"Gue janji!"
Elfan langsung memeluk Karin dengan erat. Karin yang dipeluk tiba-tiba hanya bisa terkejut, sangat terkejut. Namun ia langsung melingkarkan lengannya dipinggang Elfan. Mereka berpelukkan cukup lama, hingga Elfan melepas pelukannya.
"Jangan marah lagi, ya?"
Ucapan Karin membuat Elfan menatap Karin. Dan Karin yang ditatap seperti itu hanya bisa salah tingkah. Pipi Karin memerah menatap Elfan.
"Tergantung,"
Ucapan Elfan yang ambigu membuat Karin menatap aneh Elfan. Yang ditatap hanya memasang wajah datar.
"Maksudnya? Gue gak ngerti, Fan. Coba kalo ngomong jangan satu kata aja, ini bukan elo banget, Fan!"
Ucapan Karin hanya direspon Elfan dengan tatapan biasa saja. Seperti ucapan Karin tak ada artinya.
"Tergantung elo,"
Elfan kembali bicara dengan ucapan yang ambigu membuat Karin mendengus kesal.
Elfan-nya sudah benar-benar berubah. Elfan tetap tak ada niat sedikitpun untuk memberitahu maksud dari ucapannya. Hal itu membuat Karin makin kesal pada Elfan.
"Karin!"
Suara tersebut sukses membuat Elfan dan Karin menoleh. Elfan langsung memalingkan wajahnya saat tahu siapa yang mengganggu.
"Kenan?"
Kenan tersenyum menatap Karin, Elfan yang kesal langsung meninggalkan Karin dan Kenan dengan langkah cepat. Karin yang berniat mengejar langsung dicekal oleh Kenan.
"Kamu kok kemaren ilang gitu aja? Gak bilang aku kalau kamu pergi?"
Karin kembali ingat bahwa kemaren ia tak izin pada Kenan untuk pulang terlebih dahulu. Namun Karin tak bisa fokus pada pertanyaan Kenan, ia malah celingak-celinguk menatap punggung Elfan yang semakin menjauh.
Kenan yang sadar bahwa Karin tak memperhatikannya langsung mendengus dan menatap Karin jengkel, "Kamu dengarin aku gak sih, Rin?!"
Sentakan kecil dari Kenan membuat Karin menoleh. Karin menatap Kenan yang menatapnya sebal, namun fikirannya masih tak bisa lepas dari Elfan, ia malah menyentak cekalan tangan Kenan, "Sori, Nan, gue sibuk. Gue pergi dulu!"
"Tapi, Rin! Karin!"
Ucapan Kenan tak lagi diperdulikan oleh Karin. Yang kini ia perdulikan adalah kepergian Elfan. Karin memutuskan untuk mencari Elfan di Laboratorium, barang kali Elfan sedang melihat-lihat isi Lab yang isinya bahan praktek biologi.
Karin membuka pintu Lab, bau obat dan formalin memenuhi indra penciumannya. Bau yang sudah sangat biasa bagi anak IPA.
Karin menatap seorang gadis yang tengah menyapu lantai Lab.
"Sori,"
Panggilan Karin membuat gadis tersebut menoleh dan langsung tersenyum, "Ya, ada apa, ya?"
Pertanyaan gadis tersebut membuat Karin menyunggingkan senyum. Karin kira gadis tersebut orang yang sombong, "Lo liat Elfan?"
Pertanyaan Karin membuat gadis tersebut diam sejenak. Karin yang masih menunggu jawaban hanya diam menatapnya, "Dia tadi lari kearah sana!"
Jawab gadis tersebut menunjuk gedung IPS. Karin mengerenyit bingung, kenapa Elfan lari kegedung IPS? Karin langsung pergi tanpa pamit dengan gadis tersebut. Saking ingin bertemunya dengan Elfan dan menjelaskan semuanya, ia sampai lupa dengan sekitar.
***
Karin celingukan saat mulai menyusuri koridor IPS. Bahkan nyalinya tak sebesar itu jika sampai ketahuan oleh anak IPS.
“Lo siapa?”
Karin menoleh dan menemukan dua orang gadis yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi, “ma-maaf, gue cuma mau nyari temen gue doang, kok.”
Kedua gadis tersebut malah tersenyum lalu mengulurkan lengannya, “Gue Caca, ini kembaran gue Cica, dan lo?”
“Gue Karin,”
****
"Elfan?!"
Teriakan kencang bin melengking yang berasal dari Karin mampu membuat semua orang yang berjalan dikoridor menutup telinganya.
Karin menampilkan giginya saat banyak pasang mata yang menatapnya heran. Namun ada sepasang mata yang menatapnya dengan tatapan penuh kebencian.
Namun Karin memilih untuk tak perduli, ia memilih untuk berjalan menyusul Elfan yang sudah lumayan jauh didepannya.
Saat sampai disebelah Elfan, Karin langsung mencekal pergelangan tangan Elfan dan membalikkan tubuh Elfan untuk menatapnya.
"Lo kenapa lagi, Fan?"
"Gak."
"Gak, apa? Kalo ngomong yang jelas!"
Elfan menghela nafas berat. Sebenarnya malas sekali ia meladeni Karin.
"Lo kenapa?"
Pertanyaan yang sama dari Karin tak menggerakan Elfan untuk menjawab.
"Kenan itu temen gue, Fan. Emang gue gak boleh punya temen? Gue cuma pengen punya banyak temen."
Elfan diam tak menjawab. Dalam hatinya ia masih menaruh curiga pada Karin, namun ia memilih untuk berfikir positif.
"Love you!!" Elfan mengecup pipi Karin secepat kilat.
Elfan berjalan meninggalkan Karin yang tergelak dengan perlakuan manis dari Elfan. Namun tak lama, senyum manis Karin mengembang dibibir tipisnya.
Ia berlari mengejar Elfan, "I Love You Too!!"
***
Sampai dirumah, Karin dan Elfan langsung membersihkan diri mereka dan segera tidur sore. Mereka berdua tampak lelah.
Karin terbangun saat merasakan elusan lembut dipipinya, ia mengerjapkan mata hingga menatap Elfan yang tengah mengusap pipinya sembari tersenyum hangat.
Pipi Karin memerah, ia bahkan merasakan bukan hanya pipinya saja yang memerah, namun sampai ketelinganya, ia pun menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
"Jangan lo sembunyiin semburat merah dipipi lo, karena gue suka itu."
***
Chapter 10 kayak ada manis²nya gitu ya gak?? Maaf kalau kurang panjang tapi emang segini chapter 10 mah dari dulu hehe 😅
Let's meet again in Thursday!
Selasa, 17 November 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKE OR TRUE [Nanonprim] ✔️
RomanceDijodohkan? Pas SMA? Bukan cuma tunangan tapi langsung nikah? Rasanya..... Seperti anda menjadi Ironman, hehe 😂😂 Penasaran gimana kisah mereka? Kuy pantengin terus!! A romance story written by @Kenzalert12 2020