20. Sampai jumpa lagi

917 154 13
                                    

Cuaca pagi ini sedikit mendung, mungkin sebentar lagi hujan akan turun. Kalau dipikir-pikir nantinya akan jadi hujan pertama dimusim semi.
Suna berangkat awal hari ini, dia menatap keluar jendela yang dihias titik-titik embun. Beberapa siswa yang lewat menyapanya, dan ia membalasnya dengan anggukan.
Dari jauh ia bisa melihat Haruki, gadis itu berangkat bersama sepupunya, Kita Shinsuke.
Melihatnya, Suna jadi teringat perkataan kemarin. Ia seketika salah tingkah dan mengalihkan pandangannya ke arah luar hingga suara sapaan gadis itu mengagetkannya.

"Eh Gomen Suna-san, ohayou!" Suna mengangguk dua kali, ke Haruki dan ke Kita.

"Boleh aku minta tolong padamu?" Tanya Kita kepada Suna setelah Haruki masuk ke dalam kelas.

"Tentu Kita-san."

"Aku ingin kau mengawasinya, berhubung kau sekelas dengannya." Mata Suna mengerjap bingung. "Ah maksud ku Haruki. Dia selalu bertindak bodoh dan aku khawatir padanya."

Suna nampak berpikir sebentar dan menyetujui permintaan sang kapten.

"Terimakasih."

"Iya, Kita-san."

Suna masuk ke dalam kelas dan duduk dibangkunya. Haruki bertingkah seperti biasa dia sedang bercanda ria dengan anak yang duduk didepannya.
"Sepertinya dia melupakannya, baguslah.." Batin Suna.

"Suna-san!!" Haruki berbalik ke arah Suna dan buatnya terperanjat kaget. "Apa yang kau bicarakan dengan Shinsuke?"

"Hanya kegiatan klub." Jawabnya bohong, Syukurlah Haruki nampak percaya.

"Ano, maaf kemarin aku berkata aneh-aneh." Ucap Suna ragu-ragu, sebab dia takut akan menyinggung perasaan gadis didepannya itu akan obrolan kemarin.

"Hee tak masalah!" Balas Haruki riang, oke sepertinya gadis itu tak peduli, Suna sedikit lega. Dia lega karena bisa jujur mengenai apa yang ia rasakan terhadap gadis itu.

Karena amanat sang kapten, Suna jadi selalu memperhatikan gadis itu. Sejak bel pelajaran pertama, gadis itu bersikap seperti biasanya. Lalu, pergantian pelajaran dia izin ke toilet dan kembali dengan wajah yang sedikit basah, mungkin habis cuci muka begitu pikirnya.
Sampai waktu istirahat tiba pun gadis itu beranjak dari duduknya. Suna pun mengikutinya.

"Kau mau kemana Suna-san?" Tanya Haruki karena sadar lelaki itu berjalan dibelakangnya.

"Mengikutimu."

"Eh? Aku pergi ke toilet lo."

"Siapapun pukul aku!!" Jerit Suna dalam hati, dia malu dan mendadak salah tingkah didepan gadis itu. Ia mengutuk mulutnya sendiri dan buru-buru pamit dengan alasan lapar.

Hal yang langka Suna merasa malu dengan tingkahnya sendiri.

- secret -


Turnamen musim semi tinggal beberapa minggu lagi. Tim penantang terkuat dari Hyogo, kini mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh.
Latihan setiap hari, bahkan ada yang melewatkan makan siang untuk latihan contohnya Atsumu. Daripada kembarannya, dia lebih ambisius terhadap voli sedangkan Osamu santai saja.

Latihan sehabis pulang sekolah diperpanjang sampai malam. Sekarang masih sore dan anggota klub tengah latihan bebas tanpa pelatih. Ada Haruki disana, dia mendebatkan sesuatu dengan Kita. Sepupunya itu marah karena tahu Haruki belum pulang. Sedangkan Haruki sendiri membalas Kita dengan nada kesal, ia membuat alasan tidak ingin pulang sendiri dan berinisiatif menunggunya selesai latihan berhubung sahabatnya, Rena tengah sibuk menyiapkan untuk kompetisi musik.

Kita kalah berdebat, mengingat gadis itu sangat keras kepala. Terpaksa Kita mengiyakan permintaan nya.
Sekarang dia dipaksa duduk oleh Kita dibangku cadangan dengan catatan tak boleh mengganggu.
Haruki mengamati setiap anggota yang latihan, Kita dan Akagi latihan menerima bola, Suna, Ginjima, dan Aran latihan spike, sedangkan yang lain latihan servis.

Pandangannya terhenti ke arah Atsumu yang goleran dilantai gym dan ada Osamu disamping nya yang sedang minum. Gadis itu buru-buru menghampiri nya.

"Atsumu, kau tidak latihan?" Tanyanya.

"Eh Haruki-chan, tenang saja aku kuat dan aku juga sudah cukup latihan." Jawab si rambut kuning enteng, mendengar jawaban itu kembarannya ingin memukulnya saja karena sifat malasnya.

"Tidak ada kata cukup!" Tegas Haruki. Atsumu pun kaget kenapa gadis itu tiba-tiba marah padanya?

"Bukankah kau sendiri bilang kalau latihan terlalu keras itu tidak baik? Lagian masih banyak waktu untuk latihan, jadi ku pikir itu cukup." Ucap Atsumu dengan santainya.
Raut wajah Haruki berubah sangat marah, bahkan Osamu ikutan kaget.

"Alasan lagi! Kau tak punya waktu untuk bersantai! Turnamen sudah ada didepan mata. Jika kau punya banyak waktu gunakanlah untuk latihan saja!"

"Aku sudah cukup berlatih keras, Haru-chan!!" Teriakan Atsumu mengundang perhatian anggota lainnya. Mereka terhenyak, Atsumu bertengkar dengan seseorang selain Osamu.

"Itu belum cukup! Orang lain saja banyak berlatih. Apa kau tak merasa terancam?"

"Sudah kubilang aku cukup berlatih!!"

"Kalau begitu berlatih lebih banyak lagi! Tidak ada kata cukup! Sebelum kau menyadarinya─" Air mata Haruki mendadak turun, gadis itu menangis disela teriakan nya. Siapapun yang melihatnya tentu terkejut.

"Ah Gomen, aku mengatakan hal aneh." Ucapnya sembari mengusap airmata, "Gomennasai!" Dia membungkuk kan badannya didepan Atsumu sebagai tanda maaf dan buru-buru menyambar tasnya dan pergi dari sana.

Kita hendak menyusul gadis itu tapi sudah keduluan Suna. Ia tak perlu khawatir lagi bila ada Suna yang turun tangan.

"Chizuru!!"

Suna berhasil mengejar Haruki yang masih dekat di kawasan sekolah. "Jangan lari!"

"Bagaimana aku bisa lari dengan kaki yang seperti ini?" Ucap Haruki sambil menunjukkan perban kakinya kepada Suna. Benar juga katanya.

"Ada apa Suna-san? Bukankah kau ada latihan? Aku mau pulang."

"Aku akan memastikan kau pulang dengan selamat." Haruki terhenyak.

"Pasti karena Shinsuke?" Suna mengangguk, memang benar ini merupakan amanat dari Kita sejak pagi. "Dasar, dia terlalu berlebihan."

Suna tak akan menanyai perkara tadi, takut akan menyinggung gadis itu lagi.
Maka dari itu ia berusaha bersikap biasa saja agar tak terlihat penasaran.
Lelaki itu mengamati Haruki, matanya sedikit memerah karena efek menangis tadi.

"Apa kau punya rahasia?" Haruki sedikit terkejut, lelaki itu random sekali.

"Tentu saja!"

"Apa?"

"Kalau aku memberitahumu namanya bukan rahasia." Suna terdiam, merutuki perkataan bodohnya. Melihatnya, tawa Haruki pecah.

"Hahaha Suna-san ternyata kau punya sisi yang seperti ini, lucu." Lagi-lagi Suna membuat ekspresi aneh, bagaimana bisa laki-laki disebut lucu? Begitu pikirnya.

"Em kau sudah mengetahui rahasiaku, jadi umm aku bisa dapat kesempatan untuk tahu rahasiamu juga."

"Eh?" Haruki bingung.

"Soal ibuku.."

"Ah itu, bagaimana hubungan kalian?"

"Baik, kami sering bertukar pesan."

"Baguslah!!"

Langit menujukkan warna jingga kemerahan, senja telah datang menyapa bumi. Siapapun yang melihatnya pasti kagum, termasuk dua insan ini.
Mereka berdua terus berjalan membiarkan keheningan mendominasi.

"Soal rahasiaku, pasti akan kuberitahu nantinya." Kata Haruki. "Sampai disini saja, aku bisa pulang sendiri."

"Hm baiklah, sampai jumpa."

"Jangan ucapkan kalimat itu, aku tidak menyukainya." Suara Haruki tersengar sendu. Suna terhenyak dan berpikir sebentar lalu menatap gadis itu yang seolah menunggunya berbicara.

"Kalau begitu, sampai jumpa lagi."

- secret -




Yang bolos daring, ayo ngaku '^´

Secret | Suna Rintarou [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang