Karin masuk ke apartemen dan langsung masuk kedalam kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dari shower. Ia menangis dalam diam sambil mengingat perlakuan kasar Elfan padanya. Ia sudah tak mau untuk kali ini melibatkan kedua orang tuanya untuk menyelesaikan masalahnya dengan Elfan.
Karin memegangi bibirnya yang terasa sangat pedih karena terkena air dari shower. Karin tak merasa senang ataupun malu karena telah di cium oleh Elfan, karena menurutnya ciuman Elfan yang barusan adalah ciuman nafsu tanpa cinta dan kasih sayang. Mungkin saja jika ketiga sahabatnya tak datang saat itu, mungkin saja Elfan akan melakukan yang lebih lagi padanya.
Karin mematikan shower dan berjalan keluar kamar mandi menggunakan handuk di badan juga di kepalanya, Karin merasa sangat segar namun jauh dalam hatinya ia merasakan sakit yang begitu dalam.
Dalam keterdiamannya, ponsel Karin berdering dan menampilkan nama Andra di sana. Karena Karin takut jika apa yang menjadi maksud Andra menelponnya adalah penting, maka dari itu Karin mengangkatnya.
“Halo,”
“Halo, Rin.”
“Ada apa, Ndra?”
“Lo gak papa, kan? Kok suara lo kayak orang habis nangis?”
“Nggak, gue gak papa, kok. Emangnya gue kenapa? Gue cuma habis bangun tidur aja, lagian elo juga, gue lagi tidur di ganggu.”
“Oh, gue ganggu, ya?! Maaf-maaf, kalo gitu gue tutup, ya?”
“Eh… nggak kok. Elo gak ganggu sama sekali, emangnya ada apa, kok nelfon segala?”
“Gue cuma mau ngobrolin tentang tugas dari Pak Tono.”
“Gue kira ada apaan, Ndra. Yaudah, elo mau ngobrol langsung atau di telfon aja?”
“Tadinya sih gua maunya langsung, tapi… elo bisa, gak?”
“Dimana ketemuannya? Bisa kok gue. Kalo masalah tugas mah gue usahain bisa.”
“Yaudah, di cafe deket sekolah aja, ya!”
“Oke,”
Tut tut tut
Nada sambungan telepon tertutup terdengar di telinga Karin. Dengan segera Karin membuka lemari pakaiannya dan langsung mencari pakaian yang hendak ia gunakan untuk bertemu dengan Andra.
***
Elfan memukul stir dengan kesal, ia sangat kesal, ia kesal pada Karin yang tega main di belakangnya, Elfan merasa bahwa Karin sudah tak cinta lagi padanya, ia merasa bahwa Karin telah berubah, Karin sudah tak seperti dulu lagi.
“Hiks hiks hiks hiks….”
Elfan menangis seraya menenggelamkan kepala ke stir mobil. Ia merasa sangat kecewa pada Karin yang tega-teganya mengkhianatinya.
Dengan perasaan campur aduk Elfan melajukan mobilnya membelah jalanan macet yang di dominasi oleh kendaraan beroda empat tersebut. Elfan mengklakson setiap ada penghentian karena macet.
Namun ia tak perduli, ia terus mengklakson mobil-mobil yang menghalangi jalannya. Ia benci dengan perasaannya saat ini, ia merasa sangat kesal dan tak tahu harus melakukan apa agar perasaannya membaik. Karin, sang moodbooster sudah mengkhianatinya, ia tak tahu lagi harus bagaimana dan harus apa.
Elfan kembali menangis dan tak perduli dengan jalanan macet di hadapannya. Ia hanya ingin perasaannya tenang, tak mau makin kacau. Elfan menangis sesegukan menatap lampu-lampu jalan serta lampu dari kendaraan-kendaraan yang sama-sama sedang terjebak macet sama sepertinya.
Ia merasakan seluruh tubuhnya sangat lemah dan rasanya ia ingin bunuh diri saja, namun ia ingat pada kedua orang tuanya yang telah menjaga dan merawatnya sejak bayi hingga sekarang, Elfan tak mau membuat kedua orang tuanya kecewa karena anak semata wayangnya bunuh diri hanya karena masalah hati.
Elfan menanti sambil menatap lampu-lampu yang mulai berjalan walaupun sangat pelan. Setelah jalanan kembali lengang, Elfan dengan cepat melajukan mobilnya ke suatu tempat yang mampu membuatnya tenang.
***
Karin tersenyum saat melihat Andra yang sudah duduk manis menatap layar laptopnya yang sepertinya sedang menayangkan sebuah video. Karin langsung duduk di hadapan Andra tanpa Andra sadari. Karin menatap wajah Andra yang sedang serius menatap layar laptopnya yang ternyata sedang menampilkan video dance Obsession dari EXO yang akan mereka bawakan sebagai lagu yang mereka pilih sebagai lagu untuk menunjukkan bakat mereka.
“Ehem…”
Karin berdehem untuk menyadarkan Andra dari keseriusannya menatap layar laptop. Andra yang sadar ada yang berdehem dengan segera mendongak dan ia langsung terlonjak kaget saat melihat Karin sudah duduk manis di depannya seraya menampilkan senyum manisnya. Andra menjadi salah tingkah sekaligus malu karena tak menyadari kedatangan Karin.
“Udah lama, Rin?” Tanya Andra gugup.
“Udah lama banget. Malahan gue udah liatin lo dari tadi. Lo ngelihatin laptop ampe segitunya banget, sampe rasanya gue kalah menarik dari yang lo tonton, hehe…”
Andra menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia merasa bersalah pada Karin karena tak mengetahui kedatangan Karin, “Sori, Rin. Tadi gue lagi merhatiin detail dance nya biar gue bisa belajar dance nya cepat. Maaf kalo lo jadi ngerasa di cuekkin.”
Dengan segera Karin tertawa dan menutup mulutnya, “Santai kali, Ndra. Lagian gue bohong, kok. Gue baru aja dateng, dan gue gak ngerasa lo abaikan sama sekali karena gue suka aja lihat muka lo yang lagi serius ngelihatin laptop. Lucu gimana gitu, hehe….”
Andra ikut tersenyum dengan guruan Karin. Tanpa sadar Andra memuji kecantikan Karin dalam hati, ia baru sadar jika Karin sangatlah cantik dan imut.
Karin menatap layar laptop Andra yang masih menyala, wallpaper laptop Andra adalah wajah Nessa yang sangat cantik, Karin tersenyum saat melihat hubungan baik antara Nessa dan Andra, bahkan Andra memperlakukan Nessa dengan baik hingga membuat Nessa begitu sayang pada Andra.
Karin merasa bersyukur karena masalah hidup sahabat-sahabatnya tak lebih menyakitkan di bandingkan dirinya, Karin bersyukur karena hanya dia yang merasakan jatuh cinta karena perjodohan konyol oleh kedua orang tuanya dan kedua orang tua Elfan.
Namun ia tak bisa menyangkal kalau ia begitu sayang, bahkan cinta pada Elfan. Sebenci apapun ia mencoba pada Elfan tetap saja hatinya berkata bahwa ia cinta, bukan benci.
Karin selalu mengenang setiap kenangan manis dan indah dan ia simpan dalam memori ingatan serta benaknya agar ia tak bisa melupakan semua hal tersebut. Karin sangat suka pada kenangan-kenangan tersebut, Karin sangat suka pada kenyataan bahwa Elfan adalah suaminya, bahwa Elfan dan dirinya pernah bermusuhan, pernah saling ejek dan tak perduli satu sama lain. Namun semuanya telah berbeda, semua berubah seiring waktu.
“Lo gak papa, Rin?”
Tanya Andra, dengan segera Karin menggeleng. Namun tanpa Karin sangka, Andra menariknya kedalam pelukkan hangat milik Andra. Karin sempat tercenung sesaat, namun tak lama ia pun membalas pelukkan hangat Andra.
****
I'm back with this chapter!! Hope you like it guys....
Let's meet again at Friday!!
Selasa, 19 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE OR TRUE [Nanonprim] ✔️
RomanceDijodohkan? Pas SMA? Bukan cuma tunangan tapi langsung nikah? Rasanya..... Seperti anda menjadi Ironman, hehe 😂😂 Penasaran gimana kisah mereka? Kuy pantengin terus!! A romance story written by @Kenzalert12 2020