DAVENNO| Chapter 44

78 13 66
                                    

Venno update!!

Jangan lupa klik bintang⭐ di sebelah kiri bawah biar Venno makin bersinar⭐✨

Hope u like it:v

Namun, ternyata masalah Venno pun tidak terselesaikan. Ia malah tidak tahu harus bagaimana untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

Venno mengacak rambutnya dan menjatuhkan tubuhnya di sofa. Larut dalam pikiran yang memenuhi kepalanya.

DAVENNO| Chapter 44

"Violla..., "

Ketika Violla sedang menyusuri koridor seorang diri, suara itu terdengar. Suara yang sangat ingin tidak ia dengar.

Mematung. Violla hanya mematung tak berniat untuk membalik badan dan melihat siapa yang memanggilnya. Toh mendengar saja Violla sudah tahu siapa dia.

Suara langkah kaki yang mendekat membuat jantung Violla berdetak kencang.

Tahan. Jangan seperti ini lagi!

"Violla, kita perlu bicara." ucap Venno dengan rendah ketika dia sudah berhenti tepat di belakang Violla yang masih enggan menoleh.

Menghela napas berat, Violla mencoba menguatkan diri untuk tidak menghadap Venno saat ini. "Nggak ada yang perlu dibicarakan." ucap Violla dingin.

"Ada."

Masih tidak ingin berbalik, Violla kembali berkata, "Semua nya sudah jelas."

"Lo salah paham."

"Salah paham?" Refleks Violla menghadap Venno dengan satu alis terangkat. "Iya, gue salah paham selama ini. Gue pikir lo ada rasa ternyata enggak. Lo suka orang lain." ucap Violla dengan sarkas.

"Violla, gue bisa jelas---"

"Nggak ada yang perlu di jelaskan, Davenno! Gue udah muak sama lo." Violla memotong ucapan Venno dengan suaranya yang naik satu oktaf.

Raut wajah Venno memelas. "Itu nggak seperti yang lo lihat."

Violla membuang pandangan. Tersenyum meremehkan meski matanya tak bertatapan dengan mata Venno. Memejamkan mata sejenak lalu berkata, "Gue udah nggak mau berjuang lagi buat lo."

Venno terkejut. Yang seperti ini tidak pernah ia inginkan. Memang, dulu Venno selalu ingin Violla tidak mengharapkannya lagi. Tapi sekarang, itu berbeda keadaan. "Benarkah?" Venno tidak percaya.

"Tatap mata gue, katakan sekali lagi!" Venno menantang.

Tidak. Violla tidak akan bisa.

Venno tersenyum getir. Benar, Violla tidak akan bisa. Bagaimana mungkin cewek ini membencinya di saat dia sudah mencintai Venno selama mereka saling mengenal. "Lo nggak bisa."

Venno meremehkan. Violla tentu tidak bisa menerima begitu saja. Cowok berengsek di depannya ini harus diberi pelajaran agar jera. Violla menoleh, tatapan tajamnya bertemu dengan mata Venno. "Gue tahu gue siapa. Gue hanya Violla yang manja dan suka nyari perhatian lo. Gue juga sadar diri selama ini. Lo pikir buat apa gue ngerendahin diri gue dengan ngejar-ngejar lo?! Itu buat lo. Gue suka, cinta sama lo melebihi gue cinta sama diri gue sendiri. Tapi, apa balasan lo?! Lo bahkan nggak pernah melirik gue barang sesaat. Lo pikir gue nggak sakit?! Lo pikir gue baik-baik aja lo gituin?!" Violla menyerang Venno dengan pertanyaan-pertanyaan sarkas nya. Bahkan tak ada senyum di wajah cewek itu.

"Asal lo tahu, Davenno. Digantungin itu nggak enak. Beberapa hari terakhir sikap lo berbeda sama gue. Lo lebih manis. Gue pikir harapan gue buat dapetin lo bakal segera terwujud. Tapi apa?! Lo malah pelukan sama cewek lain di toilet cewek. Lo nggak malu sama perbuatan lo?!"

DAVENNO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang