13. Melelahkan

987 161 19
                                    

Suna dan Haruki berjalan berdampingan, daritadi Suna memerhatikan gadis itu. Haruki berbalut seragam dengan memakai hoodie tipis berwarna merah muda. Berarti gadis itu masuk sekolah, tapi Suna sama sekali tak menjumpainya di kelas.
Haruki pun begitu, ia tampak canggung karena Suna daritadi melihatnya dari samping.

Sebelumnya, Haruki memutuskan untuk mengajak Suna ke suatu tempat. Bisa dibilang ini merupakan janji yang mereka buat waktu festival olahraga, maka dari itu Suna ikut-ikut saja.
Haruki memilih untuk berjalan kaki dan Suna tak memprotesnya.

"Kau masuk sekolah hari ini?" Haruki telah menduga kalau Suna akan tanya seperti itu.

"Tapi, kau tidak masuk kelas." Tambahnya.

Haruki menoleh dan mendapati Suna yang masih setia memandanginya.

"Aku masuk sekolah tahu! Tapi aku tidak ikut pelajaran." Jawab Haruki enteng.

Mata Suna membola, ia tak menyangka gadis itu berani untuk meninggalkan pelajaran alias membolos. Padahal Haruki bukan tipe gadis nakal.

"Lalu bagaimana dengan 3 hari yang lalu?" Lagi-lagi Haruki menoleh dan tersenyum memperlihatkan giginya.

"Lambungku bermasalah, aku beberapa kali keluar masuk kamar mandi. Jadinya ayah dan Shinsuke melarangku untuk pergi sekolah." Nada suara Haruki terlihat malu-malu.

Suna mengerjap, rasa khawatir yang menggerogoti hatinya perlahan menghilang. Syukurlah bukan masalah berat, begitu pikirnya.
Sedangkan Haruki melihat ekspresi Suna berubah jadi aneh, dengan segera ia memukul kepala bagian belakang nya.

"Jangan beritahu siapapun! Itu diareku yang paling buruk asal kau tahu!!" Pekik Haruki.

Apa hari ini merupakan hari sialnya Suna? Kepalanya sudah dua kali kena pukul kali ini. Beruntung dia tidak reflek berteriak seperti tadi, tepatnya disaat jump serve nya Atsumu yang mengenai kepalanya.

"Tidak akan." Ujar Suna datar, lagipula untuk apa dirinya harus bercerita semacam itu. Dia bukanlah Atsumu, Osamu, ataupun Ginjima yang tipe manusia bergosip.
Haruki bersenandung senang.

Keheningan kembali menyelimuti, Suna sama sekali tak bertanya kemana gadis itu akan membawanya pergi? Yang pasti arahnya bukan ke pemakaman.

Melainkan ke jalan utama, dekat dengan stasiun tujuan Suna.

"Waktu itu.."

"Hng?"

"Apa kau sering pingsan sehabis berlari?" Lagi-lagi Suna melontarkan pertanyaan random.

"Tidak, itu yang pertama kalinya."

Suna ber 'oh' ria untuk menanggapi, mungkin waktu itu Haruki lagi tidak vit.

Terdengar suara ribut dari sebuah gang. Suna tak memperdulikan nya dan lanjut berjalan. Namun Haruki malah lari berbelok untuk melihat keributan.

"Oi!" Panggil Suna.

Gadis itu menghampiri seorang nenek yang tengah diteriaki seorang pria dewasa. "Nenek baik-baik saja?"

"Nenek sialan! Kau bisa membuat sepeda ku rusak!"

Nenek masih itu duduk terdiam, "Kau mau menggantinya hah?!"

Haruki jengah, telinganya ikut panas disaat sang pria dewasa itu berteriak layaknya memerintah.
"Maaf, tidak bisakah paman berbicara lebih sopan kepada orang tua?"

"Paman?!" Teriak pria dewasa itu tak terima.

Suna hanya berdiri dari kejauhan tanpa berniat membantu Haruki, tapi ia ikut bergumam kecil seperti, "Cih, dasar bapak-bapak kurang kerjaan!" Begitulah tanggapan Suna.

Secret | Suna Rintarou [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang