10. Ternyata

963 193 12
                                    

Suna terjebak dalam kebingungan antara percaya atau tidak percaya. Netranya sesekali melirik ke sang kapten yang sedang duduk diam di hadapannya. Beberapa menit yang lalu lelaki itu mengaku sepupu Haruki.

Itulah hal yang diragukan oleh Suna.

"Kau bisa melihat kartu keluarga ku kalau tak percaya." Ucap Kita yang peka akan hal yang Suna pikirkan.

"B-Bukan begitu.." Jawab Suna ragu.

"Hanya saja, kalian berdua sangat berbanding terbalik." Tambahnya dalam hati.

Sepertinya Suna kurang memperhatikan dirinya sendiri, alias kurang bercermin.

"Terimakasih sudah membantu Haruki." Mata Suna membulat, "Maaf, anak itu sudah merepotkan mu."

Untuk pertama kalinya, Kita mengucapkan kalimat terimakasih kepadanya, itu hal langka bagi Suna walaupun sebatas perbuatan sepupu Kita, Haruki.

Haruki yang baru saja mendengar hal itu, menghampiri mereka dengan kesal. Gadis itu menarik kerah baju belakang Kita karena merajuk.

"Shinsuke, jangan jelek-jelekin aku di depan Suna-san!"

"Kkhh kau m-mau membunuhku?"

Bukannya dilepaskan, Haruki malah semakin kencang menariknya hingga Kita benar-benar tercekik.

Suna menganga, kalau saja dirinya yang melakukan itu pasti riwayat hidup nya diperpendek karena menjahili sang kapten voli inarizaki.

"Ara, ada tamu?" Seorang wanita tua masuk sambil membawa bungkusan berukuran sedang.

Kita buru-buru menghampirinya dan membawakan bungkusan itu.

"Nenek kenapa lama sekali? Kenapa tidak minta bantuan aku atau ibu saja? Ini sudah malam, seharusnya nenek bilang padaku." Wanita tua yang disebut nenek itu tertawa renyah mendengar omelan cucu pertamanya, Kita Shinsuke.

"Tidak apa-apa Shin-chan, menantu sedang memasak makan malam dan kau sendiri sedang ada tamu." Jawab nenek.

"Nenek, Shinsuke itu berlebihan. Tadi dia juga mengomel panjang lebar padaku!" Tambah Haruki.

"Sudah-sudah, anak muda mau ku buatkan teh hijau?" Suna yang tadinya merasa terlantarkan tersentak karena tawaran nenek Kita. Lelaki itu menolak dengan halus dengan alasan ingin buru-buru pulang.

"Haruki, naiklah dan istirahat!" Perintah Kita.

"Aku akan mengantar Suna-san ke depan."

Keputusan Suna untuk segera pulang memang tepat, daripada harus berlama-lama melihat drama manis keluarga.

"Ano, Suna-san! Aku tidak akan membuat usahamu sia-sia untuk mengajariku, maka dari itu aku akan berusaha!"

"Hm, ja.. sam─"

"Sampai jumpa besok!" Haruki menyela perkataan Suna, lelaki itu tak ambil pusing dan mengayuh sepedanya untuk pulang.

- secret -

"APA?!"

Osamu melempar bola voli ke arah belakang kepala Atsumu.
Suna yang melihatnya berjengkit kesal karena melewatkan kejadian itu dengan tidak merekamnya.

"Ittai! Apa-apaan kau Samu!"

"Jangan berteriak bodoh!"

"Kau juga teriak baka Tsumu!"

"Urusai! Kau yang memulainya!"

"Hee kau yang pertama kali teriak!"

"Hah?!"

"Oi kalian hentikan!" Lerai Aran. Sedangkan Suna mengeluarkan handphone nya dan merekam perdebatan si kembar tak berguna.

Sekarang posisi Aran ada diantara si kembar yang sedang saling dorong, mari kita doakan agar telinga Aran tidak tuli karena teriakan si kembar. Anggota lainnya cemas kecuali Suna.

Hingga Sang kapten datang membuat keadaan tenang seperti semula.

Miya bersaudara sama-sama menundukkan kepala dihadapan Kita.
Beruntung mereka berdua tidak sampai adu pukulan. Terakhir kali mereka adu fisik, sungguh membuat penderitaan. Kita menyuruh mereka untuk tidak ikut latihan voli selama seminggu, kejamnya.

Kita mendesah pelan dan berhasil mengatasi kebiasaan si kembar Miya.

Sebelum dia beranjak pergi untuk membersihkan ruang ganti, Atsumu melontarkan pertanyaan.

"Kita-san, benar-benar sepupu Haruki-chan?" Kita mengangguk. Miya bersaudara kaget tak terkecuali anak kelas 2 lainnya.

"Kok bisa?" Tambah Osamu.

Rasanya Atsumu ingin menggetok kepala kembarannya karena pertanyaan bodoh tersebut.

"Bisa, ibuku adalah kakak dari ayah Haruki." Jawab Kita datar.

"Kenapa nggak beritahu kami?"

"Buat apa?" Serangan balik dari Kita berhasil membungkam Miya bersaudara.

Ginjima dan Suna sudah terkikik dibelakang. Yang lain juga.

"Ojiro-san juga tau?"

"Mhm, Haruki-chan sering datang dan menghampiri Shinsuke."

"Dia juga sering lihat kita latihan waktu dulu." Tambah Akagi.

Waktu dulu yang dimaksud Akagi adalah disaat dirinya menduduki bangku kelas 2.

"Makanya jangan buta." Tutur Omimi Ren, murid kelas 3.

Suna sendiri terheran, kenapa malah membahas gadis berisik itu. Bukan begini alurnya.
Disisi lain yang Suna percayai gadis itu telah menarik perhatian beberapa orang disekitar nya.

Termasuk Suna sendiri.

- secret -


ps : maaf agak membosankan, ini debut pertamaku nulis genre romance.
Mohon kerjasamanya!

Secret | Suna Rintarou [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang