🌼 DELAPAN

342 39 1
                                    

"Gue gak suka lo deket dia!!"

Ucapan Elfan membuat Karin terdiam. Namun tak tahu bagaimana timbul keberanian Karin untuk melawan Elfan. Ketika ia merasa bahwa Elfan pun sama sepertinya, masih dekat dengan Salsa.

"Kenapa kalau gue deket sama Kenan?? Emangnya lo bisa ngatur temen gue seenak jidat lo?"

Elfan menggeram kesal.

"Karin!!"

Bentakan Elfan membuat Karin terdiam. Mata Karin memancarkan keterkejutan yang luar biasa. Bahkan mulutnya sedikit menganga.

"Lo boleh ngejudge gue dan maki-maki gue, tapi jangan sekali-kali elo mainin perasaan gue!"

Elfan memutar tubuhnya dan berjalan meninggalkan Karin.

---

Karin meregangkan otot-ototnya, ia langsung menatap sekeliling mencari Elfan, namun ia langsung sadar dan melihat jam. Betapa terkejutnya ia saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 8.00, ia terlambat masuk sekolah. Tapi mengapa Elfan tak membangunkannya.

Dengan gerakan secepat kilat, Karin masuk kekamar mandi dan mandi seperti biasa. Namun tetap saja dengan gerakan cepat. Ia tak mau jika terlambat, namun sebenarnya mau secepat apapun dirinya juga akan tetap terlambat.

Karin menatap meja makan yang penuh dengan makanan. Karin mengerenyit, apakah Elfan yang masak? Karin menatap sekeliling, tapi dirinya tak menemukan siapapun diruangan ini selain dirinya sendiri.

Dengan helaan nafas beratnya, Karin memasukkan masakan Elfan kedalam tempat makan lalu membawanya kesekolah.

***

Elfan menatap teman-temannya dengan tatapan datar. Daniel yang sangat kenal dengan Elfan langsung merasakan perbedaan sifat Elfan, "Lo kenapa, Fan?"

Pertanyaan Daniel tak digubris oleh  Elfan. Malahan Elfan lebih memilih fokus pada makanannya.

"Fan? Lo kenapa, sih?" Tanya Andra.

Elfan tetap diam menatap datar semua yang ada dihadapanya. Ia merasa kosong, merasa hampa. Tak tahu mengapa dirinya merasa hampa.

"Karin mana, Fan?"

Pertanyaan Nessa berhasil membuat Elfan mendongak. Namun dalam beberapa detik, wajah Elfan kembali menunduk dan datar.

"Ini bukan lo banget, Fan. Gue gak kenal sama Elfan yang diem, gak mau ngomong, cuek apalagi jutek kayak gini."

Pernyataan dari Daniel pun tak Elfan perdulikan. Ia hanya ingin tenang dengan fikirannya. Elfan berdiri dan pergi meninggalkan teman-temannya. Elfan sedang tak mau diganggu.

Elfan berjalan menuju perpustakaan, disanalah tempat paling aman mencari ketenangan sekaligus kenyamanan. Elfan merasa bahwa tempat tenang adalah tempat yang mampu membuat Elfan nyaman dan bisa untuk tidur.

Elfan duduk disebuah bangku baca yang berada paling belakang dan paling pojok diperpus. Ia tak mau ada orang yang melihatnya atau bahkan tahu keberadaannya. Ia menyumpal telinganya dengan earphone, ia memilih untuk tidur sambil mendengarkan musik.

***

Karin menolehkan kepala kekanan dan kekiri mencari sosok yang tak ia lihat sedari bangun tidur. Karin baru saja terkena omelan guru karena datang terkambat, namun tetap saja fikirannya berada dalam fase 'memikirkan Elfan yang tak tahu dimana'.

Karin berdecak sebal saat tidak juga menemukan Elfan setelah mencari kesana kemari. Namun Karin tak kehabisan akal, ia memilih untuk pergi menyusuri laboratorium bahkan gudang.

Karin melewati samping perpustakaan yang keadaannya sama saja, tak pernah berubah. Namun langkahnya tethenti saat tak sengaja matanya menangkap sosok pemuda tampan sedang menutup matanya dengan buku.

Karin tersenyum saat menemukan Elfan. Lalu ia masuk ke perpustakaan dan langsung berjalan menuju tempat dimana Elfan berada.

"Fan!"

Panggilan Karin tak membuahkan hasil. Elfan masih menutup wajahnya dengan buku.

"Fan, lo dengerin gue gak, sih!"

Masih sama, tak ada jawaban atau respon dari Elfan. Karin langsung membuka buku yang menutupi wajah Elfan dan menemukan Elfan yang sedang tertidur pulas dan telingannya yang disumpal dengan earphone.

Karin menghela nafas, ternyata dirinya telah salah sangka. Karin berfikir kembali, sepertinya memang dirinya yang salah, tak pernah memikirkan perasaan Elfan. Padahal pemuda itu sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjaga perasaannya.

Karin mendudukkan bokongnya disamping Elfan lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Elfan yang sedang tertidur.

***

"Nes! Kamu liat Karin, gak?"

Pertanyaan dari Kenan membuat langkah Nessa terhenti. Gadis itu menoleh menatap Kenan dan menggeleng.

"Pas pelajaran Geografi dia gak masuk, Nan."

Jawaban Nessa membuat Kenan makin bingung. Kemana Karin?

Kenan melangkahkan kakinya menelusuri setiap sekolah. Saking terburu-buru, ia sampai menabrak seseorang.

"Aduhh!!"

Pekikkan tersebut membuat Kenan langsung menoleh dan feflek membulatkan matanya.

"Sori sori, maaf, maaf. Aku gak sengaja, maaf banget, ya."

Gadis yang ditabrak oleh Kenan hanya tersenyum sambil mengusap-usap bahunya yang menabrak bahu bidang Kenan. Kenan kembali berjalan menyusuri sekolah untuk mencari dimana keberadaan Karin.

_____

Elfan mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia menyesuaikan cahaya terang yang masuk ke matanya. Beberapa menit ia berkedip untuk menyesuaikan pandangannya.

Setelah jelas ia hendak berdiri namun merasakan ada suatu beban yang cukup berat dibahunya. Elfan menoleh dan menemukan Karin dengan wajah bantalnya.

Karin sangat lucu saat sedang tidur. Tak sadar Elfan tersenyum simpul menatap Karin yang tertidur pulas. Ada dengkuran kecil terdengar. Sangat kecil, nyaris tak terdengar jika tak didengarkan dengan baik.

Saat hendak memindahkan kepala Karin, ada pergerakan Karin yang membuat Elfan mematung. Karin memeluknya, hal tersebut membuat jantung Elfan berpacu dua kali lebih kencang dari biasanya.

Namun ia senang saat dipeluk Karin. Menurutnya, pelukkan Karin adalah hal yang berhaga dalam hidupnya.

Elfan memutuskan menunggu sampai Karin terbangun dari tidurnya. Ia tak mau membuat Karin sampai terbangun dari tidurnya.

Elfan menghela nafas, ia tak suka moment seperti ini, ia harus dekat-dekat dengan Karin. Sadar atau tidak, Karin mengucek matanya dan langsung bangun.

"Fan,"

Panggilan tersebut sukses membuat Elfan menoleh. Saat melihat bahwa Karin yang memanggilnya, Ekspresinya langsung berubah datar.

"Lo kenapa, Fan?"

Pertanyaan Karin tak dijawab oleh Elfan.

"Gue nanya loh, Fan. Elo kenapa?"

Lagi-lagi hening tak ada jawaban dari Elfan.

"Lo marah sama gue??"

Elfan diam tak menjawab. Karin yang kesal dengan Elfan yang tak mau menjawab juga kesal pada ekspresi Elfan yang datar tersebut.

"Lo fikir gue juga gak bisa marah ke elo?! Jangan mentang-mentang elo suami gue, lo bisa atur-atur gue, ya! Lo fikir juga mentang-mentang elo suami gue, elo bisa deket-deket sama cewek lain, sedangkan gue gak boleh? Emang elo---“

"Apa gue penting bagi lo?"

***

Aku update!! Hehe.... Tunggu Chapter selanjutnya hari Minggu okay??

Kenzalert12

Jum'at, 13 November 2020

FAKE OR TRUE [Nanonprim] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang