14. Tak terduga

927 169 11
                                    

Dua kali Suna pulang malam, itu pun bersama seorang gadis. Ia merasa resah dan was-was. Dijalan pulang pun lelaki itu melamun mengabaikan Haruki yang mengoceh.

"Kita-san pasti akan mengamuk."

"Gimana reaksi orang tua nya? Ini sudah malam."

"Oh ayolah Rin, ini bukan pertama kalinya."

"Sialan, aku jadi was-was."

Langit malam yang ditutupi oleh mendung menambah rasa was-was dihati Suna. Masalahnya sekarang sudah terlalu malam untuk pulang kerumah, ditambah lagi dia bersama seorang gadis.
Ditatapnya Haruki yang sedang menatapnya pula. Ekspresi nya yang riang tadi berubah, bibirnya mengerucut lucu.

"Apa?" Pertanyaan Suna yang kelewat datar membuat Haruki melipat tangannya didepan dada.

"Uh kau mengabaikan ku Suna-san. Ada yang mengganggu pikiranmu?" Suna menggeleng lemah, hal itu buat Haruki semakin curiga saja.

"Apa dia cenayang sama seperti Kita-san?" Batin Suna konyol.

Lalu, Suna membayangkan disaat mereka berdua sampai di rumah Haruki. Terlihat wajah Kita Shinsuke yang menyeramkan lengkap dengan keluarga Haruki yang lain, tiba-tiba mengeroyok Suna. Karena alasan telah membawa anak gadisnya pulang malam, layaknya anak nakal.
Suna berkhayal terlalu jauh.

Lamunannya buyar ketika salah satu tas belanjaan jatuh dari tangan Haruki. Gadis itu masih diam saja menatap isi dari tas itu berserakan di jalan. Suna mendekati nya dan mengambil alih untuk membawa semua tas itu.

"Jangan melamun saat dijalan!" Seharusnya Suna mengatakan ini pada dirinya sendiri. Haruki hanya cengengesan sambil menggaruk tengkuknya.

"Arigatou.."

Mereka berdua kembali berjalan, bedanya sekarang Haruki berjalan dibelakang Suna.

Sampai di depan pintu rumah Haruki, Suna kembali membayangkan ketika keluarga gadis itu mengkeroyoknya.
Pintu dibuka oleh Kita, menatap wajahnya buat Suna keringat dingin. Padahal dia tidak melakukan kejahatan.

"Shinsukee!! Tadaima!"

Haruki berucap semangat dan memeluk Kita yang masih diambang pintu. Itu membuat Suna sweetdrop.

"Kau darimana saja? Kenapa tidak pamit? Sudah kubilang jangan─"

"Huh! Shinsuke lagi-lagi berisik. Aku hanya berbelanja sebentar." Haruki melepaskan pelukannya dan masuk kedalam rumah melupakan Suna yang masih mematung di luar.

Tinggallah Kita Shinsuke dengan wajah yang datar seperti biasanya. Lelaki itu menatap barang-barang yang dibawa Suna.

"Ah, a-anu Kita-san ini.." Suna menyerahkan barang yang diborong Haruki tadi dengan canggung ke Kita.

"Masuklah dulu!" Perintah Kita.

Suna shock, pikirnya dia akan di keroyok di dalam rumah oleh keluarga gadis itu.
Menyadari Suna yang kunjung belum masuk kedalam membuat Kita bingung.

"Kau tidak masuk?"

"Ano.. i-iya."

Suna masuk ke dalam dan duduk di ruang tamu.

"Araa, ada Suna-kun."

"Bibi, selamat malam." Suna berdiri dan memberi salam kepada ibu Kita Shinsuke.

"Malam juga Suna-kun, terimakasih sudah mengantar Haru-chan."

"I-Iya bibi." Jawab Suna kaku. Pandangannya beralih kepada seorang pria dewasa tengah menuruni tangga bersama nenek Kita.
Suna semakin was-was disaat pria dewasa itu semakin mendekat padanya, ditambah tatapan dingin itu. Apa Suna akan benar-benar dikeroyok nantinya?

"S-Selamat malam.." Suna semakin kaku disaat membungkukkan badannya untuk memberi hormat.

"Oh kau yang namanya Suna?"

"Eh?"

Suna terkejut bin kaget, pasalnya pria dewasa itu mendekap kedua pundaknya. Auranya yang menyeramkan tadi lenyap.

"Hei adikku kau membuat Suna-kun takut lo.." Tutur ibu Kita.

Adikku ? Berarti..

"Ah hahaha, maaf-maaf. Tak kusangka kita bertemu di situasi seperti ini." Suara yang bersemangat itu mirip dengan Haruki, tak diragukan lagi dia adalah ayah Haruki.

Disinilah Suna berakhir, terperangkap dalam drama manis keluarga besar Haruki. Niatnya yang buru-buru pulang tadi diurungkan karena ikut dengan obrolan random keluarga ini begitu seru.
Sesekali ia tertawa untuk menanggapi lelucon dari ayah Haruki, Chizuru Kazuto. Kepribadian nya sebanding dengan putrinya, itulah yang dapat Suna tangkap.

Ngomong-ngomong soal Haruki, gadis itu belum menampakkan diri. Hanya ada Nenek, Ibu Kita, Ayah Haruki diruang tamu bersama Suna.
Kata nenek, cucu pertamanya alias Kita Shinsuke sedang membantu ayahnya untuk memperbaiki pintu kamar yang rusak.

Perasaan siapa yang tidak hangat disaat menikmati obrolan bersama keluarga?
Sayangnya, Suna sudah melupakan perasaan itu sudah lama. Melihat kebersamaan keluarga seperti ini, ada satu kata terlintas diotaknya, "Miris.."

Disisi lain Suna merasa senang dengan kehangatan keluarga ini dan disisi yang lain dirinya merasa iri.
Buru-buru dia menepis pikiran seperti itu, rasanya tidak sopan.

Sepeninggal nenek dan ibu Kita, ayah Haruki mendekat kepada Suna.
"Rin-kun! Tidak papa kan ku panggil begitu?"

"Tidak masalah paman."

"Haruki, ah bagaimana pendapat mu soal anak itu?" Tanya ayah Haruki.

Suna dibikin kebingungan karena pertanyaan random itu hingga Haruki muncul membuatnya tidak jadi menjawab. Gadis itu menampakkan diri dengan berbalut kaos putih yang membuat warna kulitnya yang pucat semakin pucat ketika memakai baju berawarna cerah.
Tatapan gadis itu melebar, mungkin terkejut karena Suna belum pulang.

"Ayah! Ayah menahan Suna-san ya?" Tanya gadis itu sedikit menuntut kepada ayahnya.

"Ayah hanya mengajaknya berbincang sedikit."

Haruki nampak menghela napas. "Ini sudah larut tau, Suna-san juga perlu istirahat."

Suna mengernyit, Haruki ada benarnya tapi kesannya seperti mengusir.

"Oh benar juga, maaf ya Rin-kun. Mau ku antar pulang?"

"Apa? Hee Rin-kun?! Ayah!"

Suna segera berdiri untuk mencegah gadis itu berbicara lebih banyak, anggap saja menghindari adu mulut.

"Tidak apa paman, terimakasih. Aku akan pamit pulang sekarang." Tak lupa Suna mengucapkan salam kepada yang lain termasuk kapten volinya dengan sopan.

"Suna-san!" Suna menoleh sebelum melangkah lebih jauh.

"Pandangan yang kubuat untukmu, apa kau akan melupakannya?"

"Kurasa, aku tidak akan melupakannya." Suna menjawabnya tanpa keraguan, itu buat senyuman Haruki semakin melebar.
Maniknya semakin bersinar dan Suna menyadari itu.

"Ja na!"

Lelaki itu kembali berjalan untuk pulang. Perasaan nya lebih senang, walaupun melelahkan. Dan juga cuaca hari ini pun berbanding terbalik dengan perasaan nya. Sesekali ia tertawa kecil mengingat lelucon ayah Haruki tadi.
Tak disangka lamunannya yang panjang membawanya cepat sampai di kawasan apartemen nya.

Langkah Suna terhenti sebelum sampai di depan apartemen nya. Karena didepan pintu, ada seorang wanita tengah berdiri se akan menunggunya pulang.
Perasaan Suna yang benar-benar sudah terbang tinggi kembali jatuh kebawah dengan paksa. Bersamaan dengan petir menyambar, buat situasi sekarang semakin klise.

Seorang wanita yang sangat Suna hindari.

"Ibu."

- secret -

Secret | Suna Rintarou [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang