2.6

4.9K 633 7
                                    

Halo fellas!

Enjoy!

.

.

.

.

.

Tanpa diduga, dua hari kemudian Jeno terbang ke Hamburg. Tanpa clues, tanpa aba-aba, tanpa berpamitan. Tidak ada peringatan yang ia berikan kepada orang-orang di sekitarnya. Bahkan Mark sekalipun.

Jaemin kelimpungan saat sudah hampir seminggu pesan dan telefonnya tidak dibalas oleh Jeno. Ia bahkan menghabiskan satu hingga dua jam menunggu di depan Changwon demi mencari kekasihnya itu. Untuk pertama kalinya juga Jaemin pergi ke apartemen Jeno. Tapi, tetap saja ia tidak mendapatkan hasil apapun.

Setelah berhari-hari menghilang seperti itu, Jaemin akhirnya sadar jika Jeno sudah kembali ke Jerman. Ia hanya berharap jika Jeno akan kembali ke Seoul. Apapun yang terjadi di Jerman, Jaemin hanya berharap jika Jeno-nya akan kembali ke dalam pelukannya.

.

.

.

Jaemin menyeka keringatnya yang bercucuran di pelipis. Tangannya ia tumpukan di lutut dengan napas yang masih terengah-engah. Latihan basket timnya akhirnya selesai.

Jaemin menoleh ketika pipinya ditempeli botol air oleh Guanlin.

Ah, ya. Pemuda itu tidak jadi kembali ke Cina. Ntah apa yang dilakukannya, namun sang ibu membatalkannya. Urusan hukum, biarlah yang tua yang mengurusnya.

"Thanks." Jaemin menerima botol minum itu dan langsung meneguk isinya.

Semester genap tinggal sebulan lagi. Jaemin dan yang lainnya pun sudah mulai sibuk mempersiapkan diri untuk ujian kenaikan kelas. Dan sudah beberapa hari terakhir ini mereka membuat kelompok belajar bersama.

Surprise.

Ide itu Jaemin yang mencetuskan.

Surprise lagi.

Mengingat bahwa Jaemin yang paling malas membuka buku, diikuti oleh Hyunjin, Guanlin, lalu Haechan.

Haechan menjadi rajin belajar semenjak ia dekat dengan Mark. Pencitraan sih, kalo kata yang lainnya. Tapi, dari pencitraan itu, ia malah jadi kesenangan berlama-lama di perpustakaan.

Seperti sekarang ini.

Jaemin mengernyit melihat Haechan memghampiri mereka. Di tangannya ada buku tebal yamg terlihat seperti ensiklopedia.

"Apa itu?" Tanya Guanlin mewakili.

"Oh ini? Cuma ensik fisika. Hari ini kita bakalan bahas fisika kan? Gue uda baca dikit. Dijamin lo bertiga gampang paham."

Jaemin jadi ngerih sendiri. Jangankan fisika. Matematika saja ia masih setengah.

"Jadi, hari ini mau belajar di mana?" Tanya Haechan penuh antusias.

Jaemin jadi menyesal karena sudah mencetuskan ide kelompok belajar itu.

.

.

.

Jaemin merebahkan kepalanya di punggung Haechan. Lengan kanannya berada di atas wajahnya, menghalau cahaya lampu yang menyilaukan penglihatannya.

Keduanya sedang bersantai di kamar Jaemin setelah sesi belajar mereka. Haechan masih betah berlama-lama karena di rumah pun ia sedang sendirian. 

"Lo ga coba hubungi dia lagi?"

Love, J || NOMIN ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang