1.3

5.7K 808 44
                                    

Enzoy ea ges. Bacanya pelan-pelan ae biar makin lama selesai bacanya hoho.

.
.
.
.
.

"ASTAGA! Itu apinya dimatikan!"

"Bego! Bukan ditiup! AMBIL AIR!!"

"Woy baju gue!"

"Huaa tangan gue!!"

"LO GIMANA SIH?! Ngapain beli daging kalo gak tau buatnya gimana!"

"LOH?! YANG NAWARIN BBQ-AN SIAPA?!"

"YANG NAWARIN KEMAHAN SIAPA?!"

"NA! TANGAN KAMU GAPAPA?!"

"Bundaa..!!"

Rusuh.

Hanya kata itu yang bisa mendeskripsikan situasi di belakang rumah Jaemin saat ini. Jangan tanya siapa teriak apa, karena sulit untuk membedakannya di saat mereka teriak secara bersamaan.

Rusuh. Benar-benar rusuh.

Pembagian tugas sudah dilakukan. Haechan, Mark, Jeno, dan Guanlin berada di outdoor kitchen. Mereka mendapat tugas menyiapkan apa-apa saja yang akan dipanggang. Sedangkan Hyunjin dan Jaemin berada di pergola. Keduanya menjaga api agar tetap hidup karena mereka kebagian tugas untuk memanggang.

Awalnya sih baik-baik aja. Semua berjalan lancar. Tapi, kerusuhan mulai terjadi setelah empat puluh menit mereka memanggang.

Angin yang datang entah dari mana tiba-tiba bertiup kencang, membuat api di fire pit semakin membesar.

Awalnya mereka tak masalah, berpikir kalau apinya besar, maka dagingnya pun cepat matang. Tapi, saat apinya merambat ke lengan baju Hyunjin, barulah mereka panik.

Semua terjadi dengan begitu cepat.

Semua berbicara, atau lebih tepatnya berteriak. Haechan dan Guanlin sampai adu mulut, dan gak berhenti bahkan ketika mereka sedang sibuk mematikan api.

Haechan dengan bodohnya meniup api di fire pit. Bahkan hal itu gak memberi pengaruh apapun ke apinya. Jeno dan Guanlin sibuk ngambil air kolam pakai kedua tangan mereka untuk mematikan api, karena mereka bahkan gak kepikiran untuk mencari ember atau apapun itu.

Hyunjin teriak heboh karena lengan bajunya yang terbakar, dan Mark mencoba membantu mematikan api dengan memuluk-mukul api tersebut dengan tangannya.

Jaemin? Karena panik dan merasa sayang kalo dagingnya tersiram air, bodohnya ia malah memegang besi yang dipakai untuk alas memanggang. Niatnya mau menarik besi tersebut dan menyelamatkan daging, eh malah dagingnya sendiri yang jadi korban.

Jika bertanya mengapa mereka gak pakai pemanggang gas yang jelas-jelas lebih mudah? Itu karena mereka gak ada yang berani masang gasnya.

Setelah api padam, Jeno buru-buru membawa Jaemin ke dalam rumahnya, dan membawanya ke dapur. Ia pun membantu Jaemin untuk duduk di countertop.

"Siniin tangan kamu." Jeno memutar keran air wastafle, "didinginkan dulu."

"Kotak P3K di mana, Na?"

Jaemin melihat jari-jari tangan kanannya yang merah. Matanya berair, tetapi tidak ada yang tumpah, "Sakit, Jeennn!" rengeknya.

Jeno meremat paha Jaemin untuk menenangkannya, "Iya sakit. Tapi kotak P3K nya di mana, Na? Biar diobati." Ucapnya mencoba untuk tenang.

Jaemin gak menggubris pertanyaan Jeno karena ia sendiri pun gak tau letak kotak P3K ditaroh di mana sama bunda Yoona. Kepalanya menunduk, matanya yang berair menatap miris jari-jari cantiknya yang kini merah.

Love, J || NOMIN ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang