19. Bukan teman

903 156 19
                                    

Haruki, gadis itu terbaring dikasur perawatan dengan kaki yang diperban dan ada plester kecil dibagian siku. Ia memasang ekspresi terkejut disaat melihat Suna datang lalu mengubahnya menjadi senyuman penuh semangat seperti biasa.

"Eh EHHHH! Suna-san?!"

"Dia ingin bertemu denganmu." Kita lah yang menjelaskan keadaan, sebelumnya dia kena tatapan tajam dari sepupunya itu karena telah melanggar janji.

Suna masih mengamati keadaan Haruki. "Apa yang terjadi dengamu?"

"Dia kecelakaan, akibat kecerobohannya sendiri sampai tak melihat jalanan." Jawab Kita.

"Shin!! Dia sedang bertanya padaku!!" Kesal Haruki.

Suna beralih menatap sang kapten untuk meminta kejelasan lebih lanjut.

"Ada sepeda motor yang tak sengaja menyerempetnya dijalan."

"Huh, ayah terlalu khawatir. Aku jadi terkurung disini selama seminggu." Kata Harui sambil meremat selimutnya geram. Sepertinya dia tidak nyaman berada disini, memang mana ada orang yang nyaman dengan rumah sakit.

"Maaf."

"Eh?" Bingung gadis itu karena Suna tiba-tiba berkata maaf.

"Aku tidak membencimu. Waktu itu aku salah bicara, seharusnya aku berterima kasih padamu. Terimakasih atas masukannya." Tukas si mata sipit lantang.

"Kapan aku memberinya masukan?" Batin Haruki bingung karena tak mengerti apa yang Suna katakan.
Sadar karena diperhatikan, ia buru-buru menjawab.

"Err etto, tak masalah. Aku bahkan lupa tentang itu hehehe." Kita memberi tatapan tajam pada sepupunya, entahlah dirinya merasa tak terima atas segala ucapan Haruki. Dia pun pergi meninggalkan Suna dan Haruki sendiri di dalam.

Sang gadis yang melihat Suna sedang memainkan handphone pun dibuat penasaran dan bertanya padanya apa yang sedang diperbuat.

"Aku memberitahu Atsumu. Dia jadi bingung sendiri karena kau lama tak masuk sekolah." Jawaban Suna bukanlah mencerminkan Atsumu namun dirinya sendiri. Dialah yang paling khawatir terhadap gadis itu.

"Ah tidak perlu, aku besok masuk sekolah kok." Suna terdiam mendengarkan, "Aku sudah baikan, lihat ini!" Tingkah konyol Haruki yang menirukan atlet angkat besi cukup buat Suna tertawa. Benar juga, dia tak perlu khawatir.

Kalau begini caranya, menjauhinya adalah hal yang mustahil Suna lakukan.

- secret -


Benar apa kata Haruki, dia jujur soal masuk sekolah. Disaat dia memasuki kelas, teman-teman pun heboh sendiri. Dia disapa dengan banyak pertanyaan sampai pusing sendiri.
Dan yang paling membuat Suna bingung ketika Sumire sensei selalu menanyakan keadaan Haruki tiap jam, bukankah ini terlalu berlebihan padahal gadis itu cuma tergores kecil di kecelakaan nya.

Dari pengamatan Suna, Haruki pun jarang keluar kelas saat ini. Ia lebih memilih duduk dikursinya sambil berbincang dengan sahabatnya. Mungkin kakinya masih sakit, itu bisa diketahui dari perban yang masih melilit kakinya.
Disaat ingin turun tangga mau pulang, gadis itu terlihat terdiam sebentar lalu turun pelan-pelan dengan berpegangan tembok.
Tetapi tiba-tiba Suna berjalan mendahuluinya dan berhenti dengan membelakanginya.

"Berpeganglah pada pundakku."

Cukup terkejut, tapi Haruki tak membuang waktu. Gadis itu meraih pundak Suna dan berpegangan padanya menuruni tangga hingga sampai ke tempat loker.

"Arigatou Suna-san." Suna berdehem dan segera pergi ke lokernya sendiri.
Perlakuan kecil seperti itu membuat efek besar pada Haruki, dia jadi blushing.

"Haruki-chan!!"

Miya kembar datang dan langsung menerjang Haruki dengan guncangan keras. "Bagaimana keadaan mu?"

"Oi Tsumu! jauh-jauh darinya!" Osamu menjauhkan kembarannya dari Haruki pasalnya Atsumu mengguncang kedua pundak Haruki kuat.

"Ahaha aku sangat baik!" Jawabnya antusias sembari memasang pose atlet angkat besi lagi.
Miya kembar pun menghela napas lega.

"Bagaimana kalau kita pergi makan bersama untuk merayakan kesembuhanmu?" Ajak Atsumu.

"Aku ingin makan onigiri." Gumam Osamu.

"Ck, aku tidak mengajakmu!"

"Nanda teme?!" Marah Osamu.

"Sudah ah kalian bukankah ada kegiatan klub?" Haruki merasa tidak enak jadi pusat perhatian karena perdebatan kecil dari si kembar. Apalagi penggemar Miya bersaudara ini banyak dan sekarang tengah berbisik-bisik soal mereka.

"Memang ada, tapi hanya latihan bebas."

"Itu benar."

Haruki kalap, ia memikirkan cara menolak ajakan mereka tapi tak tahu caranya. Sebab dirinya merasa tak enak diperhatikan oleh penggemar si kembar.

"Dia sudah ada janji denganku." Suna angkat bicara, dia lelah karena daritadi cuma memperhatikan.
Sang gadis pun kaget dengan kebohongan Suna.

"Aku sudah izin dengan Kita-san, dia akan pergi denganku." Tegasnya sekali lagi.

Akhirnya pun perdebatan si kembar dapat diatasi, meski harus berbohong sih. Sesuai perkataan, Suna pun pergi bersama Haruki ke toko kue dekat sekolah.
Memang agak mengejutkan bagi gadis itu.

"Ah ano Suna-san, kenapa kau berkata begitu?" Tanyanya sembari menunggu pesanan yang dipesan oleh Suna.

"Itu caranya menciptakan kebohongan yang indah." Jawab Suna.

Haruki tak menyangkal jawaban itu, rasanya seperti deja vu. Ah benar juga dia ingat, kata itu juga pernah ia katakan kepada Suna. Lelaki itu penuh dengan kejutan, buat merinding saja.
Sepertinya Haruki salah menilainya, dia pikir Suna akan menjawab untuk menyelamatkannya dari perdebatan si kembar tadi.

Sedangkan Suna sendiri pun tak mengerti bagaimana bisa dia mengatakan itu?
Dia kembali memperhatikan Haruki yang makan dessert dengan lahap.

"Kau boleh makan kue?" Tanyanya hati-hati karena mengingat gadis itu baru keluar dari rumah sakit.

"Tentu saja! Kenapa tidak!" Ucap Haruki dengan mata berbinar, itu buat Suna lega. "Tapi, bukankah kau ada latihan?"

"Hm, hanya latihan bebas karena habis interhigh."

"GEH?! INTERHIGH?" Kaget Haruki.

"Mhm, kita hanya dapat peringkat dua."

"Hei, itu sudah sangat hebat!!" Pujian itu bisa membuat Suna percaya diri. Benar juga apa yang dikatakannya, timnya itu kuat. "Kue disini enak juga, terimakasih Suna-san. Sudah kuduga kau memang teman yang baik."

"Kita bukan teman."

"Eh?" Raut wajah Haruki berubah, ia tersinggung. Perasaan tak enak pun mulai menyelimuti hatinya sama seperti disaat Suna menyebut benci padanya.

"Kau jauh dari kata teman."

"Lalu, aku ini apa?"

Suna nampak berpikir sebentar, lelaki ini benar-benar tak terduga. "Em aku sedang memikirkan perkataan dari Kita-san, soal dirimu.."

"Entahlah aku tak tahu apa sebutannya. Pokoknya kau jauh dari kata teman." Suna kesulitan berbicara kali ini. Haruki dengan sabar menunggu maksud darinya.

"Saat aku terluka, kau mendekat dan ingin berbagi rasa sakitnya. Karena itulah.. kau begitu berharga untukku."

- secret -


Cringe ya? Huhu maaf

Secret | Suna Rintarou [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang