12. Perasaan apa?

1K 181 35
                                    

Di dalam gymnasium ramai klub voli yang tengah berlatih. Suasana ramai karena murid kelas 2, siapa lagi kalau bukan Miya bersaudara, Ginjima, minus Suna. Karena lelaki itu sibuk mengepel membantu Kita. Sedangkan Miya bersaudara sibuk adu mulut didekat net. Peran Ginjima menyoraki mereka berdua.

Para pembuat onar itu tiba-tiba terdiam karena dimarahi oleh pelatih, Norimune Kurosu. Kata pelatih Kurosu mereka terlihat seperti anjing liar yang terlantar.
Sepertinya pelatih Kurosu ini penggemar anjing. Bahkan anak didiknya dimiripkan seperti anjing.

"Lekaslah pulang setelah mengemasi ini! Jangan merusuh seperti anjing yang sudah kehilangan pemiliknya, tertutama anak kelas 2." Tutur pelatih Kurosu.

Yang disebut hanya menundukkan kepala, sebagai tanda patuh.

"Kenapa selalu anjing?" Bisik Atsumu kepada saudaranya. "Apa nggak ada hewan lain?"

Osamu mendesah, dan membalas dengan berbisik pula.

"Karena mukamu mirip anjing."

Atsumu hanya mengangguk seperti orang bodoh. Sedangkan Osamu, tertawa dalam hati.

"Syukurlah dia memang bodoh."

Seperginya pelatih, para anggota kembali ikut mengemas. Suna berniat ingin mendekati kapten voli. Tujuannya ingin menanyakan sesuatu tentang Haruki. Berhubung Kita adalah sepupunya mungkin dia tahu sesuatu apalagi mereka tinggal serumah.

Anggap saja sekarang Suna tidak seperti biasanya. Dia yang dulunya tidak tertarik pada siapapun, sedikit demi sedikit berubah.

Suna kembali ragu untuk bertanya, batinnya sedang berperang seakan tak terima kenapa dia harus mengkhawatirkan nya?
Sudah 3 hari gadis itu tidak masuk sekolah sejak festival olahraga, dan juga keterangan hadir gadis itu ditandai alasan alias tidak ada keterangan. Semua itu membentuk pertanyaan dihati Suna.

Jadinya sekarang dirinya hanya bisa melamun memandangi Kita Shinsuke.

"Kau perlu sesuatu dariku?"

Suna reflek menjatuhkan pel dari tangannya. Kaptennya ini uhh sungguh hebat.
Bukannya bersuara, Suna malah menggeleng.
Seharusnya ada banyak sumber yang bisa Suna tanyai, misalnya teman sekelas atau pun Rena, sahabat Haruki.
Hanya saja, dia tidak terlalu akrab dengan teman sekelas, apalagi Akari Rena. Gengsi Suna lebih besar daripada rasa penasarannya.

Suna kembali mengambil pelnya yang terjatuh dan memegang gagangnya lebih kuat.
Jantungnya berdebar.

"Gawat, aku ini kenapa?"

Walaupun Suna hanya menghabiskan beberapa hari bersama Haruki, waktu yang singkat, pertemuan yang tidak ada menariknya sama sekali, rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu mengajak Suna terbang.

"Perasaan ini namanya apa? Rasanya hatiku..." Monolog Suna lirih, dia terjebak dalam pemandangan yang ia buat sendiri.

"Yang pasti, aku ingin bertemu dengannya."

BAAMM!!

"Akh!"

Itu teriakan Suna.

"Tsumu bodoh!"

Itu suara Osamu.

Suna jatuh tengkurap diatas lantai, gara-gara kepalanya terkena servis dari Atsumu.

"SIALAN KAU ANJING PERUSAK SUASANA!" Teriak Suna yang masih terkapar.

Dia jadi terobsesi untuk mengikuti kata-kata dari pelatih Kurosu.
Anggota voli yang masih di gym sedang berusaha menahan tawa. Karena mendengar Suna berteriak itu seperti melihat senyum Kita Shinsuke, langka sekali.
Beruntung Kita tidak ada disana, karena dia sedang membersihkan ruangan klub.

Riseki, murid kelas satu membantu Suna untuk berdiri. Seharusnya Ginjima yang membantunya berdiri karena posisinya yang lebih dekat, tapi lelaki itu lebih memilih untuk tertawa.

"Kenapa harus kepalaku? Kenapa bukan Gin atau Osamu!" Ujar Suna tak terima.

Nyeri masih terasa, bagaimana tidak? Jump serve milik Atsumu itu mematikan.
Dan lagi bukannya berberes, si rambut kuning malah bermain-main beginilah akhirnya.

"Maaf nggak sengaja." Nampaknya Atsumu tidak menyesali perbuatannya, itu semakin buat Suna kesal.

"Oi, kepalaku lebih berharga!" Osamu menambahkan.

Ginjima tertawa sambil menepuk-nepuk lengan Suna, terlihat menikmati kejadian tadi.

Keasikan tadi terlerai oleh Omimi dan Akagi, yah mereka berdua sama saja masih menertawakan Suna.
Karena melihat posisi Suna yang jatuh tadi, membuat humor anjlok.

- secret -

Suna berjalan kaki untuk pergi ke stasiun, tentunya untuk pulang.
Kali ini dia tidak naik sepeda. Tapi jalan kaki bersama si kembar Miya. Berhubung searah.

"Oh ya sudah lama aku tak melihat Haruki-chan."

"Aku juga."

Suna juga mengiyakan perkataan dari si kembar.

"Kemana dia?" Atsumu tanya kepada Suna.

"Nggak tahu." Begitulah jawaban Suna.

"Oi aku serius!"

"Aku juga serius."

"Ck, tanya kepadamu nggak ada gunanya."

Ingin sekali Suna menjulurkan lidahnya untuk mengejek Atsumu, tapi terkesan seperti bocah lima tahun saja. Dan juga ditambah ada Osamu, Suna lah yang akan kalah kalau adu mulut.

"Yo duluan!"

Suna berpisah dari Miya bersaudara, dia lurus sedangkan mereka berjalan belok.
Kening Suna berkerut ketika membuka handphone. Tak terduga, ada pesan dari Haruki.

[Chizuru Haruki]
| Suna-san kau ada waktu?
| Janji waktu festival olahraga, bisa kau wujudkan sekarang?

"...... Bolehkah aku minta sesuatu darimu?"

"Hm sebaiknya kau jadi yang pertama."

Suna mengingatnya, ia berniat untuk menerima ajakan gadis itu, dan dirinya memang punya banyak waktu.

[Suna Rintarou]
Boleh saja |

Suna mendadak berhenti berjalan, di waktu yang sama dan di tempat yang sama ketika gadis itu menyebut nama untuk pertama kalinya, Haruki tengah berdiri dibawah pohon sakura. Gadis itu seakan menunggu kedatangan Suna.

Lelaki itu mengerjap tak percaya, apa jump serve dari Atsumu tadi mempengaruhi kerja otaknya sehingga dirinya berhalusinasi?

"Oh, Suna-san!"

Oh sepertinya bukan halusinasi. Haruki melambai kepada Suna, jarak mereka melebihi satu meter. Ditangan gadis itu ada sebuah handphone, itu menandakan kalau Haruki tadi memang mengirim pesan padanya.

"Suna-san!" Panggil gadis itu lagi dengan senyuman. Sepertinya Haruki gemar meneriakkan nama Suna.

"Padahal hatiku belum siap, kau selalu tiba-tiba muncul dihadapan ku."

- secret -

Secret | Suna Rintarou [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang