-8th-

344 59 15
                                    

Sekarang, sudah sekitar dua minggu sejak kejadian itu. Changbin sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, luka-luka Jeongin pun sudah mulai sembuh.

Namun, semakin lama mereka semakin tidak tenang, ancaman selalu datang kapan saja dan tidak bisa ditebak. Bahkan, Bangchan saja hampir tewas karena tiba-tiba ada sebuah pisau dapur yang terlempar ke arahnya, untungnya ia bisa menghindar. Dan kejadian itu terjadi sehari sejak Changbin masuk rumah sakit.

Kini, mereka sedang duduk di ruang tamu. Ada Woojin juga di sana. Sepertinya ada sesuatu yang ingin mereka bahas.

"Ehm, jadi? Kenapa kita pada ngumpul di sini?"   Tanya Jisung memulai pembicaraan.

Bangchan menghembuskan napas kasar. "Keputusan gue udah bulat, kita harus cari ruang bawah tanah itu secepetnya."   Jawab Bangchan.

"Gue setuju, mungkin apa yang dibilang Felix emang bener. Mereka marah sama kita, dan mungkin emang bener kalo semua yang dibilang appa gue waktu itu sebuah petunjuk bukan larangan."   Kata Woojin.

"Tapi, gue boleh ngomong sesuatu, gak?"   Tanya Hyunjin yang terdengar ragu-ragu.

"Ada apa?"   Tanya Felix.

"Gue ngerasa ada yang aneh di sini. Dan lo juga aneh banget, gue curiga sama lo."   Kata Hyunjin sambil menatap iris mata Felix dengan tajam.

"Maksud lo apa, ya?"   Tanya Felix lalu ia menunjukkan smirk nya.

"Kenapa lo tahu banyak hal tentang rumah ini, tentang mereka, dan lo mulai berubah sekarang. Lo bukan Lee Felix yang gue kenal selama ini, Lix. Lo berubah seratus delapan puluh derajat."   Jawab Hyunjin panjang lebar.

Felix terkekeh. "Langsung intinya aja."

"Gue curiga lo punya hubungan sama mereka, dan mungkin aja lo yang udah ngerencanain semua ini dan mau bunuh ki-"

Bukh

Felix melayangkan satu pukulannya pada wajah Hyunjin, dan pukulannya pun tak main-main cingudeul karena dia jago taekwondo.

"Felix, udah. Jangan bikin emosi menguasai lo."   Kata Changbin lalu menarik Felix menjauh dari Hyunjin.

Ada darah di sudut bibir Hyunjin, pukulan Felix sangat kencang. Ia merasakan ngilu di pipi kirinya.

"Jadi maksud lo gue pengen kalian mati gitu, hah?!"   Tanya Felix dengan emosi yang tertahan.

Jeongin menarik lengan Hyunjin, ia menangis. "Udah hyung, jangan berantem. Hyunjin hyung gak bermaksud ngomong gitu kok hyung."   Kata Jeongin, matanya sembab karena air matanya yang mengalir.

"Siapa bilang? Gue sadar kok sama apa yang gue ucapin. Karena apa? Karena tadi malem gue gak sengaja denger pembicaraan Felix sama...

...gue gak tahu siapa dia, yang pasti dia wanita."   Jawab Hyunjin sengaja memancing amarah Felix.

"Dan Felix bilang, dia gak akan pernah berhenti sampe kita semua turutin omongan dia."   Jawab Hyunjin kemudian.

"Lo gak boong kan, Jin?"   Tanya Jisung tidak percaya.

"Sejak kapan gue boong, hah?"

"Udah deh, jangan bikin gue tambah pusing."   Kata Bangchan sambil memijat pelipisnya.

"Ehm, t-tapi waktu itu sekitar dua hari yang lalu gue gak sengaja liat Felix ngobrol sama orang lain di dapur waktu gue mau ambil minum."   Kata Seungmin agak ragu untuk melanjutkan ucapannya.

"Terus?"   Tanya Bangchan.

Hyunjin melirik kepada Felix sekilas, entah ia salah lihat atau tidak ekspresi wajah Felix terlihat khawatir. Seperti sedang terciduk maling di rumah tetangga.

"Felix bilang, dia kangen sama dia, maksudnya sama orang yang dia ajak bicara. T-tapi gue liat dengan mata kepala gue sendiri, Felix ngomong sendiri."   Jawab Seungmin.

Semua langsung menoleh ke arah Felix. Felix hanya memasang wajah datarnya, lalu tiba-tiba ia menyeringai.

"Kalian gak pernah tahu apa yang gue tahu. Kalian gak pernah ngerasain apa yang gue rasain. Dan kalian gak pernah menyadari apa yang gue sadari."   Kata Felix, terdengar sangat mencurigakan.

















































Haha! Apakah mereka benar-benar tidak peka selama ini? Ia sedih, mereka tak pernah menyadarinya selama ini. Mereka bahkan menuduh Felix yang tidak-tidak.

Back Door | Stray Kids feat. Kim Woojin. [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang