DUA PULUH TUJUH

26 4 2
                                    

Nina pov

Kalian tahu rasanya kehilangan?

Keluarga,sahabat bahkan bayangan kalian sendiri pun ikut pergi menghilang.Aku tahu ini telah terjadi tapi mengapa rasanya harus sesesak ini,ruangan ini gelap tanpa cahaya dan diri ini suram tanpa orang tersayang.

Reina datang dan segera menghidupkan lampu memberikan penerangan padaku.

"Nina makan dong,gue gak mau lo sakit dari kemarin loh lo belum makan,kita semua khawatir nanti lo kenapa kenapa."

Belakangan ini pekerjaan ku hanya melamun dan memutar memori yang pernah aku alami dulu,rasanya semua kenangan ini terlalu manis untuk aku lupakan,setiap saat setelah mengingat semuanya aku selalu ingin mengakhiri hidupku berharap mimpi buruk ini segera berakhir.

"Nina tetep gak mau makan Gas,dia tetep ngelamun." Reina mungkin sudah hampir menyerah terus menawariku makan,makanan yang kemarin saja belum aku makan.Selera makanku saja sudah hilang mana mau makan.

"Edgar,Intan,Rey maaf." mengingatnya air mataku terus terjatuh dan terjatuh lagi aku sangat membenci itu tapi apa?! Tidak dapat aku tahan.

"Nina kan masih ada gue di sini,masih ada Laura,bahkan sekarang ada Reina dan Bagas kehilangan yang udah udah malah bikin hati lo tambah sakit." mungkin aku memang bodoh ya,para setan itu berhasil menipu ku dengan mengatakan Laura sudah kehilangan nyawanya tapi ternyata tidak,sekarang Laura ada di sebelahku mengelap air mataku yang terus berjatuhan sementara itu aku tidak tahu bagaimana keadaan Bagas.

"Gue sama gue juga sedih kehilangan tiga teman terbaik kita,lo jangan sedih terus dong." Aku ingin kembali membaik sama seperti ketika masih ada mereka tapi selalu saja sulit terlihat baik baik saja.

Seseorang dari balik pintu tergesa gesa masuk ke ruanganku,kebetulan sekarang aku di rawat di salah satu rumah sakit,karna badan ku banyak luka luka bekas cambukan di tambah perut yang beberapa hari ini belum aku isi.

"Nina gara gara kamu! Edgar anak saya jadi meninggal! kamu harus tanggung jawab kamu harus masuk penjara!." Tante Shila memang pantas memarahiku dan aku memang pantas mendapatkannya.

"Jeng bukan cuma anak Jeng aja yang meninggal tapi anak saya juga,gara gara anak pembawa sial itu anak saya Intan juga ikut meninggal!." Aku hanya bisa bersandar pada jendela kaca rumah sakit,memberikan kesempatan pada orang tua almarhum temanku untuk mencaci diriku sepuasnya.

"Anak pembawa sial!!! Saya menyesal sangat menyesal membiarkan anak saya Rey berteman dengan anak sialan seperti kamu!."

"CUKUP! Nina sekarang sedang benar benar terpuruk,Nina juga sedih kehilangan anak Tante semua,termasuk juga saya Tante! Jadi cukup bilang Nina anak sial karna bagi saya Nina adalah teman terbaik bagi saya maupun bagi almarhum teman teman." tapi jauh di lubuk hatiku aku ingin memeluk Laura dan mengucapkan banyak rasa syukur sebanyak banyak nya pada Tuhan,tapi aku rasa tubuh ku seolah tidak ingin berpindah dari tempat ku berdiri sekarang,kaki ku sangat kaku.

"Saya yakin pasti anak saya melindungi dia! sehingga dia tidak meninggal seperti anak saya!." menasehati orang yang sedang marah malah membuang buang waktu.

"DIAM! kalian semua pergi dari ruangan saya! sekarang!." aku sangat kesal emosi ku sudah tidak dapat aku bendung lagi.

"AKHHH KELUAR AKU BILANG!."

PRAKK!

PRANG!!

Semua benda di dekatku aku hancurkan,aku berharap dengan cara ini aku bisa menghilangkan semua sedih ku,aku banting lampu aku pecahkan kaca jendela.

Sampai dokter datang ke ruangan ku,dia dan para suster menahan tubuhku.

"LEPAS LEPAS DOK,SAYA MAU BEBAN DI HATI SAYA LEPAS,HAHAHA PASTI SETELAH INI SAYA BISA KETEMU SAMA EDGAR DOK!." Aku sudah tidak tahu malu lagi,aku tidak mengerti dengan apa yang aku ucapkan,aku mungkin sudah tidak waras.

"AAAAAA Dokter jaa_ _hat." benda tajam itu menusuk tepat di tangan kananku,rasanya sakit membuat kepalaku pusing dan membuat semuanya jadi gelap.

Author pov

Nina sudah tidak sadarkan diri di atas ranjang nya,suntikan itu berhasil menenangkannya.Tadi dia mengamuk parah di kamarnya,benda yang ingin ia hancurkan dia banting membuat benda itu seketika hancur berkeping keping.

Reina,Laura dan Bagas hanya bisa menyaksikan Nina yang terlelap di balik pintu,mereka bertiga merasa sangat hancur ketika melihat Nina hancur.

Kini tidak ada lagi geng NAURIE,kini yang tersisa hanya sebuah kenangan.

Sementara itu Bi Ijah di tahan di rumah sakit jiwa,karena kejiwaannya memang sudah terganggu dan pantas untuk di masukkan ke sana.

"Aku cantik ahahaaaha,Nina awas kau ya aku akan membunuh mu ahahahaha aku cantik, dan Nina sangat jelek." sejak Ayra si hantu hancur,Bi Ijah mengalami gangguan jiwa,sebelumnya Bi Ijah dan suaminya pernah membuat perjanjian dengan dukun dan perjanjiannya adalah apabila Bi Ijah atau siapa pun membakar buku harian milik Ayra maka sesuatu yang buruk akan terjadi pada Bi Ijah dan keluarga nya.

Sementara Pak Amir, dia sudah di jebloskan ke penjara karna sudah terbukti bersalah dan dia dihukum penjara selama lima belas tahun.

Sarah,dia di jadikan tumbal terakhir,dia tewas terbunuh di dalam kamarnya,bunuh diri lah yang membuatnya tewas entah di rasuki atau memang benar benar ingin mengakhiri hidupnya,dia menggantungkan tambang dan kemudian dia menggantungkan dirinya sendiri,beruntung warga langsung menggerebek rumah Bi Ijah,ketika mendengar pekikan seseorang dari dalam rumah itu,warga bergerak cepat mencari dari mana sumber suara dan menemukan Sarah yang sudah tergantung naas nyawanya tidak terselamatkan.

Entah apa yang akan terjadi kedepannya pada Nina,Bagas,Reina,Laura atau keluarga Bi Ijah,semuanya mungkin akan berjalan di takdir masing masing.

Kehilangan itu memang satu kata berjuta rasa yang tidak dapat di utarakan dengan kata kata,semua orang pasti pernah merasakan kehilangan tapi kadang kala di balik kehilangan itu masti tersemat sebuah hikmah atau pelajaran yang dapat di ambil dan dapat di terapkan setelahnya.

Bersambung.

Mendekati end ^^

Kemarilah NinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang