupun badannya terasa sakit.

"To...longgh tolonghh siapapun tolong kami." Nina mendengar ada seseorang yang meminta tolong dengan suara lemah,dan rasanya sudah tidak asing lagi mendengar suara itu.

Ketika hendak mencari tahu suara itu tiba tiba

"Ninaaaa cepetaaan pungung gue sakiit." suara Bagas sudah lebih dulu mengisi telinga Nina sebelum ingin mencari tahu seseorang yang tadi meminta tolong.

"Diem ya,ini mungkin nanti bakal perih"

"KYAAAAAAA SAKIIIIT."

"Bagas ih berisik namanya juga luka ya pasti sakit lah"

"Ya tapi pelan pelan lah,eh bentar tangan lo juga luka sini biar gue juga obatin takutnya nanti infeksi"

"Tooolonggg tolonggg siapapun tooolongg."

Suara itu kembali terdengar dan kini tidak hanya satu orang yang meminta tolong tapi tiga suara sekaligus langsung terdengar oleh Nina.

"Itu pasti suara mereka!!ya gak salah lagi itu mereka kita harus kesana Gas"

"Tunggu dulu Na,dengan badan yang lemah kaya gini kita gak mungkin bisa lawan mereka,kita harus nyusun strategi dan rencana dulu"

"Tapi Gas_ _"

"Kita harus istirahat dulu,gak ada bantahan titik."

Bersambung.

Eumms aroma aroma nya udah mau ketemu nih. 

Kemarilah NinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang