21. Permintaan maaf

902 146 54
                                    

Sebentar lagi ujian semester, tak asing kalau banyak siswa yang menghabiskan waktunya untuk belajar.
Suna sendiri juga begitu, meskipun terlihat malas-malasan dia belajar dengan rajin.
Para siswa pun harus pandai-pandai membagi antara kegiatan klub dan belajar nya. Karena setelah ujian akan ada turnamen musim semi.

Sensei tengah menjelaskan pelajaran, tapi kali ini Suna merasa gelisah. Penyebabnya adalah Haruki, gadis itu nampak tertidur sejak lama. Bahkan Suna tak melihat gerak-geriknya, dapat dipastikan ia sedang tidur.
Gadis itu yang tidur tapi malah Suna yang bingung sendiri.

Kepala Haruki menelungkup hingga wajahnya tak dapat dilihat karena tertutup lipatan tangannya. Yang jadi masalah, gadis itu tetap dalam posisi yang sama sekitar satu jam yang lalu.

"Dia kenapa?" Pikir Suna, tapi lelaki itu menghiraukannya dan beralih ke pelajaran.

"Hai' otsukare, jangan lupa kumpulkan tugasnya di meja saya." Sensei pergi meninggalkan kelas setelah para siswa mengucapkan salam.

Suna yang merasa bosan memainkan handphone nya, mata sipitnya tak fokus ke layar melainkan ke orang yang duduk didepannya.
Haruki masih tertidur dan sepertinya tak sadar dengan jam istirahat.
Kalau ada Rena disini, dia pasti sudah keluar kelas dari tadi.

Disentuhnya pundak Haruki dari belakang, nihil tak ada respon. Suna menepuk pundaknya pelan-pelan dan tak ada respon lagi. Kening Suna mengerut, ia menggoyangkan sedikit pundaknya.

"Hei.." Masih tidak ada respon, Suna berdiri dan hendak membangunkan Haruki dari samping. Tiba-tiba ia tak sengaja tersenggol oleh anak yang berlarian, sontak tubuhnya menabrak Haruki dari samping.
Dengan refleksnya yang cepat, ia menahan tubuh Haruki agar tidak jatuh.

"Eh maaf, HARUKII?!" Teriak anak yang menyenggol Suna.

Suna menoleh dan tercekat mendapati Haruki yang terkulai lemas, dan ada darah yang mengering disekitar hidungnya.

"Chizuru.." Suna menepuk pipi gadis itu berulang agar mendapat kesadarannya, namun gadis itu tak kunjung membuka matanya.

Suna juga melihat ada darah yang mengering ditelapak tangan gadis itu.

Anak-anak dikelas panik melihatnya, Suna buru-buru menggendongnya dan membawa gadis itu ke ruang kesehatan.
Sampai disana Sumire sensei begitu panik melihat Suna yang menggendong Haruki. Ia memerintahkan Suna untuk cepat membaringkannya.

Suna sedikit menjauh dari situ agar Sumire sensei bisa leluasa merawat Haruki. Sejenak ia merasa takut, spekulasinya salah. Ternyata Haruki tidak tidur melainkan pingsan, dan soal darah gadis itu mimisan dan berusaha menutupnya dengan telapak tangan.

"Kenapa kau begitu bodoh?" Gumam Suna sambil mengangkat tangannya yang sedikit bergetar.

Dia buru-buru keluar dan berlari menuju ke tempat keberadaan Kita Shinsuke.
Berlari menaiki tangga dan sampai dikelas sang senior, nihil disana sepi tak ada orang. Suna beralih mencarinya di lapangan, karena mungkin ada pelajaran olahraga dan tebakannya itu benar.

Disana Kita tengah praktek melempar beban alias tolak peluru.

"KITA-SANN!!" Panggil Suna.

Kita terkejut dan refleks melemparkan bola besi itu ke arah lain, bolanya hampir mengenai kepala Aran disana.

Aran kaget setengah mati, andai saja tadi mengenai kepalanya pasti akan menambah korban.

Kita baru saja ingin mengaduh tapi Suna buru-buru menyela. Tak peduli kalau banyak murid kelas 3 yang memperhatikan nya.

"Kita-san, Chizuru.. dia pingsan."

- secret -


Suna melamun, bahkan dirinya mengabaikan Ginjima yang bercerita ria soal wig kepala sekolah yang terlepas, sungguh obrolan yang bodoh.

Mereka sedang ada diluar gym, menunggu anggota lain untuk berkumpul dan latihan.

"Oi Suna, kau dengar tidak?" Ginjima sabar, Ginjima kuat. Diabaikan seperti ini, masih hal biasa.

"Eh Kita-san?" Suna tersentak dalam lamunannya dan ikut menatap apa yang dipandang Ginjima.

Kita Shinsuke, lelaki itu jalan ke arah gerbang bukan ke arah mereka. Terlihat dia membawa sebuah tas ransel yang begitu familiar dimata Suna.
Ginjima mengajak Suna untuk menghampiri sang kapten.

Penglihatan Suna benar, tas itu adalah tas milik Haruki. Lalu, dimana keberadaan gadis itu?

"Tolong izinkan aku sebentar, nanti aku akan kembali." Ginjima setuju saja namun tidak dengan Suna.

"Chizuru?"

"Kami membawanya ke rumah sakit."

Ginjima membulatkan matanya, sedangkan Suna berpikir separah itukah keadaannya?
Setelah Kita menjelaskan, Ginjima auto panik dan lari ke dalam gym untuk memberitahu Miya bersaudara meninggalkan Suna dengan pertanyaan mengganjal diotaknya.

Disinilah mereka berakhir, didalam kamar rawat Chizuru Haruki.
Berbalut baju pasien dan selang infus yang bertengger dilengannya. Gadis itu melambai ke arah mereka yang masih berada di ambang pintu.

"HARU-CHANN!!" Teriak Atsumu heboh.

"Berisik Tsumu, pasien lain bisa terganggu." Tegur Osamu.

"Chizuru-san bagaimana keadaan mu?"

"Lebih baik Ginjima-kun, masih sedikit pusing sih hehe." Jawab Haruki.

"Syukurlah, aku kaget mendengar kau tiba-tiba pingsan."

Suna masih diam saja tak berniat berkata apapun pada Haruki. Padahal gadis itu baru beberapa hari keluar rumah sakit dan sekarang harus menetap disini lagi.

"Aku juga kaget tahu, tiba-tiba anemia ku menyerang dan aku ingin sekali teriak guwahh saat dunia berputar didepanku." Jelas Haruki mengingat pusing yang ia rasakan tadi pagi.

"Kau punya anemia?" Kejut Atsumu dan Haruki mengangguk.

"Humm sudah lama tapi baru kali ini kambuh. Keluargaku bahkan terkejut jadi mereka memutuskan aku harus rawat inap disini." Keluh gadis itu. "Oh ya Atsumu maaf aku sudah berkata aneh padamu tempo lalu."

"Eh? Oh aku sudah melupakannya."

"Cepatlah sembuh Chizuru-san, turnamen musim semi sudah dekat, dukunglah kami!"

"Jangan sampai melewatkannya." Tambah Osamu.

"Wahh ganbatte minna! Aku tak sabar melihatnya."

Obrolan mereka masih berlanjut sampai Kita harus turun tangan mengusir mereka untuk pulang karena berisik. Kita mengantar kouhainya itu untuk ke lantai bawah rumah sakit. Namun Suna tak ikut dan masih diam dikamar rawat Haruki.

"Ah Suna-san, maaf.." Suna menatap ke arah Haruki, rasanya aneh gadis itu berucap maaf padanya. Meski tak mengerti kata maaf itu, Suna ragu dengan segala ucapan yang dikeluarkan gadis itu.

"Shinsuke cerita padaku tadi, kau sampai kerepotan. Jadi maafkan aku."

"Mhm." Mendengarnya Haruki menyunggingkan senyum, syukurlah pemuda itu bahkan tak marah.

"Soal penyakitmu, kau tidak bohong kan?"

"Tidak."

Entah percaya atau tidak melihat sorot mata Haruki bisa membuat Suna yakin.

"Lekaslah sembuh, seperti kata Gin dukunglah kami! Aku pamit." Ucap Suna lalu keluar meninggalkan Haruki untuk beristirahat tanpa mendengar jawaban darinya.

"Arigatou!!" Teriak Haruki dari dalam kamar agar Suna dapat mendengar nya.

"Tapi aku tak bisa selalu berada di sisimu untuk membantumu, Maaf Suna-san."

- secret -

Secret | Suna Rintarou [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang