15. Tangisan hujan

963 172 19
                                    

"Lama tidak bertemu Rintarou."

Tidak ada balasan dan reaksi dari Suna. Meskipun dihadapannya kini ada seorang wanita yang telah melahirkannya sekaligus seorang yang telah membuat hidup Suna menjadi sulit, yaitu ibu kandungnya.

Netra Suna menatap segelas teh diatas meja, sekarang pikirannya sulit mencerna keadaan.

"Tidak kusangka kau tinggal disini. Ku kira kau tinggal bersama ayahmu." Ibu Suna menatap sendu putranya yang tak kunjung bersuara. "Ibu kesulitan mencari alamatmu. Beruntung sekretaris pribadi ibu dapat membantu."

"Sekarang ibu akan tinggal di Hyogo untuk sementara, disini!" Ibunya memberi secarik kertas yang berisi alamat. "Kau harus sering-sering datang!"

Suna hanya melirik kertas tersebut dan menunduk kembali. Tidak ada niatan menjawab ataupun mengambilnya. Sungguh tidak sudi.

"Rintarou, ibu merindukanmu."

Tangan Suna reflek mengepal menahan amarah, suara petir yang menyambar diluar menambah suasana hatinya semakin buruk.

"Kau sudah tumbuh besar, ibu hampir tidak bisa mengenalimu."

"Rin─"

"Pergilah.." Suna menyela.

"Apa?"

"Aku bilang pergi!"

Masih dengan kepala tertunduk, Suna menggigit bibir bawahnya. Ibunya terkejut tatkala Suna tiba-tiba berteriak.

"Maafkan ibu Rin."

Suna menggigit bibir bawahnya semakin kuat hingga berdarah.
Ibunya yang menyadari itu, menyentuh pundaknya. Suna tersentak dan langsung menepisnya kasar.

"SUDAH KUBILANG, PERGI DARI SINI!" Teriakan Suna semakin keras bersamaan dengan bunyi petir.

Ibu Suna menatap nyalang putranya, ia memutuskan untuk pergi daripada membuat suasana semakin buruk. Sebelum benar-benar pergi ia kembali mengucapkan permintaan maaf kepada Suna. Lelaki itu masih terdiam hingga kemudian hujan turun dengan deras membuat malam ini semakin dingin.

"ARGH SIALAN!!"

Suna sengaja menghempaskan segelas teh yang masih terisi penuh itu sampai jatuh ke lantai. Sebagai pelampiasan emosi.

Hujan mengguyur dengan deras menemani malam suramnya. Siapa sangka keadaan akan berubah drastis seperti ini. Padahal sebelum ini Suna merasa kebahagiaan begitu dekat padanya namun sekarang dirinya terhempas jatuh dengan kuat. Kembali merasakan sakit.

Ia membiarkan tubuhnya basah karena hujan, masa bodoh dengan udara dingin. Suna meninggalkan apartemennya dan berjalan menyusuri hujan dengan tatapan kosong. Hanya satu yang menjadi tujuannya, yaitu taman bermain.
Sampai disana, gelap menyapa. Dan memori masa lalu tiba-tiba terputar dihadapan Suna layaknya film. Dia memilih menduduki salah satu ayunan, Suna benar-benar tidak peduli dengan waktu maupun keadaan.

Dirinya kembali ke masa lalu, dimana ibu kandungnya meninggalkannya sendirian tepat di taman bermain ini.

"Sial sial sial!" Umpat Suna disaat kembali mengingatnya. Dimana dia berusia 10 tahun kala itu. Yang sudah cukup mengerti dengan situasi.

"Mengapa? Mengapa kau baru datang sekarang ibu?"

"Lebih baik aku mati daripada tinggal bersama ayah brengsek itu!"

"Aku tidak membutuhkan mu!"

"Dan aku.."

"... sangat membencimu!"

Monolog Suna menjawab beberapa pertanyaan ibunya tadi. Tujuh tahun ini, Suna hidup sendiri. Hidupnya kacau setelah ibunya meninggalkan nya, ayahnya kembali membawa pasangan baru dan menelantarkannya. Meskipun sang ayah tetap membiayai hidupnya sampai sekarang, rasanya Suna tak memerlukan itu. Kasih sayang yang utuh, itulah yang diperlukannya. Tapi sekarang itu tak ada artinya lagi, karena hati Suna membeku mati rasa.

Secret | Suna Rintarou [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang