2.5

5.1K 632 8
                                    

How u fellas doing? Everything ok?

Enjoy!♡

.

.

.

.

.

"Jen. Kalo waktu itu lo gak nyari gue, apa yang lo lakukan sekarang?" Jaemin mendongakkan kepalanya, matanya menatap kagum garis rahang Jeno.

Keduanya sedang berada di pinggiran danau Seokcheon, menikmati angin malam yang berhembus.

Kejadian di rumah Jaemin? Oh lupakan saja. Jaemin sama sekali tidak setuju jika hubungan mereka berakhir. Biarkanlah ia egois. Selama Jeno masih di sisinya, ia tidak akan melepaskannya begitu saja.

Jeno memainkan helaian rambut Jaemin. Ia menundukkan kepalanya untuk menatap Jaemin yang menggunakan pahanya sebagai bantalan. "Die. Probabbly."

"Hah?!" tanya Jaemin tak paham.

Jeno menggeleng. Sebuah senyuman bertengger di bibirnya. "Karena kamu gak ada di samping aku."

Mulut Jaemin terbuka karena syok mendengar jawaban itu. Ia pun tertawa. "Cheesy!"

Jeno tersenyum mendengar alunan suara tawa Jaemin. Ia mendekat dan mengecup bibir Jaemin dengan lembut.

"Liburan nanti, ayo main ke Jerman, na."

Jaemin membalas tatapan Jeno yang sarat akan kasih sayang. Jaemin merasakan pipi dan lehernya memanas. Ditatap seperti itu oleh Jeno benar-benar membuatnya salah tingkah.

Jaemin mencebikkan bibirnya. "Untuk apa? Biar lo bisa pamer bini ke gue?"

Jeno merasa gemas melihat wajah jutek Jaemin. "Biar aku madu."

"Brengsek! Mati aja lo sana!"

.

.

Jaemin menatap ponsel Jeno jengah. Ponsel Jeno tak berhenti berdering sejak mereka meninggalkan danau Seokcheon satu jam yang lalu. Dan Jaemin mulai merasa terganggu.

Bisa-bisanya ada yang mengganggu quality time nya sama Jeno. Siapa yang tidak kesal?

"Siapa?"

Jeno hanya mengedikkan bahunya. Ia masih fokus menyetir, membawa mobilnya menyusuri jalanan kota Seoul, sambil mencari tempat yang nyaman untuk makan malamnya dengan Jaemin.

Tak lama kemudian, ponsel Jeno kembali berdering. Jaemin yang jengkelnya sudah tak bisa ia tahan lagi pun akhirnya mengambil ponsel Jeno dan melihat nama kontak yang memanggil.

Kina

Tanpa berpikir panjang lagi, Jaemin pun menerima panggilan itu.

Ia dapat mendengar suara beberapa orang yang berbicara menggunakan bahasa yang tidak dikenalinya. Keningnya pun berkerut.

Apasih? Pikirnya jengkel.

Saat Jaemin hendak memutuskan sambungan telefon itu, suara perempuan menyapa indera pendengarannya.

"Jeno? Kenapa lama?"

Jaemin melirik Jeno. Pacarnya itu tidak mempermasalahkan ponselnya yang dibajak, dan hanya fokus nyetir.

"Jen? Babe? You there?"

Jaemin mendengus mendengar panggilan itu. Banyak sekali yang memanggil Jeno dengan 'babe'. Ingat Renjun?

"Halo? Jen?"

Jaemin mengaktifkan pengeras suara agar Jeno juga dapat mendengarnya. Ia lalu mendekatkan ponselnya pada Jeno.

Love, J || NOMIN ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang