17. Benci

1K 173 46
                                    

Tak butuh waktu lama untuk kesembuhan Suna. Kini lelaki itu tengah mengikuti latihan pagi dengan semangat. Tak lupa dia mengucapkan terimakasih kepada sang kapten yang sudah berangkat lebih dulu darinya.
Kita membalasnya dengan anggukan.

Setelah itu ia pusing memikirkan cara untuk berterima kasih untuk sepupu sang kapten. Sedangkan untuk Miya kembar dan Ginjima tidak perlu, karena mereka minus akhlak dan tidak membantunya sedikit pun.

"Err anu aku mau mengucapkan ter─ ah tidak, terlalu halus. Makasih untuk perawatannya─ tidak-tidakkk seperti hewan saja. Emm terimakasih atas bantuannya─ AHH AKU TIDAK SEDANG KESUSAHAN!! Sudahlah." Suna bingung sendiri.

Mengucapkan terimakasih pada seorang gadis ternyata sesulit itu baginya. Dia sedang bermonolog sendiri untuk menata kata-katanya. Kenyataannya hasil pun nol, dia menyerah kalau soal ini.

Kita shock melihat Suna dipojokan berbicara sendiri. Ia mendekatinya untuk bertanya.

"Suna kau baik-baik saja?" Suna sweetdrop, dia lupa kalau ada Kita di dalam gym.

"Kurasa baik." Jawabnya kaku.

"Oh baiklah." Kita hendak meninggalkannya sendiri, tapi Suna menahannya.

"Kita-san, bagaimana caranya berterima kasih?" Kening Kita berkerut, pertanyaan yang aneh pikirnya.

"Tinggal bicara."

Oke, Suna salah bertanya. "BUKANNN BEGITUUU!!" Frustasinya dalam hati.

"Untuk berterima kasih tak perlu kata-kata spesial, cukup bicara dan tunjukkan kesungguhan dalam kata-katamu. Orang itu akan mengerti sendiri." Jelas Kita.

Suna mengangguk paham, benar juga perkataan kaptennya. Dia juga tak begitu mengerti kata-kata yang spesial, cukup dengan mengutarakan isi hatinya dirasa itu tepat.

"Umh baiklah, terimakasih Kita-san." Ucap Suna.

"Kau mau berterima kasih padaku?"

"Bukan begitu, terimakasih untuk sarannya."

Setelah kepergian Kita, Suna bersiap memantapkan hati untuk bertemu dengan Haruki nantinya. Tinggal menunggu waktu yang tepat untuk berterima kasih.
Hingga kedatangan anggota voli lain termasuk si pembuat onar merubah ketenangan jiwa.

"Oh Suna, kau sudah sembuh?" Tanya Aran sambil menepuk-nepuk bahunya.

"Iya."

"Wah, ada Suna!! Ayo pukul toss dariku!" Sudah bisa ditebak itu suara siapa. Suna hanya menatap malas Atsumu.

"Jangan berlatih terlalu keras dia baru saja sembuh loh." Tegur Aran ke Atsumu.

Mendengar perhatian itu, Suna memasukkan Aran kedalam list senpai yang Suna kagumi kedua. Yang pertama tentu saja Kita Shinsuke.

"Tidak kok. Aku hanya memintanya untuk memukul toss ku, mengeblock spike, menerima jump serve dan floater serve ku."

"Oi oi!"

"Kau mau menyiksaku?" Suna tak terima. Atsumu hanya terkekeh. Sudah biasa candaan seperti ini.
Dia beruntung karena Osamu tidak ikutan, memang Osamu itu lebih bersikap acuh tak acuh.

Apabila kembarannya berulah, Osamu akan berkata, "Aku anak tunggal." Agar tidak terkena imbas. Malu rasanya punya kembaran seperti Atsumu.

Padahal mereka berdua sama saja.

Latihan berjalan lancar seperti biasa dan setelah latihan selesai, para anggota pun masuk ke kelas masing-masing.

- secret -


Bel pulang sekolah berbunyi dan Suna buru-buru pergi ke ruang ganti klub.
Ginjima yang baru saja datang pun dibuat heran dengan Suna, karena lelaki itu tampak bersemangat sekali.

"Suna kau kerasukan?"

Suna memasang wajah datar, ralat lebih datar lagi. Itu membuat Ginjima tak ingin bertanya lebih.

"Kau bersemangat sekali hari ini." Ujar Akagi yang kebetulan berada disana untuk mengambil bantalan siku.

"Biasa saja."

"Kenapa Akagi-san dijawab sedangkan aku tidak?" Kesal Ginjima.

"Karena kau menyebalkan."

"Nandato?!"

"Oi sudah, ayo keluar!" Akagi menengahi perdebatan kecil Suna dan Ginjima.

Ginjima menatap Suna kesal sedangkan Suna sendiri tetap dengan tatapan malasnya.
Mereka berdua sama-sama masuk ke dalam gym yang masih sepi.

Ada Haruki dan Rena disana. Rena sedang berbicara dengan Riseki sedangkan Haruki tengah tertawa bersama Atsumu.

Atsumu lagi Atsumu lagi.

Suna hanya menatap mereka dari kejauhan dengan tatapan mungkin kesal(?)
Ia malah menjauh dan memilih mendekati Kita yang tengah mengelap bola voli seperti biasa. Padahal dia jarang membantu Kita untuk membersihkan bola, paling tidak dia pernah membantunya mengepel.

Lelaki itu membersihkan bola voli satu persatu tapi tatapannya masih terkunci ke Haruki dan Atsumu yang asik mengobrol, entah apa yang mereka candakan.
Beruntung gym masih sepi, kalau tidak mungkin nanti Haruki akan diserbu fans dari Atsumu.

Suna mengelap bola asal-asalan hingga tak sengaja terlepas dari genggamannya. Ia pun dengan malas mengambilnya kembali.

"Suna-san!" Panggil Haruki, gadis itu menghampirinya. Suna masih memasang tatapan kesal kepada gadis dengan setelan seragam dibalut hoodie tipis yang sudah menjadi ciri khasnya.

"Kau sudah sembuh?"

"Ya begitulah."

"Syukurlah!" Haruki tersenyum.

Ini waktu yang tepat bagi Suna untuk mengucapkan terimakasih seperti yang direncanakannya.
Ia harus pandai-pandai memanfaatkan situasi. Baru saja ia ingin bicara, Atsumu datang dengan menyentuh kedua pundak Haruki dari belakang.

"Haruki-chan, mau lihat service ace ku?"

Level kekesalan Suna sudah memuncak. Dalam hati ia sudah mengutuk Atsumu.
Rasanya kesempatan bagus untuk berterima kasih kepada gadis itu telah hancur.

"Oho tentu!" Jawab Haruki bersemangat, itu membuat Suna semakin kesal saja. "Tunggu sebentar, Suna-san kau ingin bilang sesuatu?"
Haruki pikir Suna tadi seperti ingin mengucapkan sesuatu kepadanya.

"Aku.."

"Hng? Kenapa Suna-san?"

"Aku membencimu."

- secret -

Secret | Suna Rintarou [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang