DAVENNO| Chapter 36

49 10 1
                                    

Hola, Amigos!

Venno update!!

Jangan lupa klik bintang⭐ di sebelah kiri bawah biar Venno makin bersinar⭐✨

Hope u like it:v

Langsung saja;

"Jadi ini alasan lo nanya siapa yang bawa mobil? Kalau kaya gini, prediksi lo bakalan hujan itu salah. Yang ada makin panas luar dalam." ucap Aldo disambung tawa keras Ivan.

Venno melirik sekilas Aldo dan Ivan. "Sialan lo!"

DAVENNO| Chapter 36

Setelah mengantarkan Violla sampai ke rumah dan memastikan cewek itu aman, Vanno kembali ke rumah dengan raut kelelahan yang sangat kentara. Hari ini ada banyak sekali yang harus ia kerjakan di sekolah. Mengingat Vanno adalah siswa dengan predikat yang bagus, Vanno ditunjuk untuk mengajari adik-adik kelas yang belum paham masalah pelajaran apapun. Hari ini juga Vanno harus mengajari adik kelas di laboratorium karena sebentar lagi guru kelas sepuluh akan mengadakan penilaian mata pelajaran kimia.

Dengan langkah pasti kaki Vanno berjalan menyebrangi ruang utama yang luas untuk sampai di kamarnya yang ada di lantai atas. Ketika kakinya menginjak undakan tangga paling bawah, alisnya terangkat.

Di tangga paling atas, Venno sedang berdiri dengan melipat tangannya di depan dada. Tatapannya datar, kepalanya setengah miring ke kanan.

Vanno tidak memedulikan itu. Karena memang Venno sendiri yang pernah bilang kalau ia tidak suka jika Vanno ikut campur urusannya.

Sampai di hadapan Venno yang masih mematung dengan wajah seram, Vanno melewati Venno begitu saja.

Namun, sebelum benar-benar lewat, lebih dulu sebuah bogeman mendarat tepat di pipi Vanno membuat cowok itu oleng ke samping lalu jatuh dengan sedikit mengenaskan.

Venno berjalan mendekat, berjongkok lalu meraih krah kemeja Vanno. Tatapan mata hitam cowok itu tajam. Ada kemarahan yang siap untuk dilampiaskan saat ini juga.

Vanno merasakan sakit di pipi kanannya akibat tonjokan Venno yang lumayan keras.

"Apa lagi yang mau lo rebut dari gue, huh? Pertama Mama sama Papa lo jadiin milik lo sendiri, kasih sayang mereka, perhatian mereka, lalu Andara Corporate. Lo juga mau jadiin perusahaan itu milik lo sendiri. Lo pikir gue nggak tahu? Cintya udah ngomong sama gue semuanya. Lo licik, Davenno. Licik!"

"Lo udah ngerebut banyak yang seharusnya juga milik gue, dan sekarang, lo juga ngerebut Violla!" Kemarahan Venno meledak. Ia mengungkapkan semua yang ingin ia ungkapkan sejak dulu.

Mata coklat Vanno balik menatap Venno yang saat ini masih dikuasai amarah. "Ngerebut lo bilang? Violla?" Vanno bertanya lalu tersenyum kecut.

Memalingkan muka sebentar lalu kembali pada Venno. "Bukannya selama ini lo nggak pernah nganggap dia ada?"

Benar. Vanno benar. Selama ini Venno memang menyia-nyiakan perjuangan Violla untuk masuk ke hatinya. Jangankan masuk, mengetuk hatinya saja rasanya sangat sulit.

Dan, di sini Vanno jelas tidak salah. Mau bagaimana lagi, Venno hanya ingin menonjok seseorang dan melampiaskan semua amarahnya. Jika ada yang ingin dia tonjok maka orang itu adalah Vanno, semuanya sudah jelas.

DAVENNO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang