Karin menatap garang Nessa, "Bukan urusan gue!! Gue gak perduli ama mantan gue!"
Caca dan Cica menatap Karin. Baru kali ini mereka melihat ada anak IPA yang benar-benar tak membeda-bedakan diri dengan anak IPS.
"Lo harusnya dengerin gue, Rin! Ntar elo malah kena batunya loh! Lo harus ingat kalau Daniel pernah digebukin anak IPS cuma gara-gara lewat di koridornya aja!" Seru Nessa.
"Gak usah ngompor-ngomporin gue deh, Nes. Kalo lo gak mau temenan sama Caca ama Cica ya udah, jangan mempengaruhi gue supaya gue gak mau temenan sama mereka. Lagian kan salah Daniel juga waktu itu lewat koridor IPS sambil ngelempar kertas sobekan-sobekan. Ya mereka marah lah orang koridor mereka jadi kotor."
Nessa memajukan bibirnya, "Ya sori, Rin. Emang bener sih gue gak mau elo temenan sama mereka gara-gara si Andi anak IPS. Sori, Rin."
"Ah, selow Nes. Lagian kan gue tau kalau elo emang paling kesel kalau ketemu anak IPS. Lagian kan gue gak maksa elo buat mau temenan sama mereka."
Caca dan Cica menatap takjub dua sekawan didepannya. Mereka merasa melihat akting pura-pura marahan.
"Gue gak faham sama kalian, hebat deh sampe pertemanan kalian bisa sampe begini," Puji Caca.
"Biasa aja, Ca. Gak usah lebay gitu sampe muji kita sebegitunya. Lagian kita bisa gini karena gue sama Nessa udah saling faham dan temenan sejak kita kecil. Sebenarnya pertemanan itu gak diukur dari berapa lama kita berteman, tapi berapa besar kita berkorban dalam pertemanan tersebut yang bisa bikin kita kelihatan kompak," Terang Karin.
"Lagian, kalau orang yang gak kenal Karin, pasti bakal mikir kalau Karin itu pemarah dan gak suka dideketin. Padahal sih, Karin itu orangnya baik banget, care, ditambah lagi baperan. Haha," Tambah Nessa.
"Elo, nih! Buka aib gue sembarangan. Dasar sembrono!" Cela Karin.
"Sadar diri ae, Rin. Baperan ya baperan aja, gak usah ditutup-tutupin. Lagian gue yakin mereka gak bakal ngejauhin elo cuma gara-gara elo baperan!"
Karin mendengus dan memutar bola matanya. Caca dan Cica makin melebarkan senyuman pepsodent mereka.
***
"Dari mana?"
Pertanyaan dengan nada datar tersebut membuat Karin mengajak matanya untuk berlarian mencari sosok yang memanggilnya barusan. Setelah cukup lama mencari, matanya menangkap sosok pemuda tampan yang sedang berdiri diujung tangga paling atas. Karin tersenyum dan langsung menghampiri Elfan.
"Gue baru dapet temen baru!" Pamer Karin
"Dari mana?"
"Hah?"
Karin tak faham dengan pertanyaan 'Dari mana' milik Elfan. Ia tak faham pertanyaan Elfan mengarah kemana.
"Lo,"
Karin makin bingung dengan ucapan-ucapan ambigu dari Elfan, "Yang jelas, ah! Kalo nanya yang jelas, gua gak mau lama-lama. Gerah, pengen mandi."
Elfan tak perduli dengan ucapan Karin. Ia malah kembali mengulangi perkataannya, "Dari mana?"
Karin mendengus kesal. Ia pun meluapkan kekesalannya, "Fan! Gue bingung elo nanya ke gue apa. Gue dari cafe deket sekolah bareng Nessa, Caca dan Cica. Kita makan sore sekalian ngobrol."
Elfan menarik lengan Karin dan langsung memojokkannya dipinggir lemari televisi. Karin menatap Elfan dengan tatapan gugupnya. Elfan yang didepannya tampak menakutkan sekarang. Ia merasa bahwa Elfan sedang dalam mood yang tidak baik.
Elfan menyelipkan anak rambut Karin kebelakang telinga gadis tersebut. Karin menatap Elfan yang sedang menatapnya lekat, ia merasa dag dig dug duarr sekarang.
Elfan memajukan wajahnya mendekat kearah Karin, dan Karin makin berusaha memundurkan wajahnya. Saat hendak berusaha mundur lagi, dibelakangnya ada tembok yang tak akan bisa lagi mundur. Karin merutuki nasibnya hari ini.
Elfan menghapus jarak diantara mereka. Seakan tahu tujuan Elfan, Karin memejamkan mata dan berusaha untuk menerima apapun yang akan terjadi padanya. Seperkian detik Karin tak merasakan ada apapun yang terjadi, Karin membuka mata dan cupp, pipi Karin dicium oleh Elfan sekilas.
Elfan menarik pinggang Karin, "Jangan lupa izin,"
Karin mengerenyit saat kembali mendengar ucapan ambigu dari Elfan. Ia sudah merasa kesal dengan ucapan demi ucapan ambigu milik Elfan. Serasa kepalanya tak mampu untuk mengerti maksud sebenarnya dari Elfan.
"Coba kalo ngomong lebih dari lima kata gitu, biar agak jelas," Protes Karin.
"Kalo keluar, jangan lupa izin." Seru Elfan.
Karin mengerti sekarang. Jadi, maksud Elfanadalah kalau dirinya mau pergi atau jalan-jalan bareng siapapun, jangan lupa izin padanya. Ah, iya, dirinya lupa kalau tadi saking terlalu terbawa suasana ribut dengan Nessa sampai lupa mengabari Elfan.
"Sori, tadi gue terlalu fokus sama perdebatan gue sama Nessa," Sesal Karin
Elfan mengusap rambut panjang Karin. Lalu mencium kening Karin. Bau strawberry menyeruak masuk ke indra penciuman Elfan. Selama beberapa menit ia dimabukkan dengan wangi rambut Karin. Setelah itu ia mengacak pelan rambut Karin.
Karin tersenyum mendapat perlakuan seperti itu dari Elfan. Ia merasa beruntung memiliki Elfan, walaupun Elfan sangat posesif dan over protective. Namun ia tahu bahwa yang dilakukan Elfan itu karena Elfan takut kehilangan dirinya.
Karin terkejut saat tiba-tiba Elfan menggendongnya ala bridal style. Elfan menggendong Karin menuju kamar mereka. Karin diturunkan didepan kamar mandi.
"Mandi!" Perintah Elfan.
"Siap pak bos!"
Dengan gaya dan tingkah lucu Karin yang hormat sambil memajukan perutnya membuat Elfan sedikit tertawa.
***
Elfan dan Karin sedang menonton televisi. Mereka sedang menonton siapa takut jatuh cinta yang pemerannya dimainkan oleh Verrel Bramasta, Natasha Wilona juga Aliando.
"Fan, kasihan ya Larasnya, lagian si Vino Juga over jahat! Gak faham sama perasaan perempuan. Gak pekaan emang."
***
Chapter 12?? Makin gajelas wkwkw
See you in Monday!!
Sabtu, 21 November 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE OR TRUE [Nanonprim] ✔️
Storie d'amoreDijodohkan? Pas SMA? Bukan cuma tunangan tapi langsung nikah? Rasanya..... Seperti anda menjadi Ironman, hehe 😂😂 Penasaran gimana kisah mereka? Kuy pantengin terus!! A romance story written by @Kenzalert12 2020