Selasa telah berganti menjadi rabu,rabu telah berganti menjadi kamis begitu pun dengan bulan dan waktu,rumah terkutuk itu masih saja di jelajahi oleh beberapa orang di dalam nya yang tanpa sadar telah masuk ke dalam lubang hitam entah lubang permainan,suasana nya hampir tidak tertebak ada yang terus tertawa nyaring dengan suara yang memenuhi isi ruangan,ada yang terus mengeluh dan hampir menyerah dengan segala keputus asaan nya,ada yang berusaha namun tidak membuahkan hasil apa apa seolah ini adalah sebuah permainan nyawa,siapa yang nekat akan sekarat.
"Gas gue cape, ini rumah apa hutan belantara sih dari tadi kita jalan terus tapi gak nemu nemu Nina ataupun pintu buat keluar dan ini jam berapa coba jangan jangan ini hari udah berganti!." mereka masih belum menemukan Nina,hadeuh kebayang gak sih tinggal di rumah sendiri sampe nyasar kelewat gede sih.
"Gue udah bilang Kak,lo sih gak mau denger ini bahaya tapi lo kekeuh pengen ikut nyari Nina,perbekalan kita udah mulai menipis jangan sampe kita mati kelaparan"
"BAGAS!!!"
Tiba tiba saja,Runa mengagetkan Bagas yang tengah berjalan dengan Reina,ya meskipun cuma Bagas sih yang kaget,Reina gak bisa liat Runa jadi dia gak berekspresi pas Runa gelantungan di atas.
"ELU!,ngagetin gue kalo dateng itu bilang bilang,ngucapin salam kek jangan ngagetin."
Reina sempat keheranan dan mulai berfikir,apakah Bagas ini sudah mulai tidak waras karena kelamaan berjalan di rumah ini.
"Gas,lo bicara sama debu debu yang ada disana"
"Gue bicara sama arwah yang ada disini nih di depan gue,dia ngagetin gue kaget tau"
"Terus???"
"Ya gue kaget"
"Dan...gue gak nanya,nghahahaha."
Masih bisa bisanya mereka becanda di tengah situasi yang mencekam ini.
"Bagas udah selesai becandanya? Gue udah ketemu sama Ninaaa! Dan kamu tau?"
"Enggak lo kan baru cerita,ya mana gue tempe"
"Iih Bagas lucu juga ya,jadi aku maksa cari Nina meskipun lumayan takut sih,aku belum mau nampakin diri aku,aku takut dia malah ketakutan atau pingsan liat bentukan aku yang nyeremin." Runa menjelaskan sambil tersenyum miris,badannya retak dan hampir hancur,jadi takut tidak takut dia harus berani supaya bentukannya tidak semenyeramkan sekarang ia harus menemukan jasadnya terlebih dahulu,karena dia di kubur di dalam rumah ini arwah nya menjadi tidak tenang dan seolah tidak bisa kembali ke sisi Tuhan,Runa sangat gembira ketika mengetahui bahwa dirinya masih memiliki keluarga yang mau datang ke tempat ini dan ternyata itu adalah Nina adiknya,ya meskipun tidak terlalu tahu tenatang Nina tetapi Runa merasa sangat dekat dengannya dan ia berharap Nina percaya bahwa dia adalah kakaknya dan Nina bisa menemukan jasadnya lalu menguburkannya dengan layak,rasanya sungguh tidak enak terkurung di rumah tua selama belasan tahun,sendirian.
"Oke ayo kita ke sana!"
Dengan berlari secepat mungkin,akhirnya Bagas menemukan Nina yang sedang duduk di pojokan sambil menundukan kepalanya.
"Ninaa." Bagas segera berlari dan memeluk Nina dengan sangat erat membuat Runa sedikit tidak nyaman melihat situasi ini.
"Ba..Gas gue takut jangan pernah ninggalin gue,gu gue gak mau sendirian gue mau keluar dari sini gue takut,takut Bagas"
"Lo gak usah takut lagi gue ada disini buat lo,lo bisa ada di sisi gue,gue janji gue bakal ngelindungi lo dan terus sama lo." Bagas semakin gencar untuk memeluk Nina mengusap pelan rambutnya dan terus mendekap Nina dalam pelukannya.
Tidak ingin terus terusan menjadi obat nyamuk,Reina pun memeluk Bagas dan Nina.
"Ekhem..."
Bagas kembali tersadar akan satu hal,bahwa yang ada disini bukan hanya mereka bertiga melainkan masih ada Runa yang sedari tadi berdiri melihat mereka bertiga berpelukan.
"Oh ya,Na lo minum dulu lo pasti haus dan lapar kan nih makan ya,badan lo jadi kurus gitu"
Segera Bagas melepaskan pelukan yang mengharukan ini,dan segera saja membuka bekal yang Bagas dan Reina bawa,terlihat Runa semakin sedih akan hal itu,andai andai dan andai saja dirinya masih hidup pasti ceritanya tidak akan seperti ini.
"Na,ada sesuatu yang harus lo tau." kali ini Bagas akan membeberkan semuanya.
"Apa," ucapnya dengan mulut yang masih penuh dengan makanan,beruntung Reina hanya membawa bekal berupa biskuit dan roti rotian jadi tidaka kan cepat basi.
"Kakak lo ada disini dan dia pengen banget,nampakin wujudnya di depan lo dan gue harap lo gak kaget dan gak takut ya"
"Gimana caranya? Gue gak bisa liat dia"
"Tutup mata lo,pas gue usap dan lo langsung buka matanya ya."
Runa sudah tersenyum lebar,harap harap Nina tidak pingsan.
"Di..dia kakak gue Gas,kok serem"
Runa bi like "aku kan emang jelek ☺"
"Aku kakak kamu,boleh aku memelukmu?"
Reina yang tidak tahu apa apa hanya menyimak,dia cuma bisa planga plongo liat Bagas dan Nina yang bicara sama angin barang kali.
Dengan ragu,Runa memeluk Nina yang masih tidak bergeming dari tempatnya berdiri saat ini,tangan dingin itu nerangkul bahu Nina,tidak lama Nina segera melepaskan pelukan itu tanpa sedikit pun membalas pelukan Runa.
"Na,itu kakak lo kenapa seakan lo ragu dan gak percaya sama dia?!"
"Gue gak tau,gue masih belum bisa memahami ini semua,maaf"
"Gapapa Bagas aku ngerti kok,kamu mungkin belum percaya untuk saat ini,tapi aku harap kamu percaya di waktu yang tepat"
Nina kemudian berjalan,ke sebuah cermin berbentuk bulat yang sangat kuno,di dalam kaca itu dia melihat bayangannya yang aneh sekali,dia terus melihat seluruh badan nya yang semakin kurus dan terlihat kering,tetapi semakin di pandang semakin besar dan menyeramkan,itu membuat Nina tidak yakin bahwa itu memang dirinya.
"HIYYYA MENDEKATLAH,AGAR AKU LANGSUNG MEMBUNUHMU NINA!!!"
"AAAAAAAAAAA TOLONG!!!"
Pantulan wajah Nina yang menyeramkan itu tiba tiba keluar dari cermin,dan membuat Nina terlonjak kaget,begitupun dengan mereka semua yang ada di belakang Nina.
"Lari Nina lari!!!"
Bagas sudah memberi aba aba pada Nina untuk segera berlari meninggalkan bayangan menyeramkan itu dari tempat ini,mereka semua berlari dengan sekuat tenanga yang mereka punya untuk berlari.
Mengahabiskan menit menit yang menyeramkan dengan berlari dan berlari,karena suasana masih belum aman dan nyaman untuk bersantai dan bercanda.
Bersambung.
Kesan untuk part ini?
Jejaknya jangan lupa di tinggalkan,jangan di bawa bawa terus, berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemarilah Nina
Horror[Follow terlebih dahulu sebelum membaca] Rumah seharusnya menjadi tempat ternyaman dan menjadi istana untuk keluarga Namun bagaimana dengan Nina ,tinggal di rumah yang besar lagi megah sendirian ralat bersama dia...yang tak terlihat di sampingnya. "...