DAVENNO| Chapter 37

51 11 0
                                    

Hola, Amigos!

Venno update!!

Jangan lupa klik bintang⭐ di sebelah kiri bawah biar Venno makin bersinar⭐✨

Hope u like it:v

Langsung saja;

Tangisan Sara tak kunjung berhenti. Vanno merasa bersalah akan hal itu. Ia tidak bisa menghentikan kepergian Venno. Sekarang, dimana anak itu berada?!

Mengecup puncak kepala ibunya dengan tulus, Vanno berucap disertai janji yang akan ia penuhi, "Mama jangan khawatir. Vanno janji sama Mama, Vanno bakalan bawa Venno balik secepatnya. Apapun caranya."

DAVENNO| Chapter 37

Bintang  bersinar di langit malam yang terang akan cahaya rembulan yang sedang bersinar. Bulan purnama seakan ingin menujukkan sinarnya yang tak bisa ditandingi oleh benda langit lain di malam hari. Mengejek mereka semua yang memiliki cahaya lebih redup dari dirinya.

Memusatkan mata pada salah satu bintang yang berkedip di langit, berkali-kali ingatan tentang masa kecil yang indah bersama kembarannya kembali berputar diingatan. Membawa Vanno kembali pada masa lalu yang sangat..., manis.

Saat itu mereka masih berusia lima tahun. Berdiri di baklon kamar mereka berdua dengan banyak mainan di sekitarnya. Venno dengan polosnya bertanya pada Vanno, "Dev, kenapa bintang itu berkedip?"

Vanno yang kala itu masih sama kecilnya dan tak tahu apa-apa, menjawab seadanya setelah memutar otak beberapa saat. "Mungkin mereka ingin menunjukkan kalau mereka memiliki mata."

Venno mengangguk dengan polosnya. Percaya saja akan ucapan Vanno yang asal-asalan.

"Bagaimana kalau kita bermain bersama bintang? Kamu bilang dia punya mata. Berarti dia juga punya kaki." ucap Venno kecil.

Vanno tampak berpikir kala itu. Menggeleng keras, lalu berkata, "Aku nggak mau main sama bintang atau siapapun. Aku hanya mau main sama kamu, Dav!"

"Kenapa?"

"Aku main sama kamu aja udah cukup. Bukankah kita saudara? Untuk apa punya teman lain kalau kamu udah buat aku senang dan merasa cukup punya teman?"

"Ah! Benar juga. Berarti kita nggak usah nyari teman lain?"

"Iya, nggak usah. Meski kamu musuhan sama aku nanti, aku nggak akan nyari teman lain. Karena teman aku hanya kamu. Devanno dan Davenno. Janji?" Vanno mengacungkan jari kelingkingnya dan dibalas dengan ikatan jari Venno yang kecil. Janji Vanno sukses membuat Venno tersenyum senang. Juga melompat-lompat girang ke udara.

Seulas senyum tipis menghiasi wajah Vanno yang semula datar tanpa ekspresi. Vanno masih ingat jelas percakapan mereka kala itu. Benaknya terasa hangat namun juga sesak menyadari kalau sekarang Venno melupakan janjinya. Venno melupakannya dan bahkan tak lagi menganggap Vanno sebagai temannya.

Namun, di sisi lain, Venno juga tidak salah jika dia memiliki teman selain dirinya. Venno mungkin kesepian. Dia tidak suka keadaan itu. Mungkin itu juga menjadi salah satu alasan mendasar bagaimana Venno bisa memiliki Vero, Aldo, dan Ivan sebagai sahabatnya. Dengan melupakan..., Vanno. Vanno tidak marah. Sungguh. Ia hanya menyayangkan, kesalahpahaman yang terjadi di antara dirinya dengan Venno membuat bukan hanya hubungan persaudaraan mereka yang hancur, melainkan hubungan persahabatan yang sudah terjalin saat mereka masih ada di perut ibu mereka.

DAVENNO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang