22. Menginap

837 142 29
                                    

"Ano, itu tempat dudukku."

Seperti deja vu, ini seperti suara..

Suna tercekat dan mendongak, ada Haruki dengan tatapan polos yang sama disaat dirinya bertemu pertama kali dengan Suna. Gadis itu ada disini dihadapan Suna dengan keadaan sehat.

"Bukankah itu tempat duduk ku?"

Suna tak peduli dengan ucapan gadis itu, tapi ada dorongan dalam hatinya yang mengatakan bahwa ia tak akan melepaskannya, perasaan yang hangat dan takut akan kehilangan gadis itu mulai menyelimuti hatinya. "Perasaan apa?" Batinnya.

Merasa diabaikan, gadis itu pun pergi berniat duduk dibangku lain. Namun, gerakannya terhenti disaat Suna memeluknya dari belakang.
"Jangan pergi!"

Pelukan itu semakin erat dan gadis itu nampak tak melawan justru terlihat begitu nyaman. Suna menyembunyikan wajahnya di bahunya, dia sesekali mengeratkan pelukannya lagi takut kalau gadis itu akan hilang dari pandangannya.

"Jangan pergi, aku.."

"Aku.."

Plakk!

"Ohayou!"

Suna membuka matanya lebar-lebar, yang ia lihat pertama kali adalah wajah Osamu. Lalu Suna buru-buru menatap kedepan dan sekelilingnya, tidak ada orang hanya ada Osamu dan dirinya diruang kelas.

"Ah mimpi.."

"Kau tidur apa mati sih?" Tanya Osamu sambil mengunyah onigirinya dengan santai. Sebelumnya, ia memukul kepala Suna dengan penggaris karena tak kunjung bangun.

"Kenapa kau ada disini?"

"Mengungsi, dikelas ada pengganggu." Yang dimaksud pengganggu oleh Osamu adalah kembarannya sendiri.
Berhubung kelas Suna masih sepi, dia
jadi bebas ingin berkunjung.

Suna baru sadar, tempat yang ia duduki sekarang merupakan tempat duduk Haruki. Gadis itu belum juga masuk kelas.
Mimpi tadi rasanya begitu nyata, Suna berharap mimpinya dipagi hari ini menjadi kenyataan saja.

"Haruki-chan belum masuk juga? Hahh telingaku bisa tuli nantinya." Keluh Osamu, yang tak dimengerti oleh Suna.

"Maksud mu?"

"Tsumu, dia mengoceh terus tentangnya khawatir lah, takut ada apa-apa lah. Aku lelah mendengar nya. Aku pun juga khawatir, tapi Tsumu merepotkan."

Suna menanggapi dengan kekehan saja, tak heran dengan cerita Osamu ini.

"Dan dia juga berkata menyukai Haruki."

Suna menoleh ke Osamu, dia merasa salah dengar.
"Memang Haruki-chan itu baik, tapi aku tak bisa menerima sifat buayanya."

"Oh begitu."

- secret -


"Oh Suna-san, selamat datang!" Sambut Haruki.

Suna menjenguknya ke rumah sakit. Ia pergi sendiri tanpa ketiga temannya. Disana Haruki tidak sendiri, ada Rena yang menemaninya, gadis itu menyipitkan matanya menatap Suna.

"Haru-chan, kau masih berhubungan dengannya?" Bisik Rena.

"Tentu, kami berteman ba─akh ittai!" Haruki kelepasan menjawab lantang, karena itulah Rena mencubitnya.

"Kenapa kau kesini?" Nada suara Rena terkesan sinis, Suna tak mempermasalahkannya.

"Tentu mau menjengukku." Sahut Haruki.

"Aku tak bertanya padamu Haru-chan!"

Suna ikut menyipitkan matanya, Rena itu aneh dia melontarkan pertanyaan yang jawabannya sudah pasti begitu tanggapannya.

"Ma maa Rena-chan!" Haruki menengahi, takut keadaan semakin buruk.

Rena pamit pulang, tapi sebelum itu dia memberi tatapan tajam pada Suna yang masih diam seolah berkata "Jangan macam-macam!"

"Suna-san, kau datang bukan untuk diam saja kan?" Mendengarnya, Suna langsung duduk disamping ranjang Haruki.

"Dan dia juga berkata menyukai Haruki."
Disaat seperti ini Suna malah teringat perkataan Osamu, bikin kesal saja.

"Boleh aku menginap disini?"

"Eh?"

"Aku bisa tidur di sofa nanti." Tunjuk Suna ke sofa sudut ruangan, Haruki menyetujuinya tanpa tahu alasan lelaki itu. Suna hendak meletakkan tas disofa tapi tidak jadi karena ada bingkisan buah disana.

"Ah itu dari Atsumu, kau boleh memakannya." Level kekesalan Suna meningkat setelah mengetahui Atsumu sudah kesini mendahuluinya.

"Apa pendapat mu tentang Atsumu?" Tanya Suna random.

"Um Etto, dia lelaki yang baik."

Bwehh! Suna ingin muntah mendengarnya. Andai saja gadis itu tahu sifat Atsumu yang asli.

"Kalau aku? Apa pendapat mu tentang ku?"

Haruki memiringkan kepalanya bingung, lalu dia terkekeh, "Entahlah." Suna sweetdrop.

"Ahaha aku bercanda, Suna-san juga baik kok." Gadis itu berubah murung dan Suna menyadarinya.

"Ada apa?"

"Aku tak bisa melihat kompetisi musik Rena-chan, karena aku belum bisa meninggalkan rumah sakit." Haruki mengeratkan pegangan pada selimutnya, "Aku benar-benar teman yang buruk."

"Dan maaf, sepertinya aku tidak bisa melihat pertandinganmu."

Suna bisa tahu, walaupun gadis itu tersenyum padanya hatinya tengah sedih. Ia mendekat pada Haruki dan memegang tangannya yang bergetar takut.

"Hanya karena itu dirimu tak bisa mengartikan kalau kau buruk. Jangan rendahkan dirimu seperti itu, kau kan bisa menontonnya lewat siaran televisi." Ucap Suna lembut.

"Wah Suna-san, kau berubah!!" Suna terlonjak kaget disaat gadis itu tiba-tiba berteriak semangat, "Dulu kau acuh sama aku lo, aku merinding."

"Entahlah, a-aku pun tak tahu." Balas Suna, "Yang pasti saat bersamamu aku jadi sedikit lebih tenang. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, seperti sekarang."

"Kalau tak berdetak kau bisa mati."

"Bukan begitu maksud ku."

"Rasanya berbeda.." lanjut Suna dalam hati.

"Aku juga merasakan hal yang sama, bersama Suna-kun itu menyenangkan─ah maaf aku memanggil mu dengan itu."

"Tak masalah, kau juga boleh memanggilku Rintarou."

Senyum Haruki melebar, perasaan senang menyelimuti hatinya.

"Rintarou, Rin ta rou~"

"Berhenti membuat suara anak kecil dengan namaku." Tutur Suna, dia merebahkan tubuhnya diatas sofa.

"Habisnya namamu bagus, aku selalu ingin menyebutnya. Ja lusa kau ada turnamen kan? Tidurlah dan berjuanglah nanti!" Semangat Haruki.

"Mhm."

"Oyasuminasai Rintarou!"

Haruki merebahkan tubuhnya dan menaikkan selimutnya sebatas dada, mulai memejamkan mata untuk tidur. Suna masih memandangi Haruki dari sofa, kemudian dia menyunggingkan senyum.

"Oyasumi, Haruki."

Sebenarnya Haruki belum benar-benar tertidur, mendengar Suna menyebut nama depannya membuatnya bahagia dan sedih secara bersamaan.

"Aku ingin lebih lama bersamamu, Rintarou." Batin Haruki dengan air mata berjatuhan membasahi bantal tidurnya.

Tak lama kemudian, Kita datang dan menemukan sepupunya yang menangis dalam diam itu. Haruki mencoba berpaling ke Kita yang masih diambang pintu, rasanya dia tak punya tenaga untuk duduk seperti tadi.

"Shinsuke!"

"Dia sudah tidur?" Tunjuk Kita ke Suna.

"Sepertinya iya."

"Baiklah, aku akan minta tolong suster untuk menginfusmu lagi."

- secret -

Secret | Suna Rintarou [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang