🌼 TIGA BELAS

285 25 0
                                    

Elfan mengerutkan kening saat melihat Karin yang ribut saat menonton TV. Ia pun bingung mengapa acara TV pun Karin berkomentar.

Namun hal itulah yang membuat Elfan sayang dan juga cinta pada Karin. Walaupun ia tak punya alasan mencintai Karin, namun ada hal yang membuatnya tertarik, yaitu tingkah Karin yang tak perduli dengan cibiran orang. Ia hanya ingin mengekspresikan diri dan menjadi diri sendiri. Jadi ia tak akan memperdulikan orang lain.

"Fan, gue pengen deh punya suami kayak Satya," Seru Karin menghadap Elfan sambil menaik turunkan alisnya.

Elfan yang tak faham memilih melengoskan kepalanya melihat kearah lain.

"Elfan?!" Kesal Karin.

Elfan diam tak memperdulikan. Ia kesal setengah mati pada Elfan. Dan Elfan malah dengan tenangnya seperti tak ada apapun yang terjadi. Karin hanya bisa menghela nafas, ternyata perubahan Elfan bukan hanya sekedar bohong belaka, karena sekarang Elfan telah berhasil menjadi pribadi yang dingin, cuek, jutek menurut Karin.

Karin kembali menonton TV saat setelah beberapa menit lalu ia makan hati karena Elfan tidak Juga minta maaf ataupun berusaha membuatnya tidak kesal lagi. Geer memang, Karin memang orang yang gampang geer, tapi walau begitu, Karin tak pernah bisa percaya begitu mudah dengan seseorang yang baru ia kenal.

Mengingat seseorang yang baru ia kenal, Karin langsung mengambil handphonenya yang ada disampingnya. Ia langsung membuka aplikasi whatsapp dan menchat Caca.

Cacaaaaa

Caca!!

Rin, Ada apa??

Gue butuh temen chat, nih. Masa gue lagi ducuekin sama sebelah gue.

Kenapa?

Gak tau, tuh. Masa gak perduliin gue, ya gue kesel, lah.

Haha, kasian deh...

Haha, seru deh chat ama lo

Oh, iya. Elo sama Nessa udah temenan lama banget, ya? Kelihatannya udah kayak sodara gitu

Guesih temenan ama Nessa udah lama. Lama banget malah. Jadi ya gitu, ampe apa yang Nessa suka, bahkan ampe apa aja yang dia koleksi gue tau, haha

Seru kayaknya temenan ama lo ama Nessa. Semoga aja kita bisa terus temenan, ya!

Aminnn, eh udah dulu, yak! Gue mau bobocannn!

Oke, Bye!

Karin menutup handphonenya. Ia langsung bediri. Namun pergerakannya terhenti saat sebuah tangan menghadangnya untuk pergi.

"Kemana?" Tanya Elfan.

"Mau tidur, kenapa? Mau ikut?"

"Oh, yaudah, tunggu!"

Karin mengerutkan kening, Elfan sedang mematikan TV dan membereskan apa saja yang berantakan. Setelah selesai, ia menggandeng tangan Karin naik menuju kamar mereka.

***

Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Tahun pelajaran Karin dan Elfan sebagai kelas sebelas berganti menjadi kelas dua belas. Dan itu artinya, tinggal selangkah lagi mereka akan lulus.

Karin kini satu kelas dengan Salsa dan Andra. Sedangkan Elfan satu kelas dengan Kenan dan Nessa. Sebenarnya ada rasa kecewa yang amat dihati Karin. Ia sangat ingin sekali satu kelas kembali dengan Nessa, namun apa boleh dikata, tuhan memberikannya jalan lain.

Hubungan pertemanan Karin, Nessa dengan Caca dan Cica masih baik, bahkan bertambah dekat. Mereka sering hangout bareng. Walau hanya jalan-jalan di mall ataupun makan dicafe, hal tersebut tak membuat perjalanan hangout mereka membosankan.

Karin dan Elfan pun sama-sama baik, mereka makin dekat walau makin hari Elfan makin cuek pada sekitar.

“Rin!" Panggilan familiar tersebut terdengar ditelinga Karin. Membuat sang empunya telinga celingak-celinguk mencari asal sumber suara.

Saat matanya asyik menari-nari menelusuri kantin, tiba-tiba matanya berhenti di pojok kantin, tiga orang gadis seumurannya sedang berkacak pinggang sambil menampilkan senyum yang bisa dibilang senyum maut. Karena senyuman mereka mampu membuat banyak pemuda yang berada dikantin melongo.

Nessa, Caca dan Cica mendekat kearah Karin, "Mau pesen apa?"

Pertanyaan tersebut membuat Karin mendongak dan menatap wajah ketiga temannya. Karin yang merasa mengacangi ketiga temannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.

"Cilok deh," jawab Karin tak enak.

Caca mengacungkan jempol dan langsung berdiri dari duduknya.

"Rin," Panggil Cica.

"Ya?"

"Gimana kelas baru lo? Nyaman gak?" Tanya Nessa.

"Emmm, biasa aja, sih. Soalnya cuma ada Andra ama Salsa aja yang gue kenal. Lagian juga sih kenapa kelas kita dipisah, Nes!"

Nessa tersenyum menatap Karin.

"Yakali Rin kelas kita sama terus. Udah dari gue TK loh satu kelas ama lo! Bosen gue, mau cari chairmate yang lain, dong. Masa sama elo terus," Jawab Nessa sambil terkekeh.

Caca dan Cica menatap keduanya sambil tersenyum bahagia. Bayangkan saja, hanya karena Karin yang mencari Elfan sampai ke gedung IPS, dan bertemu dengan Caca dan Cica, sampai akhirnya mereka bersahabat baik. Bukankah itu sangat keren? Memang, sahabat itu tidak pasti dari orang yang sudah lama kita kenal. Bisa saja sahabat kita malah dari orang yang baru kita kenal.

"Sialan lo, Nes! Gak nyangka gue elo kayak gitu!" Seru Karin seraya mendramatisir keadaan yang membuat ketiga temannya terkekeh senang.

"Zizik gue liat lo kayak gitu!" Sanggah Nessa.

Caca ngakak sambil megangin perutnya, “Anjir lo, Nes. Pake huruf Z dong jijiknya, awokawok…”

Karin berhenti. Ia langsung menatap Nessa tajam, bagai elang yang mengunci mangsanya.

"Sante, Nes! Gue becanda doang! Wuahahahha" Seru Karin saat setelah melihat raut wajah khawatir diwajah Nessa. Dan Nessa yang dikerjai hanya bisa mendengus dan berkata, "Emang susah mau ngelawan elo. Lagian gue gak bakal menang."

"Udah! Ayo makan, ah. Ntar keburu bel istirahatnya habis!" Ajak Cica.

Mereka mengangguk dan langsung sibuk dengan makanan masing-masing. Sebenarnya mereka punya peraturan baru pada saat dikantin. Yaitu jika sebelum makan mereka boleh saja ngobrol atau ketawa ketiwi gak jelas. Tapi jika sudah dalam keadaan makan, tidak boleh ada yang bersuara, hanya suara sendok dan garpu yang beradu dengan mangkok ataupun piring.

"Boleh gabung?"

***

Haloo semuaaa!! Hehe... Maaf ya update nya sore. Kelupaan soalnya wkwkw....

Btw Minggu depan aku ulangan, jadi aku bakal tetep update sesuai jadwal tapi sore ya??

Oke, let's meet again in Wednesday

Kenzalert12

Senin, 23 November 2020

FAKE OR TRUE [Nanonprim] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang